Part 31

11.5K 573 129
                                    

Sanny POV

Aku membuka mataku saat mencium aroma kopi yang cukup menyengat. Dimana aku? Seketika kesadaranku hilang. Namun sedetik kemudian aku ingat bahwa ini adalah kamar yang terakhir kali kulihat.

Apa Sashi kembali lagi?

Aku melihat diriku sendiri dan masih kutemukan baju yang kukenakan tadi malam sebelum tidur. Itu artinya Sashi tak kembali dan aku masih tetap aku.

Aku melihat 2 lembar roti panggang di atas piring dan juga segelas susu terletak di meja. Dimana Jo? Apa dia yang menyiapkan sarapan itu?

Aku pun beranjak turun dari kasur. Kuhampiri sarapan yang terhidang di atas meja dan kutemukan selembar kertas dengan tulisan tangan di sana.

Kamu harus sarapan, Sanny. Kita akan pulang, tapi kamu harus menikmati hari-harimu di sini dulu sebelum pulang. 

Kupandangi tulisan tangan Jo. Sungguh, sampai saat ini aku masih tak memahami pria itu. Pria yang terkadang terlihat baik dan terkadang terlihat sebaliknya. Kadang kala terlihat begitu peduli, namun juga terlihat mencurigakan.

Kuletakkan kembali kertas itu dan memutuskan untuk melahap dua lembar roti panggang serta segelas susu yang ada. Perutku lapar setelah tak makan seharian.

Usai sarapan, aku merasa jauh lebih lega. Kuputuskan melihat-lihat isi kamar hotel selagi Jo tak ada. Karena terlalu panik kemarin, aku tak sempat berpikir soal apapun dan juga mencari tahu aku berada di mana.

Barulah aku  tahu bahwa kami sedang berada di sebuah hotel di Thailand saat kulihat nama hotel yang terdapat di kertas kecil di dekat meja.

Thailand? Jo membawaku ke Thailand? Bagaimana bisa? Pasporku? Ah, pasti Sashi yang merencanakan semuanya.

Aku bergegas membongkar-bongkar koper Sashi lagi, mencari-cari ponsel dan juga dompet ataupun pasporku. Sayangnya, tidak ada.

Aku harus mengabari siapa pun bahwa aku berada di Thailand. Tapi, siapa yang harus aku hubungi? Orang tuaku? Apa mereka mencariku? Ryan? Ya, Ryan. Dia mungkin saja mencariku.

"Sanny.."

Jo tiba-tiba masuk dan menatapku dengan dahi berkerut samar. Aku terkesiap.

"Kapan kita akan pulang?"

"Segera."

"Aku tidak mau kamu dan Sashi memperdayaku lagi, Jo." Aku mencoba memperingatkannya. 

Jo terlihat mengangguk. "Dengan satu syarat, kamu harus menikmati hari-hari sebelum kita pulang di sini."

Aku menatapnya tak mengerti. Namun, belum sempat aku bertanya lagi, Jo langsung berkata, "Mandilah, setelah itu ikut aku."

Walau masih tak mengerti tujuan pria itu, aku mengikuti saja kemauannya. Usai mandi dan berganti pakaian, aku menemui Jo yang tengah menunggu.

"Kita mau kemana?" Aku bertanya pada Jo yang baru saja mengunci pintu kamar hotel.

"Jalan-jalan ke pantai."

"Pantai?" Aku menaikkan alisku menatapnya. Namun, tak berkomentar lagi dan memutuskan untuk mengikutinya saja. Aku sempat mengedarkan pandanganku ke pemandangan hotel yang baru kulihat. Tatapanku terpaku pada kolam berbatu alam yang indah di kawasan hotel tersebut. Airnya tampak hijau dan tenang, seolah memiliki magis tersendiri.

Jo mengajakku keluar dari hotel, jalan kaki sebentar, lalu naik kendaraan umum sekitar 1 jam-an. Kami tak saling bicara. Aku memilih memandangi pemandangan yang tampak baru di mataku.

Aku belum pernah ke Thailand sebelumnya. Mataku tak bisa berhenti melebar setiap mendapati sesuatu yang unik di penglihatanku. Orang-orang yang berbincang dengan bahasa Thailand itu membuatku terpesona. Terdengar aneh namun unik.

Another GIRL, Sashi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang