Part 1

11.4K 994 246
                                    

Ketika hujan jatuh dan suasana berubah menjadi sepi, di situlah kenyamanan muncul. Nyaman akan kesendirian yang ada. Tanpa pengganggu dan perusak.

Nadine Aurelia Eveline, gadis cantik, yang memiliki mata berwarna coklat, serta rambut yang panjang, membuat gadis ini terlihat anggun. Namun sayangnya, sifatnya yang dingin dan kutu buku membuat ia memiliki sedikit teman.

Nadine hanya tinggal dengan sang ayah dan kakaknya. Tidak, ayah dan kakak Nadine bukan keluarga kandung Nadine. Nadine hanyalah anak yang Ayahnya adopsi dari salah satu panti asuhan.

Hujan tak kunjung reda, Nadine pun memutuskan untuk berteduh di coffee shop favoritnya. Dia selalu berada disini disaat hujan tiba, terkadang Nadine pergi ke cafe ini hanya untuk menenangkan hati dan fikirannya.

Terlihat ruangan cafe ini sangat penuh, untung saja dia melihat satu tempat yang tersisa. Nadine pun segera memesan apa yang akan ia santap sebelum ada yang menempati tempat tersebut.

"Coffee latte," ucap Nadine dan seorang pria bersamaan.

Nadine memandang pria di sebelahnya dengan tatapan kesal. Tak kalah dengan Nadine,  pria yang berdiri disebelah Nadine juga menunjukkan tatapan kesal dari matanya.

"Mbak, Mas mohon maaf, mejanya tinggal satu yang tersisa, kalau mau anda dapat berbagi tempat duduk," ucap pelayan memecahkan tatapan tajam antara Nadine dan pria di sebelahnya.

Nadine pun berjalan ke arah meja yang tersisa dengan diikuti oleh pria tadi.

"Ngapain sih?" tanya Nadine pada pria yang mengikutinya.

"I just wanna sit down and drink the coffee. Not more," jawab pria tersebut dan segera duduk di salah satu kursi meja nomor 12. Nadine pun mendengus kesal dan duduk di kursi yang ada di seberang.

Hanya keheningan yang menyelimuti meja nomer 12 ini. Tidak ada satu pun diantara mereka membuka mulutnya.

"Bastian Reuel," ucap pria yang duduk diseberang Nadine. Dia berusaha memecahkan keheningan diantara mereka.

"Nadine, Nadine Aurelia Evelin," ucap Nadine membalas uluran tangan Bastian.

Setelah mereka berkenalan, situasi bungkam kembali menyelimuti meja ini. Nadine yang sibuk dengan novelnya dan Bastian yang sibuk dengan handphonenya, menambah kadar kemalasan untuk berbicara. Hanya ada suara yang dihasilkan saat mereka menyeruput kopi masing-masing.

Hujan pun akhirnya berhenti, segerombolan orang mulai kembali melanjutkan aksi jalannya. Sementara, pengunjung cafe ini juga berangsur-angsur mulai berkurang. Bastian dan Nadine memutuskan untuk keluar juga. Tidak, mereka tidak janjian untuk keluar bersama. Entah ini kebetulan atau memang sudah direncanakan yang kuasa, sehingga mereka berdiri secara bersamaan.

Nadine mendengus kesal untuk yang kesekian kalinya. Bagaimana tidak, Langkah mereka selalu bersamaan. Membuka pintu cafe ini pun bersamaan juga.

"Lo kenapa sih, ngikutin gue mulu?" ucap Nadine kesal dan Bastian hanya tersenyum dan mempersilahkan Nadine untuk berjalan keluar terlebih dahulu.

Nadine pun berjalan pulang dan Bastian berjalan menuju mobilnya. Mereka terpisah di tempat ini.

~~~

Hai ini cerita kedua aku.
Maaf kalau masih banyak yang aneh bahasanya, tulisan yang salah.

Saran dan kritik sangat aku butuhkan.
Jangan lupa votement yaa^^

Makasih^^

29 Juli 2016
Merinda Pahlawanti N. P

Coffee LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang