Part 29

12.5K 476 55
                                    

Sashi POV

Kupandangi wajah tampan Jo yang sedang terlelap di sampingku. Melihat wajahnya di pagi hari selalu membuatku lega.

Entah sudah berapa malam yang kami habiskan di sini dan semuanya indah. Terlebih Sanny tidak muncul beberapa hari ini untuk mengacaukannya.

Saat sedang asyik memandangi siluet wajah Jo, tiba-tiba matanya mengerjap pelan lalu terbuka. Ia menatapku sambil tersenyum.

"Morning, princess."

"Morning, sayangku," balasku.

Kurasakan tangannya terangkat membelai rambut panjangku. "Kamu bangun terlalu pagi atau kamu malah tidak tidur sejak sejak semalam?"

"Aku belum tidur sama sekali."

"Kenapa?" tanyanya bingung.

Kudekatkan wajahku ke wajahnya hingga kami saling berhadapan tanpa jaral.

"Aku takut, jika aku tertidur, aku akan menghilang. Aku takut Sanny akan muncul lagi," ujarku jujur.

Ia terdiam dan menatapku lekat-lekat. "Jangan bilang begitu, kamu akan terus ada, bersamaku."

Aku menggangguk walau rasa takutku belum hilang sama sekali. Tapi, memilki Jo, setidaknya hal itu lebih baik.

"Kita akan jalan-jalan hari ini , kan?" tanyaku sedikit bersemangat.

"Hmm," jawab Jo sambil membelai lembut punggungku.

"Kalau begitu, ayo bersiap-siap." Aku segera bersiap bangkit dari balik selimut. Namun, Jo menahanku dengan mengalungkan tangannya di pinggangku hingga membuat aku kembali mendarat di kasur.

"Nanti saja siap-siapnya," ujarnya sambil mengecup punggungku lembut.

"Ayolah, Jo. Kita harus siap-siap sekarang," ujarku seraya menahan geli saat kurasakan kecupannya berpindah ke perutku lalu bergerak turun perlahan. Ia sangat tahu titik lemahku.

Jo tak menjawab ucapanku dengan kata, ia berbicara dengan cara lain yang membuatku ikut mengurungkan niat untuk bangkit dari kasur dan memilih untuk berlama-lama di sana, menikmati deruan napasnya di bawah sana.

*

Rencana pergi pagi itu molor 2 jam lantaran 'olahraga' pagi yang cukup membuat berkeringat itu.

"Kita kemana?" tanyaku pada Jo yang mengenakan kaos oblong berwarna putih dengan celana pendek selutut. Ia mengalungkan tas berisi kamera di tubuhnya.

Aku sendiri memilih mengenakan tank top dan hotpants serta scraft tipis yang kulilit di leher. Kami siap untuk menjadi turis lagi hari ini.

Kami pergi mengujungi tempat-tempat yang belum dikunjungi sebelumnya, seperti Grand Palace, Asiatique the waterfront, Madamme Tussand, dan lainnya. Jo bilang tempat-tempat itu adalah tempat wajib yang harus dikunjungi. Aku tak keberatan kemana pun Jo membawaku, selama ada ia di sisiku.

"Give me 2." Jo mengangkat dua jarinya pada penjual Pad Thai pinggir jalan. Pad Thai adalah makanan sejenis mie bihun yang banyak dijual di pinggir jalan. Rasanya enak. Kami makan sambil berdiri di samping penjualnya berhubung mereka tak menyediakan bangku.

"Kamu capek?" Jo berkata sambil menyampirkan rambut yang jatuh di depan wajah lantaran tertiup angin.

Aku menggeleng. "Nggak, Jo. Sama kamu itu nggak pernah buat aku capek."

"How much?" Jo bertanya lagi pada penjual usai kami makan.

Aku memandang jalanan panjang yang tampak ramai oleh para turis yang melihat-lihat aneka ragam jualan dan toko di sana. Tiba-tiba mataku tertuju pada toko kecil di ujung jalan. Sebuah toko pembuatan tato.

Another GIRL, Sashi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang