Part 13

10.1K 403 7
                                    

Author POV

Jo menghisap rokoknya dalam-dalam. Lalu melepaskannya ke udara.

Ia duduk di sofa hanya dengan berbalut handuk yang menutupi bagian pribadinya. Ia baru saja usai mandì. Sementara tubuh Sashi yang mulus masih meringkuk memeluk selimut di kasur.

Tadi malam, ia dan Sashi berkencan di villa itu. Seperti biasa, Sashi yang binal mampu menandingi gairahnya yang tinggi. Usai 1 jam bercinta, keduanya terlelap, beristirahat memulihkan energi untuk babak selanjutnya.

Anehnya, saat Jo membangunkan Sashi untuk mengajaknya bercinta lagi, wajah Sashi tampak panik dan ketakutan.

Wajah itu adalah wajah yang sama saat pertama kali Jo menyetubuhinya dulu. Panik dan ketakutan.

Jo tidaklah tahu bahwa gadis di hadapannya itu bukanlah Sashi, tapi Sanny yang tersadar.

Sanny menarik selimutnya meminta Jo menjauh. Jo hanya tercengang. Dilihat gadis itu dengan kalap bangkit dari ranjang seraya mencari pakaiannya di seisi kamar.

"Mana pakaianku?" Tanyanya sambil menangis.

"Bagaimana kamu bisa lupa? Kita melepasnya di dapur bawah tadi." Tanya Jo heran.

Sanny terduduk di lantai masih berusaha menutupi tubuhnya sendiri.

Jo memberanikan diri mendekat. Saat ia hendak menyentuh wajah Sanny, gadis itu mundur ketakutan hingga tersudut. Ia meringkuk di sana.

"Kamu kenapa, Sas? Kenapa tiba-tiba begini lagi?"

Sanny diam merunduk. Tak tahu harus menjawab apa. "Jangan sentuh aku. Aku mau pulang."

"Kita di Bogor dan ini jam 3 pagi." Jo berkata lalu berdiri. Bingung menghadapi tingkah aneh gadis itu.

Sanny menangis sesenggukan. "Tinggalin aku sendiri," ujar gadis itu.

Jo menuruti kemauannya. Ia meninggalkan Sanny sendirian. Sementara ia pergi mandi.

Namun, saat ia kembali, Sanny sudah terlelap di tempat tidurnya lagi.

Jo berjalan dan duduk di kasur yang sama. Disentuhnya lembut wajah gadis itu.

Sedari tadi ia bertanya-tanya tentang siapa Sashi sebenarnya. Sebentar ia menjadi anak polos yang takut padanya, sebentar ia menjadi wanita binal yang sangat menggoda.

Namun, dalam bentuk apa pun, Jo menyukai keduanya, baik Sashi yang polos maupun yang nakal.

Hanya saja hal itu terkadang membingungkannya dalam menghadapi wanita itu. Ia seperti berhadapan dengan dua gadis yang berbeda

Tiba-tiba gadis itu terbangun dan melempar senyum padanya. Jo berpikir sesaat, berusaha menerka, Sashi yang mana ini? Yang polos atau yang nakal?

Masih dengan mengantuk, Sashi merayap ke pangkuan Jo, memancing birahi pria itu untuk kesekian kali. Jo sadar, Sashi yang nakal telah kembali.

"Sas, aku baru selesai mandi."

"Kenapa tidak tunggu aku?" Ujarnya manja menyelinap ke balutan handuk Jo.

"Aku takut kamu usir kayak tadi."

"Tadi?"

Jo mengangguk seraya menatap Sashi yang meletakkan kepalanya di atas perut Jo setengah menggoda pria itu.

"Sas, sikap kamu aneh banget tadi. Aku ngerasa kamu seperti orang lain tadi."

Wajah Sashi diam sesaat. Dia tahu siapa yang dimaksud Jo mengusirnya. Pasti Sanny muncul di tengah-tengak kencannya dengan Jo tadi.

"Mungkin aku sedang mengigau tadi," ujar Sashi enteng seraya menyentuh lembut bagian sensitif Jo.

Jo memandangi gadis yang masih sibuk memainkan adiknya seraya berpikir. Pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada diri gadis itu memenuhi otaknya.

"Sayang, kamu mikirin apa sih?" tanya Sashi tiba-tiba.

Jo tersenyum kecil lalu menggeleng.
"Sas, kamu harus tanggung jawab. Juniorku bangun lagi," kata Jo kemudian. Ia tak tahan lagi.

Diangkatnya tubuh Sashi dari kasur lalu dibopongnya ke balkon yang menghadap ke pekarangan belakang. Sashi hanya berteriak manja menikmati perlakuan Jo di sana.

Sanny, jangan muncul lo. Jangan ganggu kesenangan gue, batin Sashi.

*

Sanny POV

Aku terbangun di kamarku. Tubuhku terasa letih. Aku ingat, apa yang terjadi kemarin.

Di bawah shower aku mandi sambil menangis. Aku benci tubuh kotorku. Ķenapa aku harus sadar di tengah kencan Jo dan Sashi. Lebih baik aku tidak bangun tadi.

Mengapa mereka terus-menerus melakukan hal semacam itu? Mengapa Sashi tidak henti-hentinya mengotoriku?

Aku menangis lagi. Menangis karena hanya cumabisa menangis. Menangis karena tak tahu apa yang harus aku lakukan pada diriku sendiri.

Pagi ini Ryan tak menjemputku saat akan berangkat ke sekolah. Kenapa lagi? Apa dia marah padaku lantaran tak mengiriminya kabar? Andai saja, ia tahu alasannya.

Aku berangkat sekolah sendirian. Anehnya, aku merasa semua orang menatapku di gerbang.

Ada apa ini?

Tiba-tiba saja aku merasa ada seseorang yang menarik ranselku dari belakang. Ryan rupanya, menatapku dengan penuh amarah.

"Ayo, naik!" katanya menyuruhku naik ke motornya.

"Kita mau kemana, Yan? Ini hampir bel, " tanyaku usai duduk di boncengannya.

Ia tak menjawab. Sepeda motornya melaju kencang lalu berhenti di tempat sepi yang tak jauh dari sekolahku.

"Kenapa kita ke sini, Yan?" panggilku.

Namun, ia buru-buru mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.

"Jawab aku. Ini kamu atau bukan?" tanyanya menahan amarah seraya menunjukkan sebuah foto di ponselnya.

Aku terperanjat. Membeku di tempat. Foto itu? Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin ada foto semacam itu pada Ryan?

Another GIRL, Sashi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang