==========**===========
Ketika bel rumah berbunyi, pak Havi segera membuka pintu dan mendapati keluarga Andi Wicaksono sudah berada didepan pintu. Putri pak Andi tampak terkejut dan segera bersembunyi dibelakang kakaknya yang berbadan tinggi dan atletis.
“Kak, gawat nih ! dia itu Kesanvia di sekolah aku. Nanti identitasku bisa kebongkar malam ini.” bisik Vanesh.
Fliz tersenyum, “Kakak udah tahu, tenang aja. pak Havi udah kenal siapa kamu. Keep calm and joy your time.”
“Yakin ??” tanya Vanesh ragu.
Ketika Pak Havi selesai menyambut Pak Andi dan Bu Daranhia, dia mulai beralih ke putra dan putrinya.
Pak Havi meninggi alis sebelah, “Ini Flizinski? Wow, kamu semakin keliatan ganteng dan dewasa ya, pasti kamu sedang melewati fase pubertas yang sulit.”
“Ah, nanti saya bisa terbang beneran loh, Pak.” canda Kak Fliz membuat Pak Havi tertawa renyah.
“Dan…” Pak Havi berpaling pada Vanesh, ”Vanesh. Bapak tidak akan bocorkan penyamaranmu kecuali kamu menginginkannya. Dulu kamu masih kecil, sekarang sudah menjadi remaja cantik ya. Waktu memburu kita begitu cepat. Mari, silahkan masuk!”
Kak Fliz mengacak rambut Vanesh. “Apa kakak bilang, dia udah tahu.”
Vanesh menghela nafas lega.
Diruang tamu yang luas dan mewah, dua keluarga berbincang hangat sembari menunggu dua keluarga yang belum datang.
Ketika Bu Clara dan Ashya hadir diruang tamu, Vanesh sangat terkejut. begitu pula dengan Ashya yang sangat terkejut dengan kehadiran Vanesh bersama Wapres RI. Bu Clara dan Bu Dara saling berpelukan rindu yang telah bertahun-tahun tak bertemu.
“Ashya?” pekik Vanesh sembari memeluk Ashya dengan raut bingung.
Ashya pun tampak bingung sambil membalas pelukan, “Vanesh? bagaimana bisa kamu...“
Pak Havi segera menjelaskan, “Ashya ini Vanesh anak Pak Andi. sebenarnya Ashya ini putri Bapak. Kalian masih saling ingat?” tanya Pak Havi setelah melihat reaksi mereka yang saling terkejut.
“Ingat... inga apa, Pi? ini teman Ashya di Batavia. dia yang nolong aku dari si Baried centil, namanya Ra...“
tiba-tiba bunyi bel kembali membahana.
Ketika Pak Havi membuka pintu, “Arlon, kenapa lama sekali datangnya, mari masuk.”
Pak Havi mengajak mereka bergabung di ruang keluarga.
“Kekovia?” gumam Ashya dan Vanesh bersamaan.
***
Sentuhan lembut mengelus rambut Zano dan dia segera membuka matanya perlahan. Zano terkejut ketika melihat Maminya tersenyum dan duduk ditepi tempat tidurnya.
“Sayang, kamu gak boleh sedih.
Kamu harus belajar menerima kenyataan.
Percayalah pada Tuhan,
dibalik semua cobaan ini pasti akan ada hikmah yang indah.” senyum Bu Arentha mengembang, “Zano, ingat kata-kata Mami, dalam keadaan apapun Mami selalu ada disamping kalian.” lalu mengecup kening Zano.
“Tapi Mi, Zano udah gak...“
“Stttt… kamu jangan menyerah. Kalau kamu putus asa, siapa nanti yang bakalan bantu Papi? kamu harus kuat dan tegar, nak.” perlahan-lahan Maminya mulai menjauh.
“Mi… Mami jangan tinggalin Zano… Mi… Mi... MAMI!”
Zano mengigau hingga keringat dingin membasahi seluruh wajah dan lehernya. Pak Adjhie yang berada disamping tempat tidur Zano mulai panik dan berusaha untuk menyadarkan anak semata wayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are we still Bestfriends?
Ficção AdolescenteCopyright to @TyanSatria & @Xiezha, 2013 Dilarang mengopy, menjual, atau mengubah, sebagian atau seluruh isi dari cerita ini tanpa seizin Penulis. Jika para Pembaca menemukan hal yang sama, maka telah terjadi campur tangan pihak ketiga tanpa sepenge...