Setelah keputusan Theo yang memilih Nadine dan Bastian menjadi ketua dan wakil acara Bazar satu minggu yang lalu, kini mereka berdua lebih sering menghabiskan waktu bersama. Untuk hanya sekedar membahas perkembangan acara, hingga terjun lapangan untuk mencari perlengkapan bazar.
"Capek gue, istirahat dulu kek Nad," ucap Bastian saat sedang memilih kain untuk bahan dekorasi acara.
"Yailah Bas, baru segini udah capek. Ngakunya aja hobi olahraga, eh disuruh kayak gini aja udah banyak alesan," ucap Nadine meledek Bastian. Bastian menatap Nadine dengan tatapan bodo amat.
"Ayo a Bas, keburu sore, gue juga harus mampir ke book store dulu buat beli buku referensi makalah," lanjutnya sambil menarik tangan Bastian.
Bastian yang tenaganya sudah melemah, hampir terjatuh akibat tarikan Nadine. Untung saja kakinya masih dapat menahan tubuhnya. Mungkin tanpa orang lain ketahui, sebenarnya kondisi Bastian kali ini tidak begitu baik. Sebelum berangkat tadi, Bastian sudah merasa pusing, namun ia masih dapat menahan penat di kepalanya.
Angga was calling
"Halo, Assalamualaikum,""..."
"Satu kain lagi gue balik, lo dimana?"
"..."
"Ih yaudah, gue balik sekarang,"
Tut...tut...tut
Bastian terlihat bingung setelah mendapat telpon dari Angga tadi. Ia berjalan mendahului Nadine, sedangkan Nadine hanya menatap Bastian aneh.
"Kenapa?" tanya Nadine yang sudah mendekat ke arah Bastian.
"Gak ngerti dah gue bingung," jawab Bastian yang menjatuhkan pantatnya di kursi pedagang es cincau.
"Lo kenapa sih? Kalau lo gak cerita gimana gue mau bantu lo,"
Bastian menghembuskan nafasnya kasar, antara bingung sama kecewa bercampur jadi satu. Ia menunduk dan menjambak rambutnya kasar.
"Proposal utama yang kemaren kita ambil ke Theo hilang gak tau kemana," jawab Bastian. Nadine yang mendengar penjelasan Bastian hanya menatapnya datar.
"Kok lo biasa aja sih?"
"Gimana lagi? Sudah terjadi kan? Tinggal print out ulang kan bisa Bas," jawab Nadine santai. Bastian menggenggam tangannya kesal. Ia kesal dengan jawaban yang dilontarkan Nadine.
"Enteng banget deh jawaban lo, print out nya memang gampang, tanda tangannya yang susah. Mepet juga ini, terus gak ada tanggung jawabnya gitu? Asal ceplos aja lo!" ucap Bastian yang membuat Nadine diam seketika. Otaknya harus ia pompa untuk berfikir jauh lebih keras lagi.
"Balik sekarang dan minta anak-anak nemuin sekretaris acara, kita harus nemuin Theo," ucap Bastian memerintah Nadine.
Dengan cepat mereka sudah melesat menuju parkiran. Bastian konsentrasi dengan keadaan jalan, sedangkan Nadine fokus dengan perdebatan yang ada di group kepanitiaan.
Saat suasana tegang, tiba-tiba Bastian menepikan mobilnya secara mendadak. Terdengar suara klakson dari rentetan belakang mobil yang mereka tumpangi.
"Lo mau mati!" teriak Nadine yang dihiraukan oleh Bastian. Bastian fokus ke arah luar jendela mobilnya, ia menajamkan matanya ke arah segerombolan orang yang ada di sebrang jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee Latte
Teen Fiction[DONE] [COMPLETE] Cinta hadir tak terduga, pertemuan termenyebalkanpun dapat berubah menjadi cinta. Sebuah coffee latte dapat menggubah bongkahan es yang tertimbun dalam diri Bastian dan Nadine, menjadi hati yang hangat. Keegoisan satu sama lain, s...