Part 32

10.8K 523 162
                                    

Author POV

Ryan melirik arlojinya, memastikan bahwa ia tidak terlambat menemui papa Sanny yang baru saja tiba di Jakarta tadi pagi. Ia pun berjanji untuk datang ke rumah Sanny pukul 7 malam untuk bertemu langsung dengan Papa Sanny tersebut.

"Jadi, kamu Ryan?" tanya seorang pria berusia awal 40-an yang membukakan pintu untuk Ryan.

"Iya, Om. Saya Ryan, teman satu sekolah Sanny dulu."

"Oh, saya Jaka. Papanya Sanny. Ayo silahkan masuk."

Ryan mengangguk dan masuk ke rumah tersebut. Om Jaka mempersilahkannya duduk di sofa ruang tamu ditemani olehnya yang duduk di hadapannya.

"Saya sudah meminta teman saya yang kebetulan punya pengalaman dalam hal seperti ini untuk mencari keberadaan Sanny. Saya juga menginformasikan hal-hal apa saja tentang Sanny padanya. Kita hanya perlu menunggu kabar darinya."

"Iya, Om. Saya sangat mengkhawatirkan Sanny, terlebih Sanny telah mengalami banyak hal."

Jaka menegakkan posisi duduknya, "Apa yang terjadi pada Sanny? Apa dia menceritakan sesuatu padamu?" tanyanya penuh selidik.

"Saya memang sangat dekat dengannya beberapa waktu lalu, Om. Tapi, Sanny adalah anak yang sangat tertutup. Dia tidak banyak bercerita tentang dirinya. Bahkan, tentang kasus yang membuatnya dikeluarkan dari sekolah juga tidak diceritakannya dengan jelas."

Jaka mengangguk-angguk lalu berkata, "Sanny memang anak yang selalu tertutup tentang apapun. Bahkan dengan mamanya sendiri ia tidak pernah terbuka soal apapun."

Jaka sama sekali tak heran. Ia mengenal sifat Sanny yang tertutup. Kalau Sanny tidak memiliki sifat itu, mungkin hidupnya sudah tak aman selama 2 tahun ini.

"Itu yang saya khawatirkan, Om. Akhir-akhir ini, ia selalu bersama pria bernama Jo yang saya sebutkan waktu itu. Saya takut kalau ternyata pria bernama Jo itu memberinya pengaruh buruk atau malah membahayakan Sanny."

"Kamu tidak perlu khawatir. Teman saya akan mendatangi langsung rumah dan tempat pria itu bekerja untuk menyelidiki apakah pria itu ada hubungannya dengan kasus hilangnya Sanny."

"Bagaimana kalau kita lapor polisi saja sekalian, Om?"

"Kita tidak boleh gegabah, jika pria itu terlibat dalam hilangnya Sanny, saya pasti akan langsung melapor ke polisi."

"Baik, Om. Ya sudah, kalau begitu saya permisi pulang dulu." Ryan bangkit diikuti oleh Jaka yang ikut mengantarkannya ke teras rumah. Dilihatnya anak remaja itu pergi dengan sepeda motornya. Ia yakin sekali Ryan menyukai putri tirinya. Hal itu terlihat jelas dari cara anak remaja itu mengkhawatirnya Sanny.

Baru saja Jaka masuk, bel rumahnya kembali berbunyi. Ia pun kembali berjalan ke pintu untuk membukanya.

"Siapa anak tadi?" tanya seorang wanita ber-dress biru muda sambil masuk meski belum dipersilahkan masuk oleh pemilik rumah.

"Teman Sanny," jawab Jaka sambil menutup pintu.

"Jadi, anak itu beneran hilang?" tanya wanita itu menghempaskan bokongnya di sofa lalu menyilangkan kaki jenjangnya.

Jaka mengangguk sambil menatap sekilas kaki mulus wanita itu, sebelum beralih ke bungkusan makanan yang dibawanya.

"Kamu belum makan malam, kan? Ini aku bawakan. Kebetulan aku juga belum makan," ujarnya.

Jaka berjalan arah sofa dan duduk di lengan sofa. Kedua tangannya mencengkram bahu wanita dari belakang. "Aku merindukanmu, Sashi sayang," bisiknya.

Sashi menoleh ke arah belakang dimana Jaka sedang mengecup bahunya dengan lembut, "Kita makan dulu, oke? Aku sudah bawakan makanan spesial kesukaan kamu." Wanita bertubuh sintal itu bangkit dari sofa menuju dapur. Kedua mata liar Jaka tak bisa lepas sedikit pun dari tubuh wanita itu. Tak sabar untuk bermain-main dengan wanita itu. Wanita itu selalu berhasil memberikan permainan terbaiknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another GIRL, Sashi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang