#Nadine P.O.V
Setelah aku pulang dari cafe, aku segera menuju ke rumah. Karena apa? Karena keluargaku pasti sudah menungguku pulang. Dan benar saja, setelah aku tiba di rumah, terlihat wajah cemas dari ayah. Ayahku, lebih tepatnya ayah angkat yang sudah aku anggap menjadi ayah kandungku, ia menatapku dengan tatapan kekhawatiran."Nak, dari mana saja? Hujan sangat lebat diluar, lihat betapa khawatirnya ayah dan kakak kamu," ucap ayah khawatir.
Aku sangat bahagia dengan keadaanku saat ini, dimana ayah dan kakakku sangat menyayangiku. Aku bahagia memiliki keluarga baru seperti mereka. Mereka menjagaku dan merawatku layaknya saudara kandungnya.
"Ayah, dengerin Nadine. Nadine baik-baik saja," jawabku dan dengan sekejab merubah ekspresi khawatir ayah menjadi lebih tenang.
"Ayah, biarkan Nadine istirahat dulu, lihat dia pasti sangat lelah hari ini," jawab kak Rissa, Clarissa Kauta, kakak yang sangat menyayangiku. Terkadang ikatan darah tidak menjamin kekuatan keluarga.
"Yasudah, kalian istirahat. Besok kuliah kan?" jawab ayah sambil mendorongku dan kak Rissa.
"Yes, commander," ucapku dan kak Rissa bersamaan. Kami selalu memanggilnya dengan commander. Memang benar, karena ia adalah seorang komandan TNI-AL.
Aku dan kak Rissa segera berlari dari ayah, karena ayah selalu kesal kalau kami memanggilnya dengan komandan.
Keesokan harinya aku terbangun seperti biasa. Segera mandi dan turun untuk membantu Biyun -- Asisten rumah tangga di rumah kami--
"Selamat pagi, non," sapanya dengan sangat ramah.
"Pagi Biyun. Nanti mau masak apa?" tanya ku padanya.
"Hari ini mau masak rendang daging, kesukaan Non Nadine sama Non Rissa"
"Wah, nanti kalau Nadine pulang kuliah bisa langsung makan rendang deh,"
"Yaudah deh, Nadine berangkat dulu ya Biyun sayang," lanjutku dan segera pergi dari dapur. Terdengar Biyun tertawa geli mendengar ucapanku tadi.Aku berangkat kuliah dengan mobil kesayanganku. Oh iya, aku mahasiswi kedokteran semester 5. Dokter, itu salah satu cita-citaku selain menjadi anak dan istri yang baik. Hehehehe. Kenapa dokter? Bukan berarti aku mengambil jurusan ini karena jurusan ini realistis, namun aku bahagia karena bisa menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Menghilangkan rasa sakit menjadi senyuman terindah dari bibir mereka.
#Author P.O.V
Nadine memasuki kelas yang masih sepi, dia memang sangat menyukai suasana seperti ini. Tidak ada keramaian, tidak ada kerusuhan. Suasana yang menenangkan."Pagi miss ice," sapa Erina, sahabat satu-satunya Nadine. Kenapa satu-satunya, karena sifat Nadine yang dingin membuat banyak anak enggan untuk mendekatinya. Karena pasti hanya mendapat tatapan dingin darinya.
"Stop call me ice, my name is Nadine!" ucap Nadine dingin. Terdengar kekehan kecil Erina yang masih bisa Nadine dengar.
"Kenapa gue betah banget ya punya teman kayak lo," ucap Erina frontal. Yah karena Erina memang orangnya ceplas-ceplos. Hingga terkadang membuat Nadine merasa kesal dengannya, karena tidak bisa mengontrol kecepatan tenggorokannya mengeluarkan kata-kata. Nadine pun sering mengatakan "who is she? She is not my friend," saat Erina mulai berulah.
"Sumpah, gimana pasien lo nanti ya, dokter dingin banget kayak gini," ucap Erina lagi, Nadine hanya menatapnya dingin. Ini adalah sudah menjadi makanan Erina setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee Latte
Teen Fiction[DONE] [COMPLETE] Cinta hadir tak terduga, pertemuan termenyebalkanpun dapat berubah menjadi cinta. Sebuah coffee latte dapat menggubah bongkahan es yang tertimbun dalam diri Bastian dan Nadine, menjadi hati yang hangat. Keegoisan satu sama lain, s...