Part - 6

4.5K 437 38
                                    

"Nad, lihat belakang deh," ucap Bastian dengan senyum liciknya. Dengan bertanya-tanya,  Nadine segera menoleh kebelakang dan...

"Yaaak..."

"Bastian, usir dia..." ucap Nadine sambil lompat-lompat di tempat. Ia berusaha menghindari kucing yang sedang mendekat kearahnya.

"Bastian.... Aaa," teriak Nadine saat ia terjatuh dari aksi lompat-lompatnya. Bastian yang melihat itu segera berlari kearah Nadine dan membuang kucing yang ada di dekat Nadine.

Bastian mengulurkan tangannya untuk membantu Nadine berdiri. Namun, kaki Nadine merasa sakit saat harus berdiri, sepertinya ia tekilir.

Nadine menggelengkan kepalanya pelan. Bastian yang paham akan tatapan dan gelengan Nadine, ia segera jongkok dan menggendong tubuh Nadine ala bridal style. Nadine terkejut akan sisi perhatian yang dimiliki Bastian.

"Maaf," ucap Bastian pelan. Nadine mengerutkan dahinya saat seorang Bastian mengucapkan kata maaf seperti tadi.

"Maaf udah ngerjain lo, gue gak tau kalau lo setakut itu sama kucing," lanjutnya. Bastian mendudukkan Nadine di kursi belakang mobilnya. Ia meluruskan kaki Nadine dan Bastian melepas sepatu yang dikenakan Nadine.

"Gue gak papa lagi, cuma terkilir, nanti juga sembuh," ucap Nadine yang merasa gak enak dengan Bastian.

Bastian menghiraukan ucapan Nadine dan dia melanjutkan aktivitasnya untuk melepas sepatu yang Nadine kenakan. Setelah kedua sepatu Nadine sudah ditanggalkan dari kakinya, Bastian segera memijat pelan kaki Nadine.

"Akan sakit diawal, maaf," ucap Bastian dan menekan kaki Nadine.

"Awww," Nadine berteriak kesakitan.

"Lo bisa gak sih! Udah gue bilangin gak usah!" teriak Nadine sambil menahan sakit akibat ulah pijatan Bastian.

"Bodoh! Sakit Bas,"

"Lo duduk disini aja, kakinya lurusin. Gue harus cepat tiba di tempat dengan cepat, Theo sudah nunggu," ucap Bastian yang berpindah tempat duduk di bangku pengemudi.

Laju mobil Bastian berjalan dengan kecepatan normal. Ia sesekali memandang Nadine melalui kaca spionnya. Ia menghela nafas ketika melihat Nadine sudah menurunkan kakinya, berarti itu tandanya kakinya sudah membaik. Hanya butuh 25 menit, mobil Bastian telah berhenti disalah satu cafe.

"Bisa jalan?" tanya Bastian saat membukakan pintu untuk Nadine.

"Yakali, gue gak lumpuh kali, santai aja napa!" ucapnya sinis dan langsung memasuki cafe, meninggalkan Bastian di parkiran mobil. Bastian hanya menggelengkan kepalanya dan berjalan mengikuti arah Nadine. Mereka mencari sosok Theo yang ia tunggu. Terlihat dari jauh ada seonggok eh salah seorang pria tampan melambaikan tangannya. Iya, pria itu adalah Theo, Ketua pelaksana Diesnatalis kampus.

"Maaf ya lama," ucap Bastian yang langsung duduk didepan Theo.

"Santai aja kali Bas, kayak sama siapa aja," jawab Theo.

"Oh iya, ini kemarin hasil rapat saya sama mahasiswa kedokteran," ucap Bastian sambil memberikan note kecil kepada Theo.

"Duh Bas, gak usah formal-formal deh, diluar kampus juga, santai aja lah," jawab Theo sambil membaca hasil rapat team bazar.

Theo terlihat manggut-manggut saat membaca hasil rapat tersebut. Sesekali Bastian melirik kearah Nadine yang terlihat kehausan atau bahkan lapar.

"Sebentar ya?" ucap Bastian dan beranjak dari meja tempat rapat santai mereka.

15 menit setelah Bastian pergi, ia kembali dengan membawa 2 cup minuman. Yang pasti untuk dirinya dan juga Nadine.

"Ni," ucap Bastian sambil memberikan satu cup minuman. Nadine belum juga menerima minuman yang diberikan Bastian, ia malah mengerutkan dahinya.

"Elah, lama deh, tinggal ngambil terus diminum aja susah," ucap Bastian dan meletakkan satu cup coffee latte didepan Nadine. Ia kembali duduk di kursinya, setelah meletakkan minuman didepan Nadine.

Beberapa kali mereka terhanyut dalam suasana rapat yang serius, sedikit perdebatan yang membuat mereka beberapa kali menghubungi seseorang. Perbedabat kecil dan penjelasan ringan mereka lalui.

"Oh iya, berhubung kalian yang ada disini, gue mau kalian yang jadi ketua panitia di acara bazarnya," ucap Theo, bukan ucapan, lebih tepatnya perintah dari ketua umum.

"Gak!" elak Nadine dan Bastian bersamaan. Theo hanya mengerutkan dahinya dengan memandang Nadine dan Bastian secara bergantian.

"Gue gak nerima penolakan!"

"Tunggu, kan ada Kenan sebagai ketua FK, kenapa gak dia aja sih Te?" ucap Nadine yang masih berusaha menolak.

"Professional," ucap Theo sambil membereskan kertas-kertas di meja mereka.

Mendengar satu kata yang Theo ucapkan, Nadine dan Bastian hanya mendengus kesal dan pasrah. Mereka harus bersifat professional bukan?

Setelah urusan selesai, Bastian, Nadine dan Theo menuju ke parkiran. Bastian dan Nadine harus kembali ke kampus, sedangkan Theo, dia juga ke kampus.

"Tunggu, lo ke kampus Te?" tanya Bastian.

"Iyalah, kemana lagi?" jawabnya enteng.

"Ya Allah, kalau gitu lo tadi ke kampus aja apa susahnya sih Te? Kan gue gak harus susah-susah kesini, apalagi sama orang ini!" ucap Bastian yang memelankan kalimat terakhirnya.

"Hahaha, gue mager, lagian juga enakan di luar kampus kali, gak formal-formal banget,"

Bastian memasuki mobilnya yang diikuti Nadine. Nadine membuka pintu belakang mobil Bastian.

"Gue bukan supir lo, pindah depan!" ucap Bastian saat Nadine akan masuk di kursi belakang mobil Bastian.

Nadine yang cuek, sama sekali tidak menghiraukan ucapan Bastian, ia malah langsung duduk di kursi penumpang. Bastian menatap Nadine dengan tatapan mematikan, namun Nadine adalah Nadine, gadis cuek yang gak mau dikengkang.

"Batu," ucap Bastian yang melajukan mobilnya.

Belum lama Bastian mengendarai mobilnya, ia sudah memberhentikan mobilnya di tepi jalan, bukan, tempat ini bukan di kampus. Bastian melirik Nadine yang sedang asik memainkan I-Phonenya.

"Kenapa?" tanyanya tanpa melihat kearah Bastian.

"Gue laper, turun dulu," ucap Bastian yang mulai keluar dari mobil.

Nadinepun mengikuti apa yang Bastian lakukan. Ia menyebrang tanpa menunggu Bastian. Ia masih sibuk dengan hanphonenya. Hingga dari jauh suara klakson berbunyi.

Dan...

***

21 Oktober 2016

Merinda Pahlawanti N.P

Coffee LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang