>>.Part 2.<<

2.8K 85 1
                                        

================**=================

Dalam sebuah rumah sederhana di zaman era 2025, tidak seperti kebanyakan orang-orang yang memiliki peralatan serba canggih dan modern. Wanita paruh baya ini justru hanya memiliki beberapa peralatan yang sudah ketinggalan zaman dan kalkulator ‘jadul’ untuk menghitung pemasukan dan pengeluaran hidupnya yang sederhana itu. Namun semua itu tidak membuat dirinya dijauhi para tetangga, tetapi justru semakin akrab dengant etangga melalui pondok gado-gadonya yang kini sudah jarang di temui.

“Wah, beruntung sekali anak bu Dian, bisa bersekolah di Batavia High School. SMA bertaraf Internasional yang paling bergengsi di jaman anak-anak kita. Apalagi anak ibu bisa dapat beasiswa dari sana. Wah, kabar baik, atuh.” tutur seorang ibu pembeli yang berlogat sunda.

“Alhamdullilah…” wanita paruh baya itu tersenyum sembari memotong semua bahan gado-gado, “Ashya emang pengenbanget dapat beasiswa kuliah di luar negeri, makanya dia pindah kesekolah itu.” ujarnya sembari mengaduk sayuran dan sambal kacang.

“Hebat sekali anak kau itu. Anakku saja, masuk kesekolah Negara sudah ngos-ngosan, apalagi test diBatavia bisa seteres-lah dia!” canda ibu berlogat batak.

“Njeh Bu Dian, anakmu benar-benar beruntung lho. Mia emang sering juara satu, tapi saya ndak mampu sekolahin Mia nang kono.” curhat ibu pembeli yang berlogat sama dengan ibu dianita.

“Ojo muji-muji wae lah, bu. Saya jadi ndak enak hati. Iki bu Lala, dua bungkus gado-gadonya, ingat yang pedas karetnya warna merah.” ujar bu Dianita pada pembeli berlogat batak.

“Mari, aku duluan yo!” Bu Lala pergi dengan penuh semangat.

“Ha…ha… ada-ada aja.” canda bu Dianita.

***

Ting-Tong-Teng-Tung……… Tung-Tang-Teng-Tong………

Semua Baried berhamburan keluar dari Lastem walas masing-masing. Ada yang menuju ke loker, ada pula yang langsung ke kantin. Saat semua Baried sudah keluar dari Lastem walas XI IPA, tersisalah diruangan itu Ramon, Ashya dan Walas baru mereka.

“Ashya, bagaimana hari pertama sekolahmu? sudah punya teman?” tanya Bu Sos yang sudah menganggap Ashya seperti anaknya sendiri.

Ramon menunjuk dirinya sendiri, “Ramon, Ma. Ramon teman Ashya, sahabat lagi!” jawab Ramon cekikikan.

“Aduh Ramon, Mama kan tanya Ashya bukan kamu.”

Ashya terkekeh, “Belum, bu Sos. Aku perlu beradaptasi dulu sama sekolah ini.” jawabnya sopan.

“Mama tenang aja, Ashya gak sendirian. Ada Ramon Lizardo yang tampan dan selalu siap untuk melindungi Ashya.” jawabnya bak kesatria.

Bu Sos dan Ashya tertawa melihat tingkah Ramon yang konyol. Kemudian Bu Sos teringat akan rapat Guvia. Setelah menyuruh Ramon untuk menemani Ashya ke kantin, dia segera bergegas keluar menuju Gedung Satvia.

“Dimana kantinnya? tadi aku sama sekali gak lihat.” tanya Ashya.

“Sekolah ini luas, Cha. Ayo, kita ke kantin!” ajak Ramon.

“Pasti jauh banget. Bisa-bisa aku jadi gila hanya karna sekolah di Batavia yang seluas pulau Bunaken ini.” keluh Ashya.

“Masih mending Bunaken, kalau seluas pulau jawa, mau?” canda Ramon.

“Ramon!” pekik Ashya sembari tertawa geli.

“Come on, follow me !”

***

Didalam Base camp The Populars, teman-teman dekat Rasckia sedikit bingung melihat perubahan jalan Rasckia yang tadinya pincang kini sudah bisa normal kembali dalam waktu singkat.

Are we still Bestfriends?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang