Nola tetap bersikeras untuk pergi ke kantor, meski kepalanya masih terasa sangat pening.
Ia melihat jam di pergelangan tangannya dan tersenyum kecil. Masih ada cukup waktu untuk pergi sarapan. Perutnya sudah keroncongan minta diisi karena ia semalam tidak makan apa pun.
Ia berjalan ke sebuah kafe di dekat kantornya yang bernama 'Sugar Plum Cafe'.
Nola memang memiliki mobil dan ia bisa mengendarainya. Tapi Nola lebih nenyukai berjalan kaki, selain lebih sehat ia juga ingin mengurangi populasi kemacetan dan polusi udara. Ia hanya akan menggunakan mobil bila berpergian jauh.
"Selamat datang Miss, untuk berapa orang?", tanya seorang pelayan dengan senyuman ramah.
"Satu orang", jawab Nola
"Silahkan ikuti saya Miss", Nola pun mengikuti pelayan itu ke sudut ruangan dekat jendela. Kafe ini didominasi oleh warna putih dann biru sehingga membuat ketenangan yang saat ini sedang Nola butuhkan. Pelayan itu pun memberikan buku menu kepada Nola.
Mata Nola langsung tertuju pada Oreo Waffle with Vanilla Ice Cream. Setidaknya ini bisa membuat mood Nola kembali membaik bukan?
"Oreo Waffle with Vanilla Ice Cream satu dan air mineral", ucap Nola dan pelayan itu langsung mencatat pesanan Nola dan membungkuk pergi.
Kafe ini baru ia lihat seminggu ini. Designnya sangat minimalis dan ada satu hal yang unik di kafe ini. Ada sebuah papan tulis besar di ruangan tengah. Bertuliskan seluruh menu yang ada dan setiap pengunjung berhak memberikan stiker berbentuk bintang di menu yang di sukai. Bukan hanya itu, setiap meja di berikan setoples kecil permen dengan tulisan-tulisan yang unik. Setiap pengunjung berhak memberikan permen ke pengunjung kafe lain atau meninggalkan permen untuk pengunjung selanjutnya yang duduk di meja itu.
Ia harus mengajak Dea ke sini. Pasti sahabatnya itu akan menyukai makanan manis disini. Yah, setelah kejadian itu dirinya dan Dea masih bersahabat karib. Selain Rendy, Dea pun menjadi salah satu orang yang menguatkan hatinya kembali.
"Permisi Miss, Oreo Waffle with Vanilla Ice Cream dan air mineralnya", ucap pelayan itu sambil meletakan pesanan Nola di atas meja, tak lupa pelayan itu memberikan stiker bintang kepada Nola.
"Selamat menikmati", pamit pelayan itu.
Air liur Nola hampir menetes melihat makanan manis itu di hadapannya. Tanpa buang-buang waktu Nola menyantap makanannya. Nola memejamkan matanya saat suapan pertama, begitu lembut dan menggugah selera. Dalam lima menit pun waffle di hadapan Nola sudah kandas. Nola tersenyum puas dan ia pasti akan sering-sering pergi ke kafe ini.
Nola meneguk air mineralnya dan menuju kasir untuk membayar. Dengan semangat pula Nola memberikan stiker bintang untuk hidangan yang baru saja ia santap.
Tanpa Nola sadari sedari tadi ada seseorang yang mengamati setiap gerak-geriknya. Mulai dari Nola keluar rumah hingga di kafe ini. Mata abu-abu pria itu tak bisa lepas dari Nola. Mata yang penuh dengan kerinduan dan penyesalan.
Arya sangat ingin menemui Nola seperti tadi malam. Tapi melihat reaksi Nola yang cukup mengerikan membuat nyalinya untuk menemui Nola surut. Ia hanya bisa mengamati sekaligus menjaga gadisnya itu dari jauh.
"Ahh!", Nola meringis dan memegangi tangan kanannya.
"Maaf nona maaf", seorang pria menaruh kopi panasnya dan mengambil sapu tangan di kantungnya. Dengan perlahan pria itu membersihkan tangan Nola yang sekarang sudah melepuh.
"Maafkan saya", ucap pria itu menyesal
"Tak apa", jawab Nola singkat dan hendak pergi.
Tapi pria itu menahan Nola supaya tidak pergi dulu. "Tunggu... Saya obati tangan kamu", tawar pria itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Beach Lovers
RomanceWinola Keyna dan Azarya Hendrawan adalah pecinta pantai. Menghabiskan waktu melihat matahari terbenam sambil berbagi cinta. Semuanya sempurna untuk mereka berdua. Mereka pun memantapkan hati untuk terikat dalam pernikahan. Pernikahan indah di panta...