Part 24

9K 417 6
                                    

Author POV

Sanny buru-buru pulang dengan taksi. Ponselnya terus berdering sejak tadi. Ryan berulang kali mencoba menghubunginya, namun Sanny enggan menjawab.

Pasalnya, ia tidak akan mampu memberi jawaban atas pertanyaan Ryan. Ia tidak ingin Ryan terlibat dalam kehidupannya yang rumit. Lebih baik ia menyelesaikan dulu semua masalah ini barulah ia bisa menghadapi Ryan kelak terlepas apakah cowok itu masih mau menerimanya atau tidak.

Yang harus ia selesaikan saat ini adalah bagaimana menyingkirkan Sashi terlebih dahulu dari hidupnya. Setelah itu, barulah ia akan menceritakan semuanya pada Ryan.

Sanny menatap layar ponselnya yang baru saja dipadamkanya.

Maafkan aku, Ryan. Bersabarlah. Aku akan menceritakan semuanya nanti.

Sementara di pelataran parkir Q Cafe and Bookstore, Ryan baru saja memasukkan ponselnya ke saku setelah panggilan terakhir yang dicobanya tidak dapat menjangkau nomor Sanny. Mungkin Sanny mematikan ponselnya. Artinya, Sanny memang benar-benar tak mau berbicara dengannya.

Rasa penasaran Ryan pun menjadi-jadi. Jelas sekali Sanny menyembunyikan sesuatu darinya. Lalu, Siapa Sashi? Mengapa wanita tadi memanggilnya Sashi?

Di saat bersamaan, pandangan Ryan yang tengah berdiri di parkiran menangkap sosok wanita yang menyapa Sanny sebelumnya. Wanita itu tampak baru keluar dari kafe dan berjalan ke sebuah mobil yang terparkir di sana bersama seorang pria.

Buru-buru Ryan menghampiri sebelum wanita tersebut masuk ke mobil.

"Maaf," sapa Ryan menghentikan pergerakan wanita itu yang hendak membuka pintu mobil.

Wanita itu menyipitkan mata, menatap Ryan penuh telisik, lalu berkata, "Lo teman Sashi tadi kan?"

Walau Ryan asing dengan nama Sashi, namun ia mengangguk saja. "Lo kenal sama dia juga?"

"Cuma kenal gitu-gitu aja sih. Dia kebetulan sering nongkrong di klub yang sama, sama gue."

"Oh," Ryan ber-oh pendek.

"Kenapa? Lo mau nanya apa lagi sama gue?" Wanita itu melirik pria yang sudah menunggunya di dalam mobil. "Gue mau pergi sekarang."

"Nggak ada. Thank you kalau begitu." Ryan membiarkan wanita itu masuk ke mobil dan melaju meninggalkannya seorang diri. Sepertinya, ia harus menyelidiki semua ini dan mencari tahu apa yang disembunyikan Sanny dan siapa itu Sashi.

*

Sanny POV

Aku duduk memandangi cermin di hadapanku seorang diri. Kutatap refleksi wajahku sendiri yang terpantul di sana cukup lama.

Dokter Anita bilang, aku harus belajar mengingat apa pun itu yang berkaitan dengan masa laluku secara perlahan. Tapi, sekuat apa pun aku mengingat, aku tak bisa. Bila kupaksakan yang terjadilah adalah aku akan pingsan dan Sashi mengambil alih tubuhku.

Tapi, jika aku tak mengingatnya, aku tidak akan bisa menghilangkan Sashi dari tubuhku.

Keduanya sama-sama pilihan yang sulit. Terjebak bersama Sashi atau terjebak dalam ingatanku sendiri.

Namun, tetap kuputuskan bahwa aku akan menyingkirkan Sashi. Aku akan belajar membuka ingatan yang tertutup itu. Sekarang, pertanyaannya aku harus mulai dari mana.

Aku memandang pantulan wajahku lagi di cermin, lalu kupejamkan mataku. Oke, akan aku mulai dari kepindahanku ke Jakarta lalu mulai sekolah baru, siswa laki-laki bernama Ryan, lalu...

Aku membuka mataku dan kutatap lagi pantulan wajahku. Ada yang terlewatkan. Benar, kenapa banyak kejadian yang terlewatkan. Ingatanku seperti sebuah film dimana banyak adegan yang di delete. Seperti sebuah puzzle yang kehilangan beberapa bagiannya.

Another GIRL, Sashi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang