xvii. Jangan Pergi

17.7K 1.7K 69
                                    

"Mengulang sebuah hubungan dengan seseorang itu tidak mudah.
Mempercayai orang untuk kedua kalinya juga merupakan hal yang tidak mudah.
Lalu kenapa aku masih tetap mencintai mu dan berharap akan hubungan ini?"

▽▲▽▲

Audi merasa dirinya rapuh. Entah kenapa orang yang selama ini tidak Ia duga bisa menjadi hal yang sangat menyakitkan baginya. Kenapa? Kenapa Audi harus sebodoh ini? Ia tau bahwa Reyhan tidak akan pernah jatuh kedalam pelukannya, Audi tau itu, sangat tahu. Lalu kenapa Ia masih tetap jatuh cinta? Masih tetap jatuh untuk Reyhan?

Benar, seharusnya kita tidak Jatuh cinta, karena segala sesuatu yang 'jatuh' itu menyakitkan.

Audi hanya bisu, tapi air matanya mengalir terus menerus. Rasanya kaku, dingin dan hampa. Bukannya itu hal wajar untuk seorang perempuan yang sedang patah hati?

Patah hati? Audi rasa bukan, tapi rapuh. Mencintai orang yang tidak mencintai kita terasa begitu pahit, menyakitkan, dan begitu.....Menyedihkan.

"People changes, Di. Lo gaboleh ngelepas Rey gitu aja." Ujar Prilly dengan nada lirih. Belum pernah Prilly melihat Audi menangis serapuh ini selain karena teman - teman lamanya yang menghina keluarga besar Audi dulu. Rasanya begitu pahit harus melihat Audi menitikan air mata yang begitu terlihat pilu bagi Prilly.

Kadang kita yang memiliki sahabat dekat pasti mengerti, rasanya beban yang di pikul di punggung teman kita pasti akan terasa begitu menyakitkan untuk kita sendiri. Dan ketika air mata mereka menetes, rasanya semua usaha kita membuat sahabag kita tertawa terasa sia - sia.

Karena sahabat tau, sakit, beban, dan luka itu bukan milik sendiri, tapi milik bersama - sama. Karena itu sakitnya begitu terasa ketika melihat teman dekat kita memikul beban sendiri.

"Gak Prill, gue gamau jadi cewek penganggu buat Reyhan. Lagian bentar lagi gue yakin perasaan tolol ini ilang, lo gaperlu khawatir." Ucap Audi sambil tersenyum miris. Prilly menunduk.

Lalu senyum kecutnya mengembang. Ingatannya berputar pada masalalu, dimana ia mengucapkan hal yang sama pada Audi waktu itu.

"Gapapa, Di. Gue aja yang terlalu berharap. Gue yakin, perasaan ini gabakal permanen, kok. Bakal ilang seiring berjalannya waktu."

Audi tersenyum kecil, sedangkan Prilly terdiam sesaat dan berusaha meyakinkan dirinya bahwa perasaan cintanya untuk Ali waktu itu akan terbawa dengan waktu.

"Haha, lo inget? Gue pernah bilang kayak gitu sama lo, Di. Apa lo lupa? Dan apa sekarang? Perasaan tolol yang sama masih ada di hati gue. Kenyataanya mencintai itu mudah, dan melupakan itu sulit. Gasemua orang bisa berpindah hati layaknya hati lo itu banyak ruangnya. Hati gue udah terlalu sempit, Di. Udah hampa dan gabisa di isi lagi. Cuman nama Ali yang ada di hati gue. Dari dulu, mau gue berharap perginya dia pun hati gue tetap pengen dia disini, di samping gue."

"Jangan mikir kalau Reyhan itu ga akan Jatuh cinta sama lo. Reyhan juga manusia Di, dia akan ngerasaain cinta saat kapan pun Tuhan jatuhin dia untuk seseorang."

"Gue berfikir bahwa lo bakal sakit kalau tau Reyhan gabakal mau Jatuh Cinta, tapi gue mikir, cinta itu bisa kapan aja dateng, detik ini pun bisa. Mereka cuman butuh waktu untuk menyadarinya." Ujar Prilly lalu memeluk sahabatnya itu.

My(ex)BoyfriendTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon