27

2.2K 79 16
                                    

Nah ini anggap aja sebagai annive Rfm yang ke 6 tahun
#RFM6otoRemember

Rio masuk ke dalam rumah Alvin dan sampai di depan kamar Alvin. tapi saat masuk ke rumah Alvin Rio sepertinya melihat satu anggota baru di dalam rumah itu. seorang bocah mungil yang menggemaskan dengan rambut panjangnya. Tak mau peduli Ri naik ke lantai atas dimana terdapat kamar Alvin. Tasya membuka pintu kamar Alvin dan melighat Alvin dengan wajah seperti mayat. Bahkan tubuhnya yang kaku semakin kaku diam tak ada pergerakan hanya kedipan mata itupun dengan waktu yang sedikit lama.

“bujuk Alvin yo. Cesya yakin kamu bisa lakuin itu. dulu Via yang bisa lakuin itu. sekarang cesya yakin kamu yang mampu ngelakuin ini.”

Rio mengangguk tegas dan mengiyakan ucapan Cesya, kakak Alvin. Pelan - pelan kaki Rio melangkah menuju pojok kamar dimana Alvin duduk. Rio jongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Alvin. Ia menepuk punggung Alvin namun lelaki itu masih diam tak bergerak sedikitpun hanya nafas yang berhembus serta mata yang berkedip.

"Vin ini gue Rio. Lo kenapa?" tanya Rio.

   Alvin masih dian tak bergeming seolah di sampingnya tak ada siapapun. Hati Rio mencelos merasa sakit hati, tapi ia juga harus sadar dan tau diri bahwa dulu Rio melakukan hal yang sama bahkan lebih parah dari apa yang Alvin lakukan

"Vin lo denger gue?" tanya Rio. Masih sama Alvin diam.

  Tak tahan  Rio langsung memeluk tubuh Alvin seerat mungkin kalu bisa ia melakukannya sampai dada Alvin sesak agar ia sadar bahwa sedari tadi ada orang di sampingnya yang juga tersiksa melihatnya seperti ini. Rio masih memeluk tubuh Alvin sampai ia merasakan bahwa bajunya terasa basah. Alvin menangis di pelukannya, seseorang yang ia anggap Hero itu kini mengeluarkan air mata pilunya dan ini pertama kalinya ia menyaksikan sahabatnya menangis.

"Lo ngapain peluk orang brengsek kayak gue hah?" tanya Alvin.

"Sorry Vin, gue yang salah gue yang jahat gue ke sini untuk minta maaf gue ke sini mau mulai semua persahabatan kita dari awal" Kata Rio.

"Buat apa? Kebahagiaan lo akan runtuh kalo lo mulai lagi sama gue. Dari lahir pun gue udah jadi perusak." ucap Alvin pilu

"Semua takdir"

"Tapi takdir gue kejam. Mana kebahagiaan buat gue? Di tinggal nyokap! Di tinggal kakek! Di benci sahabat! Bokap pergi buat kawin lagi! Terus dua - duanya mati! Dan tinggalin satu anak! Dan perusahan semua di limpahin ke gue! Mana kebahagiaan buat gue??" racau Alvin masih dalam pelukan Rio

"Gue di sini… gue Cakka, Gabriel kita di sini ada buat lo Vin. Lo gak sendiri. Banyak yang lebih pahit dari lo. Coba lo liat Gabriel dia gak tau siapa orang tuanya, kakeknya pun galak neneknya jarang di rumah. Lo tau? Shilla lebih parah dia gak pernah di kasih jatah makan malam bahkan orang yang sayang sama dia aja pergi jauh, dia bukan anak kandung keluarganya dia anak pelacur yang gak tau sekarang dimana ibunya. Tuhan gak akan kasih cobaan yang gak bisa di lalui umatnya. Lo hanya perlu bertahan. Jangan diam Vin lo harus raih kebahagiaan lo, bangun kita berjuang buat gapai impian kita pas SD" kata Rio.

   Alvin melepas pelukan pada Rio lalu mengangguk dan sedikit tersenyum walaupun ia tak yakin jika ia akan bahagia. Tapi ia tak bisa jika begini terus, masalah perusahaan ia serahkan semuanya pada calon suami Cesya. Alvin tau dia orang yang baik.

   Alvin keluar kamar dan menemukan omanya yang sedang duduk menatap Alvin sedih. Alvin menghampiri omanya dan langsung berlutut sambil mencium tangang omanya.

"Maafin Alvin Oma maaf Alvin repotin oma Alvin janji gak akan kayak gini lagi" Alvin menangis, Oma langsung memeluk tubuh Alvin dan mengusap punggung cucu laki - laki satu - satunya itu.

Diantara Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang