============**=============
Suasana menjelang senja, matahari mulai letih ingin tertidur dan segera berganti bulan yang terlihat dengan malas beranjak dari timur laut. Selesai menghilangkan penat, Pak Havi segera menemui Mr. Leon selaku detektif sewaan.
Semua pembicaraan itu berlangsung diruang tengah yang luas, karpet bercorak macan tutul dan sofa krem ditemani meja kaca persegi ditengahnya. Tak jauh dari sana juga terlihat Tv LCD 90 inch ‘Touch screen’ yang menempel dengan dinding. Lemari pajangan keramik antik dari berbagai Negara serta banyak perhargaan dari luar negeri.
“Bagaimana Leon, ada perkembangan baru tentang keluarga saya?” tanyanya yang duduk berhadapan dengan Leon.
Dia mengangguk, “Saya menemukan informasi baru tentang istri dan anak anda. Akan tetapi kebenaran ini belum sepenuhnya benar. Saya masih harus selidiki lebih lanjut.” jelas Leon, “Tapi jika anda berniat mengujungi tempat itu,” Leon meronggoh sakunya, “Ini alamat rumahnya.”
Pak Havi menerima secarik kertas, “Laluna lotus 168?”
“Ya.” respon Leon sembari menyeruput hot cappuccino.
Apa jalanku semakin dekat untuk menemukan mereka?. batin Pak Havi.
***
Bulan tampak semangat menyinari malam, biasa disebut purnama oleh orang jawa kuno. Di taman belakang, Ashya dan vanesh sedang bermain di rumah Ramon yang memiliki kolam ikan tepat dibawah mereka.
“Ramon, kaca ini gak akan pecah, kan?” tanya Ashya ragu.
“Tujuh inchi kok. udah naik aja, kita duduk disana.” ujar Ramon sembari menunjuk pada meja dan bangku di tengah lantai kaca.
“Suasananya natural yah? ini ide siapa?” tanya Vanesh mengedarkan pandangan kagum.
“Of course, it’s mine. Ayo duduk.” ajak Ramon.
“Aku rasa kita harus dating ke pestanya, mungkin saja Rasckia sudah berubah. Sepertinya dia ingin berteman dengan kita.” ujar Ashya sembari menggoda ikan dengan gaya konyol.
“What, are you sickness?” cibir Vanesh.
“Tapi, aku yakin, dia sepertinya berniat baik mengundang kita.” lanjut Ashya.
“Mana mungkin serigala berubah jadi kucing dalam sekejap?! pasti ada yang gak beres, cha.” tepis Ramon, Vanesh mengangguk setuju.
Ashya memiringkan kepala, “Kalian jangan negatif thinking, dong.”
“Tapi Ash, kita ini lebih tau siapa dan kayak apa si Rasckia centil itu!” jelas Vanesh mencoba menolong Ashya.
“Jangan-jangan Rasckia mau—“ ucapan Ramon terpotong.
“STOP !!” teriak Ashya, “Aku akan datang ke pesta itu, titik!” Ashya melipat kedua tangannya didada seraya membuang muka.
Vanesh dan Ramon hanya bisa diam sembari menyeruput lemon tea masing-masing.
***
Pagi ini sudah mulai terlihat kesibukan didalam Aula Batavia untuk menyulap tempat tersebut menjadi tempat pesta yang diinginkan Rasckia, sedangkan The populars tengah bersenang-senang dalam base.
Mereka menyusun rencana untuk mempermalukan Ashya didepan umum sembari menikmati red wine dimeja bar yang tersedia, sedangkan Rasckia sibuk memilih satu gaun diantara lima gaun yang akan dia pakai nanti malam.
“Mau kamu gimana, Rasc? semua udah nyumbang ide brillian. Sekarang tinggal kamu pilih mana yang paling bagus.” tanya Emmalia tak sabar.
“Kalian gak perlu mikirin masalah itu. Kalian nikmatin aja pertunjukannya nanti malam.” ujar Rasckia menyeringai licik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are we still Bestfriends?
Teen FictionCopyright to @TyanSatria & @Xiezha, 2013 Dilarang mengopy, menjual, atau mengubah, sebagian atau seluruh isi dari cerita ini tanpa seizin Penulis. Jika para Pembaca menemukan hal yang sama, maka telah terjadi campur tangan pihak ketiga tanpa sepenge...