>>.Part 17.<<

1.5K 73 1
                                        

===========**===========

Canteen of Batavia, setiap hari ramai dengan berita mengenai Zano. Kejadian telah lama berlalu namun hembusan berita tentang Zano terus memuncak seperti kepopulerannya dulu.

“Mau taruhan gak?! gue bisa jamin Zano gak bakalan lagi ke Batavia!" wajah Reno berubah sombong, "kemarin ada Baried yang lihat dia pakai Wheelchair-techo !”

“Kasihan banget tuh si sampah pakai kursi roda otomatis gitu. Hidup dia udah hancur banget ye! dibawah level Baried reguler lagi! lihat, Baried yang di lantai dasar udah pada berani ngomongin Zano.” seru Vano.

“Ya, mereka sudah berani membicarakan Zano yang ‘sakit’ itu. bisnis bangkrut, pamor hancur, ditendang pacarnya dan sekarang dia pakai wheelchair-techo. besok apalagi ya?” Reno mengunyah kentang gorengnya.

“udah ah, kita makan aja. ngomongin dia, gak ada habis-habisnya!” Vano mulai gerah.

Suasana didalam Base camp The Populars pun tidak jauh beda dengan suasana di kantin. Mereka sibuk mendiskusikan hal yang sama dan kali ini Ramon terlihat duduk santai disamping Rasckia. Ayuira sudah tidak bermasalah lagi dengan hubungan Rasckia dan Ramon, karena dia setia menjadi sahabat Rasckia sekaligus The Populars.

“Ini benar-benar diluar dugaan, selama ini dia hidup dengan segala kesempurnaannya tapi dalam sekejap semuanya hilang ditelan bumi.” Taufiky masih berkomentar hal yang sama dalam beberapa menit.

 “Fiky, gue gak suka sama kata-kata lo!!” Rasckia sedikit kesal, “Kalian semua harusnya menghormati Zano, biar bagaimana pun dia itu mantan gue!”

“Koq kamu kayak merasa bersalah gitu sih, Rasck?” tatapan Dionza menyelidik, “Lagian setahu aku, dia bukan orang yang mau dikasihani.” 

“Sayang, Zano lagi dalam kondisi yang sangat sensitif. Kamu jangan komentar yang aneh-aneh deh.” sela Emmalia.

“Tapi sebenarnya, gue udah curiga. Kamu ingat kan sayang waktu kita papasan sama Zano?” Tanya Rasckia menoleh cepat ke Ramon.

Ramon mengernyit, “Ya... dan itu diluar dugaanku. Aku belum pernah melihat dia sesensitif itu.”

“Hidup Zano udah kayak novel aja, seakan-akan nih semua yang baca gak sabar pengen tahu endingnya kayak apa.” ujar Ayuira polos.

“Hanya tuhan yang tahu, seperti apa endingnya.” jawab Ramon.

***

Berbulan-bulan Zano sudah tidak pernah masuk Batavia. Keeberadaan Zano sekarang pun tidak ada yang tahu.

Keluarga Hendrawan hilang begitu saja, bahkan wartawan pun tidak bisa menemukan tempat tinggal mereka. Semua orang yang peduli pada mereka berusaha keras mencarinya dan Ashya adalah orang yang paling menderita menghadapi permasalahan ini.

Setiap hari Ashya terus menghabiskan waktu istirahat didalam rumah kaca dan itu membuat Vanesh ikut sedih.

“Biasanya Zano yang disini, kok diganti Ashya sih?” hibur Vanesh dan Ashya pun tersenyum kecil, “Cha, kita sudah berusaha nyari keluarga Zano, bahkan keluarga kita dan wartawan pun ikut nyari mereka. tapi apa daya, sampai sekarang belum ada hasilnya. Aku yakin dia pasti baik-baik aja.”

“Itu cuma hal yang kita harapkan, kan? Zano sakit, Nes.... dan gak mungkin dia baik-baik aja?" Ashya menatap anggrek banga, "kenapa anggrek Banga Zano dia taruh di rumah kaca?” Ashya mulai menangis.

“Maaf Cha. aku cuma ingin kamu lebih focus ke ujian semester dan UNSI (Ujian Negara Standar Internasional) yang tinggal hitungan bulan.” Vanesh menggigit bibir bawahnya, dia menyesal, “Gini aja deh, Kita bisa lanjutin pencarian Zano tiap abis pulang sekolah, setiap hari, gimana?"

Are we still Bestfriends?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang