12

2.2K 57 1
                                    

BYURRR
Shilla berenang dengan indahnya sungguh gaya berenang Shilla tak dapat di duga, ia juga tak tahu bagaimana cara Gabriel mengajarkan gadis yang phobia dengan kolam renang ini menjadi bisa berenang walaupun pergerakannya memang masih lambat. Lia, Ify, Via,Agni, Acha, Aren, Zeva dan Keke hanya tersenyum melihat Shilla berani melawan takutnya.
Sehari setelah Lia memeluk Shilla, semuanya bertanya - tanya. Ada hubungan apa Shilla dengan Lia? Mereka semua tau jika Lia memanglah orang yang baik Cuma mungkin matanya saja yang sedang kelilipan mau berpacaran dengan orang bengal seperti Gabriel. Pandangan pada Shilla yang begitu aneh, rasa iba rasa yang begitu tinggi juga ia seperti ingin sekali melindungi Shilla dari kejahatan. Namun semuanya mereka abaikan saja selama tidak di kira lesbi no problem.
"Shill, makan deh jangan siksa diri lo!" perintah Lia menyodorkan sekotak bekal yang Lia bawa dari rumah
"gak usah deh buat lo aja"
"Shill, gue kan udah bilang! Jangan siksa diri lo! udahlah makan aja jangan sungkan - sungkan deh" paksa Lia. Shilla mengambil bekal Lia karena ia takut mengecewakan Lia dengan Shilla
"Hidung lo kak? kenapa berdarah gitu?" tanya Shilla
"gue gak paham, mungkin gue kemaleman tidurnya. Badan gue juga lagi lemes nih. Makanya lo jangan buat gue ngeluarin tenaga deh" jawab Lia.
"periksa yuk" ajak Shilla
"maksud lo ke rumah sakit?" tanya Lia
"ke dukun beranak kalo lo mau!" gemas Shilla
"lah emang siapa yang mau lahiran?"
"Laki lo"
"astagaa Gabriel bukan transgender Shilla" jawab Lia serius.
"gue canda kali kak. yaudah bekelnya thanks ya. Jaga kesehatan lo deh. Bersihin hidung lo sampe bener - bener bersih" kata Shilla. kemudian beranjak pergi dari tempat tersebut.
@@@@
Via berlari dari mini market yang ada di depan sekolah. tujuannya Via ingin menunggu sang bunda yang entah tak kunjung datang menjemputnya. Hubungannya memang sudah mulai membaik walaupun sifat Via sudah mulai berubah, ia sudah mulai sedikit cuek pada sang bunda tak sefrontal dan sebawel dulu.
Bahkan berulang kali bundanya membujuk Via untuk kembali seperti dulu namun Via hanya bilang 'ayah aku siapa' apa yang akan di katakan jika begini? Sadar memang jika Via memang sudah besar namun ia sendiri tak mau membahas masa lalu yang begitu menyakitkan untuk dirinya.
"Kenapa setiap gue ada di luar sendirian itu selalu ujan? Gak bawa payung pula gue" dumel Via ketika ia menyadari bahwa di luar hujan.
Via nekat, ia harus menerobos hujan, jika tidak ia akan pulang malam. Hujan akan berlangsung lama karena petir dan geledek terus saja menggeparkan petala langit dan seluruh penjuru isinya. Mata Via tertuju pada payung biru yang telah menjadi penolong ketika kesusasahan. Via berlari dan seolah tanpa dosanya ikut berpayung di samping pria itu. tak usah menebak sudah tau pastikan jika dia siapa? Alvin Jonathan Daneswara si jenius yang mempunyai mata minimalis menurut Ify dan irit dalam berbicara.
Alvin melirik ke belakangnya ketika menyadari ada orang yang dengan wajah tanpa dosanya ikut nimburng. Mata Alvin melotot ketika tahu dia siapa. Astagaaaaa cewek hujan lagi selalu dia yang merepotkannya di kala turun hujan.
"apa gue harus beliin lo sepuluh payung?" tanya Alvin. Via nyengir kucing merasa malu. Eh Via punya malu emang? Dia sama seperti Ify tak ada malunya.
"heheh,,, ya maaf deh kan darurat" jawab Via
"setiap hujan selalu darurat?" tanya Alvin
"heheh iya deh nanti gue ikut pepatah, sedia payung sebelum hujan"
"kenapa gak cari Alvin sebelum hujan?" tanya Alvin
"lah?" bingung Via
"lo selalu ada di dekat gue ketika hujan turun" kata Alvin.
Matanya tak menatap Via sedikit pun ia terus terfokus pada jalanan depan. Sedangkan Via justru sebaliknya ia berusaha untuk mendekat ke arah Alvin agar badannya tak terkena air hujan dan terus memperhatikan kata demi kata yang eluar dari mulut Alvin. Bagi Via ucapan Alvin itu harus di abadikan karena dia ngomong seperlunya saja.
"lo bisa kan gak pandang gue begitu!" tanya Alvin
Via langsung diam dan kemudian menatap ke depan.
@@@@@
matahari yang bersinar terik di atas langit melambangkan bahwa hari ini adalah hari yang cerah. Walaupun pasti akan hujan entah malam atau siang atau sore. Tapi yang penting hari ini ada cerahnya, baju Ify belum pada kering! Kemarin saja Ify harus memakai sepatu yang tak pantas di gunakan jika memakai seragam khas sekolah.
Ify berjalan memasuki gerbang sekolah dengan santai. Masih pagi ada waktu lah untuk contek - contekkan. Walaupun pintar tapi Ify kan mau juga bergabung dengan manusia - manusia yang hobi nyontek biar tak di kira sombong atau apa.
"eh Ren lo udah belum pr Indo? Gue belum nih liat dong" ucap Ozy pada Acha. (yang ngetik gak typo).
"udah nih, mau liat?" jawab Acha
"heheh kayak gak tau gue aja lo! geser!" Ozy cengengesan dan dengan tampang watadosnya ia menyuruh Acha bergeser di tempat sebelahnya. Padahal Acha sedang konsen menghitung rumus fisika yang soalnya sedikit tapi jawabannya bisa sampai 1 halaman sendiri.
"lagi ngerjain apa sih lo? serius amat? " tanya Ozy tapi mata dan tangannya masih terus terfokus pada contekan
"fisika. Kan hari ini di kumpulin?" jawab Acha sama dengan Ozy gadis itu tak melirik dan tangannya masih terus di gunakan untuk perhitungan manual.
"hah? Seriusan lo?" tanya Ozy.
Kini ia malah beralih menatap Acha dengan tatapan yang kaget. Apa yang Acha lakukan? Seketika itu pula Acha terkaget dan sedikit takut dengan ekspresi ozy! Kepala Acha pelan - pelan turun dan kemudian di naikkan lagi. tanda ia mengiyakan jawaban Ozy.
"yaudah kalo udah selesai bilang ya. Gue mau nyontek" kata Ozy.
ia langsung kembali ke aktivitas awal yaitu mencontek. Namun Acha masih cengo dengan Ozy.
"sok - sokan kaget lo Zy, biasanya emang nyontek juga!" sambar Ify dari kejauhan kemudian melemparkan kertas yang sudah di bentuk bola ke kepala indah Ozy.
"hehehe biar kayak di sinetron gitu Fy" cengirnya.
"mendrama dah idup lo. berasa liat film elif gue" celetuk Via tiba - tiba ikut dalam pembicaraan mereka.
Sebenarnya Via ingin memasukkan buku namun mejanya memang melewati mereka jadilah Via ikutan itung - itung senam mulut.
"nyambar aja lo Vi kek petir salah alamat" timpal Ozy
"noh petir jadi korban lagu alamat palsu yeehh?" tanya Agni yang lagi - lagi ikutan nyambung.
Wifi kelas mereka mungkin sedang bagus jadilah mereka konek dari satu mulut ke mulut lain.
"alamat palsu lagu siape sih?" tanya Ray
"drumer ecek - ecek lo Ray. lagu fenomenal kaga tau!" ejek Via
"itu lagu selena gemes" kata Ozy
TEEEETTT
"anjirr bell" kata Deva
Semua duduk rapih di tempat masing - masing, tapi hanya awal saja hanya pembukaan mereka diam, saat pelajaran berlangsung pun pasti mereka akan main bullya dan memperdebatkan pelajaran dari yang termasuk materi sampai yang tak masuk materi. Dari yang penting sampai yang tidak penting, dan guru - guru hanya bisa diam memperhatikan perdebatan mereka. Guru serasa tak di anggap. Oke tak apa yang penting mereka niat ngajar.
"assalamualaikum" salam pak Gibran
"waalaikumsayang pak" kata Ozy yang jawabannya ngaco sendiri.
"sayang - sayang palalo semplang" sambar Via
"please Via. yang namanya kembaran sama pak Gibran lo bisa kan gak nyambar mulu kek petir. Petir aja kalo mau nyambar pilih - pilih. Tingkat kesambaran lo itu ada berapa volume sih? menyelesaikannya harus pake rumus apa coba gue" protes Ozy.
"pake rumus Mg(s)+Hcl(aq) -> mgcl2(aq)+h2(g) aja" saran Shilla
Pak Gibran mulai terkekeh dengan pembicaraan mereka. Weeyyy guru ada di depan kalian dan kalian lebih memilih memperdebatkan protesan Via dan berujung pada rumus Shilla yang belum di ketahui Shilla mengeluarkan rumus apa. murid kurangajar dengan segudang prestasi memang.
"itu rumus apaan Shill?" tanya Ray
"rumus reaksi kimia pea!" jawab Via kesal
"weiitttsss Via pinter" puji Deva
"pinter palale semplak! Lo liat weehh yang Shilla sebutin itu rumus yang ada di papan tulis yang di bahas kemaren dan belum ke hapus terus masih terpampang jelas tulisan kalo itu rumus reaksi kimia!!!" jawab Ify
"bhahahahahhaahah" tawa anak - anak sekelas. Via langsung misuh - misuh tak jelas
"gak jadi muji Via gue!!!" kata Deva
"lo aja yang o2n" jawab Agni.
"yang gue heranin. Apa hubungannya rumus reaksi kimia sama Volume?" tanya Via yang mulai sadar akan pernyataan shilla dan pembahasan mereka yang tak penting itu.
"kaga ada!" jawab Agni, Shilla, Ozy, Ray, Deva, Ify dengan tampang sok polsosnya.
"bhahahahahahah" tawa lagi anak sekelas.
Oh tidak ternyata pak Gibran pun turut terkekeh dengan pembicaraan mereka yang tak penting itu. saat mendapat tertawaan mereka langsung diam akibat malu dan tak ada bahan pembicaraan lagi yang akan di sampaikan kecuali materi dari pak Gibran itu sendiri.
"udah debatnya? Bapak boleh sampein materi?" tanya pak Gibran dengan suara yang begitu halus.
"materi baru ya pak?" tanya Acha
"apa Cha?" tanya Via dan Ify bersamaan.
"gak jadi" jawab Acha langsung menunduk akibat malu. Mungkin suaranya terlalu kecil jadilah mereka tak mendengar apa yang Acha katakan.
"iya Acha materi baru!" jawab pak Gibran yang ternyata mendengar pertanyaan dari Acha.
"apa pak materinya?" tanya Via
Pak Gibran tak menjawab justru ia berjalan menuju ke depan dan menuliskan di papan tulis. Via hanya mengelus dada untuk bersabar. Suaranya yang besar tak di ladeni sedangkan Acha yang kecil di ladeni.
"kemaren emak gue beli kacang harganya udah mulai mahal lho Vi" sindir Ray
"sekilo berapa Ray" tanya Via
"sepuluh ribu" jawab Ray
"ahh hayati Syakittt" kata Via
"ekhemm...." dehem pak Gibran.
Pak Gibran sesungguhnya bukan mencueki Via tapi kebetulan Via bertanya untuk itu ia langsung menuliskan materi yang akan di sampaikan.Via dan Ray kini mulai fokus pada papan tulis.
"coba Via baca yang bapak tulis" perintah pak Gibran.
"Fakta dan tanggapan dalam teks" Via membaca tulisan yang di depan.
"nahh itulah materinya" jawab pak Gibran.
Pak Gibran mulai menjelaskan sesuai materi dengan jelas. bahkan murid - murid pun benar - benar memperhatikan penjelasan yang ia berikan dengan fokus. Ia senang bahkan sangat senang ketika murid - murid mulai aktif bertanya saling membantu jawab saling berdebat yang bersangkutan dengan materi.
Ify, ia lebih memilih diam dan berfikir bagaimana caranya agar ia bisa membalas perbuatan Rio yang kemaren? Seenak jidat suruh Ify mengerjakan tugas fisika yang soalnya sedikit dan jawabannya banyak. Tentang apa? tentang cermin. Menghitung rumus, menggunakan logika dan melukis. Dahsyat bukan? Ingin sekali Ify sobek - sobek buku Rio tapi ancamannya adalah buku keseniannya ada pada Rio. kalau Rio tak mau mengembalikan sama saja ia rela di hukum oleh guru kesenian yang Killer, gendut, kalo ngomong pake kuah. Untung saja ia bisa memahami rumus yang ada dalam buku tersebut jadilah Ify dapat menyelesaikannya walapun dengan usaha yang rumit. Aaarrggghh tapi Ify tetap bersyukur setidaknya ia sudah mengantongi materi untuk kelas sebelas nanti. Rela? Ya tidak bisa yang ada Rio malah keasyikan menyuruhnya.
"Ify!!" panggil pak Gibran sambil menepuk pundak Ify pelan
"ada masalah? Kok diem aja?" tanya pak Gibran
"hah? Eengg -,- gak pak gak ada apa - apa"
"kalo ada maslah jangan di pendam ya. Kamu bisa cerita ke bapak"
"eh iya pak, makasih" jawab Ify
" kerjain soal yang di papan tulis ya Fy. Jangan melamun gak baik"
"iya pak."
Tak lama kemudia pelajaran telah selesai. Ify terdiam masih tak memikirkan ocehan Via yang sedari tadi tak tau bicara apa gadis ini.
'ahhhaaa gue punya ide buat kerjain siluman sontong itu' pikir Ify
Bel istirahat telah berbunyi semua siswa berbondong - bondong untuk mengapeli ibu kantin dengan segala jenis makanan yang akan membuat mereka kenyang dan stressnya berkurang. Ify ke kantin? iyalah ia akan melakukan pekerjaan di sana.
"Diniii" panggil Ify pada Dini teman sekelasnya
"iya Fy kenapa?" tanya Dini
"gue boleh beli yang di tangan lo gak?"
"hah? Tapi Fy ini kan obat!!"
"anak TK juga tau itu obat. Lo fikir gue ngira itu apaan? Ee kambing? Buset dah.. jadi lo mau kaga noh obat di beli? Di apotek juga banyak kan?"
"iya sih tapiii.... gak buat yang macem - macem kan?" ragu Dini.
Ify memalingkan matanya kesal. Ini orang tinggal kasih aja susah amat jangan sampe setan yang tidur di otak Ify bangun Cuma gara - gara ini doang nih.
"iya Cuma satu macem kok" kata Ify
"yaudah deh nih.." Dini memberikan obat itu pada Ify kemudian Ify pergi meninggalkan Dini di dalam kelas sendirian.
'satu macem. Bales dendam sama siluman sontong' pikir Ify.
Peduli apa Ify mau Dini sendiri atau mau jempalikan di kelas yang terpenting ia sudah mendapatkan barang yang ia inginkan.
Di kantin Ify menengok ke kanan dan kiri mata bonekanya terus menelusuri dimana sahabat - sahabtnya berada? Mereka cari tempat duduk atau mau jadi tikus sebenarnya? Cari tempat duduk saja nyelip - nyelip. Iya gitu Ify harus mencari mereka sampai bel istirahat berbunyi.
"beliin gue minuman!" perintah Rio. tiba - tiba ada di samping Ify
"eh siluman sontong!! Lo fikir gue budak lo apa di suruh beliin minuman? Lo kan punya kaki, punya tangan, punya nyawa, punya raga ya manfaatin lahhh!!!" tukas Ify.
Banyak yang memperhatikan perdebatan antara Ify dan Rio di kantin. dan yang mereka lakukan adalah takut! Kenapa? Selama di sekolah ini tak ada yang berani menentang Ify dan Rio bahkan guru sekali pun banyak yang takut pada Ify. kecuali guru Bk dan guru Kimia Ify mereka tak takut pada dua anak iblis itu.
Rio menyambar minuman orang dengan sembarang yang akan di minum. Dan bersiap akan menumpahkan minuman itu pada buku Ify yang sedari tadi ia bawa - bawa tak jelas. Ify teringat sesuatu. Ah ya niat dia kan disini mau mengerjai Rio? harusnya ini kesempatan bagus.
"ehh oke jangan. Gue beliin lo minum iyeee asal itu buku balikin" sergah Ify
"beliin aja dulu"
"ck. yaudah lo mau minum ape?"
"jus alpuket"
"yaudah. Dimana tempat duduk lo?"
"nomor 4"
Ify berjalan menuju tempat jualan jus. Di kantin memang tukang jualan berdekatan jadi seperti beli di satu tempat namun banyak pelayan. Ketika Ify sampai ia langsung memesan jus alpukat untuk Rio.
"misiii misiiii gue mau beli jus alpuket buat Rio.. lo tau kannnn semua Mario Felixio Hendrawan jadi harap mengalah untuk satu jus kalo lo semua gak mau mati perjaka atau perawan."
Nurut. Semua yang ada di sana mempersilahkan Ify untuk memesan jus duluan. Mereka masih perjaka masih perawan dan satu lagi masih jomblo. Dari pada mati di tangan Rio masih mending langsung galih kuburan sendiri.
Setelah jus itu di layani. Ify memasukan beberapa obat pada minuman Rio. baru saja Ify akan pergi namun matanya tertuju pada sesuatu yang menyenangkan. Aahhhh dewi fortuna memihak pada Ify kali ini. hahah Indahnya dunia.
Ify mengambil mangkuk yang berisi sesuatu yang sangat Rio benci guys. Apa itu samballll Rio tak suka samball. Muka sangar tapi sama sambal tak suka ckckck...
'keracunan - keracunan lo Yem hahah' pikir Ify. ia menaruh beberapa sendok sambal ke dalam jus tersebut. Rio tak mungkin memperhatikan Ify karena badan Ify kecil dan Ify berada di antara puluhan murid yang tengah mengantri di sana.
Ify menghampiri Rio dan kedua kawannya untuk memberikan Jus milik Rio. tak apalah Rugi sepuluh Ribu untuk hari ini toh itung - itung amal pada Rio.
"mana buku gue?" palak Ify. Rio memberikannya pada Ify tanpa melihat kebelakang dimana Ify berdiri.
"minumnya pelan - pelan ya Yem. Awas kepencok lo" saran Ify.
Rio berfikir sedikit. Ify menyuruhnya minum jus pelan - pelan? Tumben sekali iblis mungil itu memintanya pelan - pelan untuk minum? Khilaf atau sudah dapat hidayah? Ck peduli apa dirinya.
Rio meminum jus tersebut dengan santai seperti tak terjadi apa - apa namun di detik ketiga. Mata Rio melotot mukanya mulai merah dan ia menyemburkan minuman itu pada mie ayam yang baru saja akan di makan Cakka.
"huaaaaaa Bosss mie ayam gue masaaa!!" lirih Cakka melihat mie ayamnya naas karena sudah mendapat semburan jus milik Rio.
"kenapa lo bos?" tanya Gabriel
"minum nih!!!"
Gabriel meminum sedikit jus yang Rio minum barusan. Busettt rasanya pedas pait manis kayak permen nano - nano. Eh tunggu paitnya dari apa? kalo pedas pasti dari sambel kalo manis pasti melihat muka Gabriel salah maksudnya dari gula. Tapi ini pait? Rio merebut kembali jus yang ada di tangan Gabriel kemudian mencium bau jus itu. kayak ada bau obatnya.
"mati Lo iblisss" bengis Rio. Cakka langsung memberikan air teh pada Rio yang masih kepedasan. Argghhhh pasti Ify sudah tau kelemahan Rio adalah tak bisa di kasih sambali jika di kasih sambal sedikit saja ia pasti akan mules - mules tak jelas.

Diantara Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang