Part 5

4.7K 508 101
                                    

"Oh iya, yang ke Theo siapa?" ucap Kenan sebelum pergi.

Tidak ada jawaban diantara mereka ber 4, pasti mereka mau mencari alasan untuk menemui Theo.

"Sini, biar aku aja kalau memang kalian gak bisa," ucap Bastian dengan sopan, namun sedikit menyindir ke mereka.

"Maaf Bas, aku hari ini penuh," ucap Angga

"Nad, lo bisa bantuin Bastian? Gue hari ini harus ke rumah sakit buat ngambil laporan," tanya Kenan pada Nadine.

"Hmm," jawab Nadine hanya berdehem ria. Duh dinginnya Nadine kambuh lagi.

Dan akhirnya yang harus menyerahkan laporan rencana acara Bazar adalah Bastian dan Nadine. Mereka menuju ruang BEM-U dengan suasana bungkam. Hingga seekor kucinglah yang memecahkan suasana bungkam ini. Kuncing itu melintas dikaki kecil Nadine.

"Ya... Kucing!" teriak Nadine yang tanpa ia sadari, ia memeluk tubuh tegap Bastian. Cukup lama mereka ada diposisi tersebut.

"Eheemm, mau sampe kapan meluknya?" ucap Bastian dengan kekehan kecilnya. Nadine yang tersadar segera melepaskan pelukannya pada tubuh Bastian.

"Yailah, kucing doang takut," ledek Bastian kepada Nadine.

"Bukan urusan lo," jawab Nadine dengan cuek.

"Astaga, lo makan apaan sih dingin banget jadi cewek," ucap Bastian. Nadine bukannya ngejawab malah pergi ninggalin Bastian. Bastian hanya menggeleng-gelengkan kepala.

"Dasar es" ucap Bastian lirih.

Mereka pun akhirnya tiba di ruangan BEM-U.

"Eh, Theo ada?" tanya Bastian kepada mahasiswa di ruang BEM tersebut, yang pasti mereka pengurus BEM-U atau DPM.

"Coba di telfon dulu deh, kayaknya tadi dia keluar," ucap salah satu pengurus tersebut.

Bastian keluar ruangan BEM dengan menscroll beberapa kali layar i-phonenya untuk mencari nama Theo di contactnya. Setelah menemukan nama Theo dikontaknya, ia segera menghubunginya.

"Lo dimana Te?"

"..."

"Jadi?"

"..."

"Tunggu, gue nanya dulu,"

Bastian sedikit menjauhkan telponnya. Kemuadian ia berbicara dengan Nadine.

"Ada kelas?" tanya Bastian dan dijawab dengan gelengan kepala.

Setelah mendapatkan jawaban dari Nadine, Bastian segera mendekatkan kembali handphonennya ke telinganya.

"Oke gue kesana."

Tutttt

Nadine mengerutkan dahinya dengan otak yang bertannya-tanya. Ekspresinya seperti menandakan 'kenapa?'

"Theo gak disini, kita disuruh nemuin dia di cafe," ucap Bastian yang menjawab pertanyaan dari otaknya.

"Males gue, lo aja yang pergi!" jawab Nadine sarkas.

"Gue sih bisa aja pergi sendiri, tapi jangan salahin gue kalau lo nanti diminta laporan sama Kenan," ucap Bastian yang tak kalah sinisnya.

"Bilang aja lo juga males buat pergi, mangkanya lo cari temen. Dasar, alasan lo klasik," ucap Nadine yang masih dengan nada kesinisan dan ekspresi wajah yang membuat orang kalau lagi ngobrol dengannya pasti pengen marah.

"Lo kalau gak mau ikut yaudah gak usah banyak ngomong," ucap Bastian yang sudah mulai kesal.

Dia saat ini sedang tidak ingin berdebat dan ingin tenang-tenang saja, eh malah mood nya dihancurin dengan gadis yang ada disebelahnya saat ini.

Bastian yang sudah kesal meninggalkan Nadine ditempat. Namun dengan senyum liciknya ia mengirim pesan ke Kenan untuk memerintahkan Nadine agar ikut dengannya.

Beberapa menit kemudian, dengan jarak Bastian yang belum jauh. Nadine memanggil nama Bastian.

"Bas," teriak Nadine yang tidak digubris sama Bastian. Bastian malah terus berjalan.
"Bastian, tungguin," teriaknya semakin kencang yang membuat Bastian berhenti dan membalikkan tubuhnya.

Nadine yang masih berlari, tidak sengaja menabrak dada bidang Bastian yang tiba-tiba berhenti tadi. Nadine yang terkejut menabrak tubuh tegap Bastian segera melangkah mundur, namun sepertinya, dewa tidak berpihak ke dirinya saat ini. Tanpa ia sadari tali sepatu miliknya lepas dan membuat tubuhnya hampir jatuh ke belakang. Untungnya, Bastian dengan cepat menangkap tubuh mungil Nadine. Mata mereka bertemu untuk beberapa detik.

"Lo kalau berhenti kira-kira napa!" ucap Nadine yang menjauhkan tubuhnya dari Bastian.

Bastian yang tidak ingin memperpanjang perdebatannya, ia lebih memilih untuk melanjutkan jalannya menuju tempat parkir mobil miliknya. Ia tau kalau Nadine dari tadi hanya mengikutinya dengan tatapan dinginnya.

Lagi-lagi Bastian berhenti secara tiba-tiba. Saat ini Nadine sedang mengikat rambut panjangnya, yang mungkin sedang tidak lihat jalan dengan baik. Nadine menabrak tubuh Bastian untuk yang kedua kalinya.

"Udah gue bilangin, kalau berhenti lihat-lihat!" ucapnya dengan nada tinggi.

"Gini ya Nadine sayang, kalau gue gak berhenti sekarang, mungkin lo bakal masuk ke lubang itu," ucap Bastian dengan lembut. Kelembuat Bastian tidak membuat Nadine tenang, malah membuat Nadine semakin kesal.

"Sayang, sayang pala ko peyang?" ucapnya yang kemudian pergi mendahului Bastian. Bastian yang ada dibelakang Nadine hanya mengukir senyum mautnya. Namun tiba-tiba ada sesuatu yang mengikuti Nadine.

"Nad, lihat belakang deh," ucap Bastian dengan senyum liciknya. Dengan bertanya-tanya,  Nadine segera menoleh kebelakang dan...

"Yaaa..."

***

Salam sayang dari Rinda 😘

15 Oktober 2015
Merinda Pahlawanti NP

Coffee LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang