Part 14

3.3K 252 20
                                    

Hari ini, hari dimana rangkaian acara diesnatalis universitas yang pertama dilaksanakan. Bazar kampus yang di ketuai oleh Bastian Reuel dari Psikologi sejauh ini berjalan dengan lancar, belum ada acara yang melenceng dari Run Down yang mereka buat.

"Kak, vocalist the flight dari Mipa berhalangan hadir kak, dia kecelakaan pagi ini dan posisi vocalist  jadi kosong, gimana?" Jelas koordinator sie acara kepada Bastian.

"Sekarang the flight dimana?"

"Ada di E2 kak," jawab Gita-koordinator sie acara.

Bastian segera menuju gedung E2 yang ada di belakang stage penampil acara bazar. Disana sudah ada 4 remaja yang sedang sedikit kebingungan. Bastian menghampiri ke empat adik tingkatnya dengan santai.

"Ada masalah?" Tanya Bastian kepada para personil the flight. Bukannya gimana,  Bastian memahami kepanikan dari setiap anggota grup band ini, mengingat juga mereka masih berada ditingkat pertama di jenjang perguruan tinggi, mungkin mereka sangat takut melakukan kesalahan di acara pertamanya.

"Maaf kak, vocalist kita mengalami kecelakaan, jadi kemungkinan kita harus membatalkan satu run down yang kakak buat," jelas salah satu anggota the flight dan Bastian hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Ia sedikit berpikir bagaimana cara menanggulangi masalah kecil ini agar panitia yang lain tidak kebingungan mengatur ulang run down yang telah mereka rancang.

"Kalau kalian tetap tampil tanpa vocalist gimana?" Ucap Bastian setelah terdiam beberapa saat. Ia memandang personil the flight yang sedang kebingungan.

"Maksud kakak?"

"Kalau kalian mau dan agar panitia tidak kebingungan mengubah run down, bagaimana kalau kita kolaborasi?" Jelas Bastian yang makin membuat dahi para anggota the flight berkerut, tanda bahwa mereka belum sepenuhnya paham dengan apa yang Bastian jelaskan.

"Iya kalian dan team saya, dari panitia, bagaimana?" Saran Bastian kepada the flight.

Terlihat senyum mengembang dari bibir Rio, Denis, Feyon dan Nugrah. Mereka mengangguk menyetujui apa yang diusulkan Bastian. Otak dengan segala ide, ingat ide itu muncul saat otak Bastian sedang tenang, tidak saat ia benar-benar dalam kondisi memburuk.

"Tunggu sini," perintah Bastian kepada adik tingkatnya.

Bastian keluar dari gedung E2 dengan santai dan menemui beberapa temannya, siapa lagi kalau bukan Angga dan Theo. Mengingat dulu mereka bertiga sering bermain musik bersama, Bastian memanfaat kedua temannya untuk memecahkan masalah kecil ini.

"Kenapa? Ada masalah?" Tanya Theo saat Bastian tiba diantaranya.

"Iya, buruk malahan, dan gue butuh bantuan lo berdua," ucap Bastian dengan ekspresi yang tertahan. Saat ini ia sedang menampilkan ekspresi yang penuh dengan kepanikan.

"Kita dulu pernah main musik kan? Dan gue mau nantang kalian buat main musik. SAAT INI JUGA," lanjut Bastian dengan menekankan kalimat terakhirnya. Terlihat tatapan bingung dari Theo dan Angga.

"Udah, lama lo berdua," ucap Bastian dan segera menarik tangan kedua lelaki yang berdiri di depannya. Theo dan Angga hanya menurut pasrah nan bingung.

Setiba di gedung E2, Bastian segera memberikan stick drum pada Angga dan sebuah gitar berwarna putih kepada Theo. Mereka berdua yang masih bingung hanya menatap kedua alat yang sudah digenggamaannya.

"Lo mau kita beraksi?" Tanya Angga antusias, mungkin kali ini otaknya mulai berjalam normal. Bastian hanya menjawab dengan anggukan kepala. Terlihat Theo dan Angga tersenyum lebar. Theo segera mengalungkan gitarnya.

Coffee LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang