Tigabelas

52 3 2
                                    

Kemarin kau memberi cahaya tapi kini kau memberi hujan untuk menghapus segala cahaya yang kau berikan~

Pagi ini Nola sangat bersemangat. Entah mengapa sejak kemarin hatinya seperti akan meledak-ledak. Di otaknya hanya ada rekaman-rekaman memorinya bersama Ferdi.

Seperti biasa ia berjalan kaki menuju kantor dengan headset di telinganya. Harusnya ia diantar oleh Ferdi. Tetapi pria itu harus menyelesaikan sesuatu hal yang penting dan Nola memaklumi hal itu.

Sesampainya di kantor Nola hanya diam dan mengerjakan pekerjaannya. Dirinya bosan karena tidak ada Dea yang menemaninya mengobrol, makan siang dan bersenda gurau bersama.

Sampai sebuah pesan singkat menghampiri ponsel Nola.

Nanti aku jemput jam lima sore... Kita makan malem bareng ya...
Love You 😚
-Ferdi

Tanpa Nola sadari ia tersenyum saat membaca pesan dari Ferdi. Kebosanan yang tadinya merasuk seketika menguap begitu saja. Nola berkali-kali melihat jam di pergelangan tangannya. Menantikan jam pulang agar cepat datang. Dirinya tak sabar bertemu dengan Ferdi.

Memang dirinya kini seperti anak ABG yang lagi masa-masa cinta monyet. Tapi tidak salah bukan jika hatinya yang lama beku kembali menghangat karena pria itu?

Jam tangan Nola sudah menunjukan pukul 16.55 dan meja Nola sudah bersih. Dirinya sangat menanti-nantikan jam pulang kerjanya. Karena saking tidak sabarannya Nola mulai lebih dahulu berjalan menuju lift untuk turun ke lobby.

Sesampainya Nola di lobby ia mengecek ponselnya, tapi tak ada tanda-tanda Ferdi menghubunginya. Ia pun memutuskan untuk duduk di lobby.

17.15

Untuk kesekian kalinya Nola melihat jam tangan sambil melihat mobil-mobil yang masuk ke area kantor sambil berharap bahwa itu mobil Ferdi.

17.30

Nola berusaha menghubungi nomor Ferdi. Tapi tak ada hasil. Hanya panggilan satu arah yang tak terjawab. Di dalam hati Nola ia masih ingin menunggu Ferdi dan berbagai penjelasannya.

17.45

"Nola... Lo belom balik?", tanya Robi

"Gue masih nunggu jemputan", jawab Nola

"Lha ... Tumben lo dijemput biasanya kan pulang sendiri...", ucap Robi penuh selidik

"Ada janji soalnya", jawab Nola dan Robi mengangguk paham lalu berpamitan pulang.

Tak henti-hentinya Nola menghubungi Ferdi dan menghujani pria itu dengan berbagai pesan singkat. Ada sedikit ketakutan kehilangan pria itu. Hatinya tak mau kehilangan lagi, tak mau tersakiti lagi.

18.30

Nola menghela nafasnya kasar dan memijit pelipisnya. Ia mulai bangkit dari tempat duduknya dan mematikan ponselnya lalu mulai berjalan keluar dari lobby. Sudah cukup kesabaran Nola dalam menunggu. Tubuhnya dan hatinya sama-sama lelah karena memikirkan pria itu.

Nola berjalan dengan malas, di hatinya kecewa karena ketidak pastian pria itu. Untuk memperbaiki moodnya ia berjalan ke arah Sugar Plum Cafe.

"Selamat datang Miss, untuk berapa orang?", tanya seorang pelayan dengan senyuman ramah.

"Satu orang", jawab Nola malas

"Silahkan ikuti saya Miss", ucap pelayan itu tetap berusaha ramah meski sikap Nola yang dingin.

Pelayan itu pun memberikan buku menu kepada Nola.

"Black Coffee satu", ucap Nola dan pelayan itu langsung mencatat pesanan Nola dan membungkuk pergi.

Beach LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang