Sinar mentari pagi membangunkan Nadine dari lelap tidurnya. Kamar dengan nuansa putih ini mendadak lebih cerah ketika sinar matahari memasuki celah jendela kamar Nadine. Cahaya itu berhasil membangunkan Nadine dari tidurnya. Nadine mengerjapkan matanya berkali-kali dan segera mendudukkan tubuhnya.
Mata Nadine terkejut melihat jendela kamarnya terbuka, namun pintu kamarnya masih tertutup dan bahkan terkunci dari dalam.
"Lupa kali gue," ucap Nadine dan berusaha meraih kursi rodanya.
Setelah Nadine berhasil meraih kursi rodanya, ia dengan tidak semangatnya menuju almari pakaiannya, mempersiapkan untuk kuliah hari ini. Tidak ada jadwal kuliah, hanya akan menyerahkan laporan kepada dosennya. Hal yang paling malas buat Nadine, ketika tidak ada jadwal kuliah, ia harus pergi ke kampus.
Saat ia akan memasuki kamar mandi, matanya menatap kaca kamar mandi yang banyak sekali kertas yang tertempel disana. Ia mendekati kaca kamar mandi dan membaca satu persatu tulisan di kertas tersebut.
Hai cewek LUMPUH!
Pacarnya Bastian yang bodoh itu ya?
Hahaha, pacaran sama cowok gak pernah pacaran?
Hati-hati loh, bisa makin lumpuh deh lo.
Bastian ada di genggaman gue.
Kenapa? Mau kasih tau Bastian?
Hahaha, palingan dia cuma nenangin lo.
Ingat satu hal ini
BASTIAN DALAM GENGGAMAN TANGAN GUE!!!
Mata Nadine membulat dengan sempurna, tangannya mengepal. Hawa dingin dan jahat Nadine mulai memasuki raganya. Otaknya bekerja keras untuk memikirkan rencana demi menghalangi aksi nekad dari Dila.
"Brengsek lo Dil!" Ucap Nadine. Dengan terus memikirkan apa yang harus ia lakukan.
"Dean," ucap Nadine.
"Gak, gak, gue gak bisa percaya sepenuhnya sama dia," lanjut Nadine. Gimanapun juga Dean ada rasa sama Dila dan dia juga terlibat dalam rencana Dila. Ucapannya kemarin belum 100% dapat dipercaya oleh Nadine.
"Tapi gue bisa manfaatin dia," ucap Nadine dengan senyum liciknya. Baru kali ini Nadine berfikiran licik. Nadine menghubungi semua temannya, termasuk Angga dan Theo selaku sahabat Bastian. Menurut Nadine, mereka wajib tau dan wajib membantunya.
Saat Nadine mendorong kursinya yang dibantu Erina, seorang gadis sedang menarik rambut Nadine dari samping. Nadine yang tadi sedang becanda dengan Erina mendadak menoleh dan menatap tajam ke arah gadis yang menarik ranbutnya sembarangan.
"Halo cewek lumpuh"? Ucap Dila. Erina yang sudah geram dengan tingkah laku Dila segera mendekat ke arah Dila dan menatapnya dari atas sampai bawah.
"Kenapa lo lihat-lihat? Gak punya barang mewah? Atau lo iri sama gue?" Ucap Dila dengan penuh percaya diri. Erina hanya tersenyum mendengar penuturan Dila, sedangkan Nadine bukan hanya tersenyum, bahkan ia sudah tertawa tebahak-bahak.
"Bahkan lo gak ngaca? Lo aja gak tau siapa gue?" Ucap Erina dengan senyum liciknya.
"Gak usah main asal jambak sahabat gue atau lo yang akan gue buat lebih menderita? Atau bahkan lo gak akan bisa jalan dan sepenuhnya gue bakal bilang kalau lo cewek lumpuh," ucap Erina dengan santainya.
Erina adalah anak dari pemilik rumah sakit terbesar di Indonesia dan pemilik kampus yang sekarang mereka tempati untuk mencari ilmu. Bahkan ia sendiri sudah memegang salah satu rumah sakitnya sendiri, mengenal Erina memiliki otak yang sangat cerdas. Bahkan ia mendapat beasiswa di Harvard University untuk melanjutkan jenjang S2 nya. Padahal ia belum lulus S1.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee Latte
Teen Fiction[DONE] [COMPLETE] Cinta hadir tak terduga, pertemuan termenyebalkanpun dapat berubah menjadi cinta. Sebuah coffee latte dapat menggubah bongkahan es yang tertimbun dalam diri Bastian dan Nadine, menjadi hati yang hangat. Keegoisan satu sama lain, s...