owh, gini toh cara dedikasiin orang :D
lain kali readers yang yang berkesan gue dedikasiin :*
KEEP CALM AND STAY TO READ!
===========**==========
Dalam kantin Batavia, Ashya terlihat murung. Dia terus mengacak-acak makan siangnya. Ramon dan Vanesh yang duduk di hadapannya, mengerti dengan sikap Ashya hari ini. Mereka berdua berusaha menghibur hati sahabatnya yang sedang gelisah dan cemas.
“Cha, jangan begini mulu kenapa? Dia itu strong boy dan gue yakin dia bisa mengatasinya.” ujar Ramon.
“Apa kamu bilang? don’t worry with him?” sinis Ashya, “Sekuat apapun, dia masih manusia biasa, Mon. Dia bisa tumbang!”
“kata-katamu sama sekali gak membantu, Mon!” tegur Vanesh, “Gini aja deh, gimana kalau sepulang sekolah kita jenguk dia?”
“Ide bagus! makasih, Nesh.” Ashya tersenyum sumringah.
“Ya, ya, ya… jadi sekarang Vanesh sang penakluk Cha, bukan Ramon lagi?” Ramon tersenyum kecut.
Vanesh tertawa mendengar celoteh Ramon sedangkan Ashya masih tersenyum membayangkan akan segera mengetahui keadaan Zano.
Tak lama kemudian The Populars berjalan melewati meja mereka. Ketika Rasckia beradu pandang dengan Ramon, mereka berdua saling tebar pesona dan tak disangka Ashya menangkap gelagat itu. Setelah The Populars menjauh, Ashya kembali angkat bicara.
“Tunggu dulu... sejak kapan Ramon dekat dengan si Rasckia jutek manja?” selidik Ashya menatap kedalaman mata Ramon.
“Mmm…kapan ya? mungkin baru beberapa minggu terakhir?” jawab Ramon asal.
“Hah?" Ashya dan Vanesh tak percaya dengan pernyataan Ramon tadi, "kamu harus ingat Mon, dia itu punya Zano!” desis Ashya.
Ramon tiba-tiba emosi merasa dipojokkan, “MUNAFIK!” Ramon bangkit dari kursinya, “Cha ingat ya, gue tahu lo yang duluan terobsesi jadi milik Zano!" Ashya terbelalak dan berharap semua baried tidak melihat kearah meja mereka, "Gue tahu, pikiran sama hati lo itu udah dibajak sama bayangan Zano, si Prince Batavia, ya kan?" Ramon menepis tangan Vanesh yang mencoba menyuruhnya duduk, Ramon bersikap angkuh, "Pangeran kebanggan Cha yang menunggu waktu menjadi si miskin!”
“Ramon!” pekik Vanesh tak percaya.
“Lagian lo pikir yang bikin hubungan Zano sama Rasckia hancur itu gue? sorry, lo salah besar!" Ramon mendesah angkuh, "Baried kutu buku juga tahu, kalau lo yang buat mereka begitu, ingat itu, Cha!” seiring dengan emosi yang meluap-luap, Ramon meninggalkan Ashya dan Vanesh.
mata Ashya mulai berair, Vanesh segera duduk disampingnya untuk mengelus pundak Ashya, “Aku gak nyangka, Ramon bisa bicara sekasar itu sama aku." bibir Ashya mulai gemetar, "dia gak pernah seperti itu sama aku sebelumnya. Aku tahu aku yang salah, tapi aku cuma ingin Ramon gak terjebak sepertiku. Apa aku salah, Nesh?” Ashya membenamkan wajahnya ke meja sembari meneteskan airmata.
"Mungkin Ramon lagi ke bawa emosi, Cha. Kamu jangan masukin ke hati yah?”
Ashya menyeka airmatanya lalu beranjak bangkit dan mendekati meja The Populars yang saat itu sedang tertawa terbahak-bahak.
Vanesh berusaha menahannya, tapi Ashya mengabaikannya dan tetap mendekati meja The Populars.
Taufiky yang menangkap sosok Ashya mendekat menyeringai sinis, “Wah, wah, wah, kayaknya ada yang minta pertanggung jawaban nih, Rasc.”
“Kenapa Ash? apa air sungai udah gak butuh batu kali lagi?” ledek Dionza.
Ashya mendegus, “Aku gak bahas soal itu.” lalu beralih menatap Rasckia, “Rasc, aku mohon sama kamu, kamu harus mau datang jenguk Zano. Sekarang dia pasti sangat membutuhkan kamu.” ujar Ashya lembut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Are we still Bestfriends?
Teen FictionCopyright to @TyanSatria & @Xiezha, 2013 Dilarang mengopy, menjual, atau mengubah, sebagian atau seluruh isi dari cerita ini tanpa seizin Penulis. Jika para Pembaca menemukan hal yang sama, maka telah terjadi campur tangan pihak ketiga tanpa sepenge...