Part 30

2.8K 189 16
                                    

"Gila?"

Semua orang seketika memundurkan langkahnya. Mereka menatap iba ke arah Dila. Dila berubah secara drastis, rambutnya sudah sangat berantakan dan ia sedari tadi tersenyum dengan memanggil nama Bastian berkali-kali. Ia juga mengucapkan kalimat 'Papa tau? Dila sekarang udah kaya' dengan tertawa dan memelintir rambutnya sendiri.

Dila menghampiri Nadine yang duduk bersebelahan dengan Bastian. Bastian menatap khawatir dengat mendekatnya Dila. Ia merengkuh tubuh Nadine ke dalam dekapanya.

Dila menyentuh pundak Nadine dengan jari telunjuknya, "Gue menang dan lo pantas menyandang kata loser, hahahaha."

Dila terus tertawa, kondisinya benar-benar di luar dugaan orang-orang. Pihak rumah sakit sudah memanggil dokter jiwa untuk menangani Dila.

"Pak, Bastian milik saya loh, jangan nyentuh dia ya." Dila memerintah petugas rumah sakit jiwa.

"Ingat Bastian milik saya," ujar Dila lagi. Ia berjalan dengan tertawa dan tak berhentinya memanggil nama Bastian.

Semua orang masih saling tatap satu sama lain. Ada rasa kasian dan amarah dalam masing-masing. Semua orang menghela napasnya.

"Gue kasian sama Dila, segitu obsesinya dia sama lo Bas," ucap Angga sambil mendudukkan bokongnya.

Bastian bingung dengan ucapan Angga.

"Dila siapa sih? Nama dia tadi Dila?"

"Bas, lo beneran lupa sama dia? Gue kira lo tadi cuma acting doang." Theo berjalan mendekat ke arah Bastian dan menempelkan punggung tangannya di kening Bastian.

Bastian menghempaskan tangan Theo, "Apaan sih Te? Gue gak tau siapa dia? Cuma gue tau kalau dia dalang semua masalah gue."

"Jadi lo-"

"Bastianku," teriak seseorang. Bastian yang merasa namanya terpanggil segera mengarahkan pandangannya ke arah pintu. Tak disangka, Dila lah yang memanggil.

Eh tunggu, Dila tidak menghampiri Bastian yang duduk dengan Nadine. Dila malah menghampiri ranjang dan mengambil sebuah guling yang ada di atas ranjang.

"Pakek parfume dulu oke, biar gak bau kalau kita makan," ucapnya dengan menyemprotkan parfume Bastian ke guling yang sudah ia peluk dengan erat.

Dila memeluk erat guling rumah sakit tersebut. Ia berjalan melewati semua orang dengan suara tawa yang tidak berhenti. Ia berjalan dengan tawa dan nyanyian kecil. Banyak pasang mata yang menyaksikan perubahan Dila. Tatapan takut dan iba di tunjukkan dari pengunjung rumah sakit.

****

Satu minggu setelah pulihnya Bastian. Besok Bastian sudah dapat pulang ke rumahnya. Dokter bilang, Bastian sudah pulih total dan keadaannya sangat-sangat membaik dengan cepat. Harusnya Bastian sekarang boleh pulang, namun dokter yang menangani Bastian baru bisa hadir besok, jadi mau tidak mau Bastian pulangnya besok deh.

"Aku seneng deh besok kamu udah bisa pulang," ucap Nadine sambil merapikan barang-barang Bastian.

Bastian dari tadi hanya menatap Nadine, rasanya ia akan meninggalkan lama gadisnya, ia tak henti-hentinya menatap gadis yang sedang merapikan barang-barang mikiknya ini.  Ia seakan tidak mau meninggalkan satu detikpun hari bersama gadisnya. Ia merekam semua tingkah laku Nadine hari ini.

"Kenapa sih lihatinnya gitu amat Bas? Ada yang salah sama muka ku? Atau pakaianku? Atau ram-" Bastian menarik Nadine untuk duduk di dekatnya. Dia menggenggan erat tangan kanan Nadine dan masih menatap dalam gadis yang ada di hadapannya saat ini.

Coffee LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang