29

2.2K 81 6
                                    

Gabriel masih kebingungan ingin mencari kemana lagi Shilla. Kemana sebenarnya gadis dengan sejuta teka - teki itu? Gabriel menyerah hingga akhirnya ia pulang ke rumah dengan pikiran yang kacau.

Tak seperti biasanya Gabriel termenung di dalam kamar.  Gabriel seperti hilang sifat premannya secara tiba - tiba.  Entah kenapa ia masih memikirkan dimana keberadaan Shilla.  Dan Gabriel hanya berharap agar Shilla masuk sekolah agar ia bisa menjaga Shilla dan melakukan amanat yang di sampaikan oleh mendiang kekasihnya.

Gabriel menarik nafasnya,  ia tak mau jadi anak alay yang merenungi nasib.  Bukan gayanya sekali.  Mungkin ia bisa dengan cara pintar melacak keberadaan ponsel Shilla atau ponsel ayah Shilla.  Karena hanya mereka yang bisa di tindak lanjuti.  Sumpah ini udah kayak kasus serius yang bikin galau. 

"Lah anjir mikirin Shilla jadi laper" gumam Gabriel.  Tapi Gabriel malah menistakan diri di atas springbadnya.  Hanya duduk di ujung sambil menopang dagu yang bingung,  Gabriel bukan jones tapi dia hanya malas untuk melakukan apapun.  Jika ia menyalakan handphonenya pun akan banyak sekali notif yang bermunculan di handphone nya. 

"Ayah gimana ye kabarnya?" pikir Gabriel. 

"Anjir gue lupa..  Nyedzzz..  Surat itu kan belum gue Kasih ke kakek! Duh surat Cinta bu Indri gak boleh di abaikan" Gabriel teriak alay ikutin profesi ayahnya.

gabriel seperti anak kecil. Berlari ke kamar kakeknya,  bodoamat kakeknya akan berteriak atau apa karena telah mengganggu aktivitasnya yang paling penting kakeknya harus ngapel ke bu indri kalau tidak ia akan mendapatkan pointm dan satu point 50 soal fisika,  kimia dan matematika. Itu berlaku jika kakeknya benar - benar tidak datang. 

"Kekkkk lo lagi apa??  Kita harus ngomong empat mata empat kuping keeeekkkk woyyy kekkk keluar woyyy" teriak Gabriel dari luar kamar kakeknya yang mewah itu. 

"Eh anak kunyukk lo gak bisa apa biarin kakek lo tenang barang sehari doang?" geram kakek Gabriel merutuki cucunya di dalam sana.

"Kagaaa..  Ah elaahh cepet napa" paksa Gabriel. 

"Halaahh paling juga nohh surat dari guru bk lo udahh sono lo minta ama bokap lo yang dateng" kata Kakek di dalam sana.  gabriel terdiam,  kenapa kakek bisa tau jika ia sudah berbaikan dengan ayahnya?  Aihhh Gabriel kau harus ingat jika kakekmu juga species Iblis yang akan tau apa yang terjadi dalam hidupmu. 

"Canda lo kek..  Ogahh gak sudii guee.  Kekkk..  Ah elah jangan gitu dong tega bener ama cucuk sendiri" Gabriel Drama di depan pintu kamar kakeknya. 

"KAGA GUE BILANGG..  ENYAH GAK DARI DEPAN PINTU KALO GAK UANG JAJAN LO GUE SUNAT LAGI" amuk Kakek Gabriel. 

"Jadi lo tega kek ama gue. Lo kan tau kalo gue cuma punya lo sama nenek, gue malu kalo ayah yang datang ke sekolah apa lo gak liat gimana keadaan ayah.  Apa lo tega liat cucu lo tanggung aib di sekolah" Gabriel malah jadi melanklonis alay.  Sok paling nista di depan kakeknya padahal modus. 

"Di bilangin kaga bisa Gabriel.. Besok gue mau ke Belanda ngurus cabang.  Serah lo mau apaan dahh..  Bokap lo cantik kaga ada yang tau dia cowok.  Pas di sekolah panggil aja dia mamih.  Jangan oon jadi manusia" kakeknya ceramah dari dalam kamar. 

"Halahh cabang mulu lo.  Mati siapa yang ngurus noh perusahaan" decak Gabriel. 

"Lo sama bokap lo lah"

"Mimpi Indah lo sono.  Gue mau jadi mentri hukum bukan jadi pengusaha kek" finish Gabriel paling tidak suka jika harus berurusan cita - cita dan realita.  Ia pergi meninggalkan kamar kakeknya yang belum juga terbuka.  Gabriel menyambar kunci lalu pergi meninggalkan rumah.  Kemana lagi jika bukan ke rumah ayahnya. 

Diantara Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang