Part 8

11.8K 482 4
                                    

Yan, aku balik duluan. Aku sakit perut.

Aku mengirim pesan itu pada Ryan.

"Kamu kenapa tidak pernah menangkat telepon dan membalas pesanku?" Tanya pria yang tak kuketahui namanya itu.

"Ng," aku kebingungan sendiri. Mungkin keputusanku ikut dengannya lantaran takut semua rahasiaku terbongkar tadi salah.

"Aku sibuk," jawabku akhirnya.

"Sibuk pacaran dengan anak SMA itu?" Tebaknya lalu tersenyum lebar.

Aku menatapnya tak percaya. Bagaimana ia tahu banyak tentangku?

"Kenapa menatapku begitu?"

"Bagaimana kamu tahu?" tanyaku bingung.

"Sashi, kamu kira aku tidak memata-mataimu selama ini. Kamu tidak pernah mau cerita tentang identitasmu, jadi aku cari tahu sendiri."

Ia masih menyetir lalu kembali berkata, "Awalnya kukira kamu mahasiswi atau paling tidak berusia awal 20an. Tapi, saat melihat berpakaian SMA waktu itu, aku jadi ingin tahu. Ternyata, selama ini aku bercinta dengan anak SMA."

Wajahku memanas. Ingin rasanya cepat-cepat keluar dari sana. Namun, mobilnya melaju kencang.

"Jadi, kamu siangnya jadi anak sekolah polos seperti ini dan malamnya menjelma menjadi wanita nakal yang seksi." Pria itu terkekeh pelan.

Lalu, mobil pria itu melambat memasuki kawasan taman yang sepi.

"Berikan aku KTP-mu. Kamu punya KTP kan?"

"Untuk apa?" tanyaku takut. Tapi, kukeluarkan juga KTP ku dari dalam dompet dan kuulurkan padanya.

"Minggu depan, kamu bisa bolos sekolah kan?"

"Kenapa?"

"Kita akan ke Bali."

"Bali?" tanyaku kaget.

"Iya, bukannya waktu itu sudah pernah aku bilang. Kamu juga setuju."

Aku menggeleng panik. "Tidak aku tidak mau."

"Kenapa? Waktu itu kamu yang paling semangat mau ikut aku ke sana." Tanyanya heran.

Aku masih menggeleng. Sashi, apa yang sebenarnya kamu rencanakan?

"Aku sepertinya tidak bisa ikut. Ada ujian di sekolah," bohongku. Namun, pria itu menatapku tak percaya.

"Serius?" tanyanya

Aku mengangguk. Akhirnya ia menyerah. "Oke deh kalau kamu berubah pikiran. Cepat hubungi aku."

Tidak akan. Aku tidak akan berubah pikiran.

Baru menarik napas lega, tiba-tiba kurasakan tangannya menyetuh rokku.

"Pakai seragam begini, kamu buat aku horny."

Aku sontak mendorong tangannya menjauh. "Aku mau pulang."

"Kenapa?" Tanyanya mengelus lembut rambutku dan mencondongkan tubuhnya ke arahku.

"Aku ada janji. Aku harus pulang sekarang." Aku berusaha menjauh.

"Sebentar saja, Sas. Aku ingin bersamamu sebentar saja." Pria itu menyingkirkan helaian rambutku dan mencoba menciumku.

Aku sungguh panik dan ketakutan. Ingin rasa berteriak minta tolong. Tapi, aku takut kalau masalah yang muncul semakin besar.

Kartu trufku ditangannya. Aku terhimpit antara dua hal yang sama-sama menakutkan.

Beberapa detik kemudian aku tak punya pilihan lain selain membiarkannya melahap bibirku. Aku memejamkan mataku, kubayangkan pria itu adalah Ryan hingga aku kunikmati setiap sentuhannya.

Another GIRL, Sashi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang