Nola berjalan cepat ke arah kantor. Hatinya agak kurang tenang jika berdekatan dengan Ferdi. Ada sesuatu yang mengganggu hati dan pikirannya.
"Nola!", panggil Putri yang sepertinya sedari tadi menunggu Nola di depan kantor.
"Ada apa?"
"Nih ada orang yang nitipin ini", Putri menyerahkan satu buket mawar putih dan terdapat surat yang terselip.
I'm sorry Winola Keyna... I'm really sorry...
Kita butuh bicara, aku harap kamu mau datang ke Pantai Marina sepulang kamu kerja...
Aku menunggu muI love you
-Arya
Tiba-tiba mimpi buruk itu kembali. Tubuh Nola mendadak kaku dan keringat dingin mulai membanjiri pelipisnya. Tangannya mencengkeram kuat surat itu hingga tak berbentuk.
"Nola? Lo gak papa kan?", tanya Putri takut karena reaksi Nola.
Nola hanya menggeleng "Tolong kasih ini ke bos, makasih", Nola menitipkan nasi padang itu dan pergi begitu saja. Putri yang melihat itu hanya mengedikan bahu dan menuju ruangan bos.
Nola berjalan ke tempat sampah terdekat dan membuang buket bunga itu beserta suratnya. Ia benar-benar tidak mau tau lagi tentang Arya. Sudah cukup semua sakit yang Arya beri. Sudah cukup hatinya hancur berserakan karena pria itu, semuanya sudah cukup.
Perlahan cairan bening dari mata Nola mulai menetes. Nola mengusapnya dengan kasar dan berjalan cepat ke arah kamar mandi.
Nola sudah bertekad tidak akan menangisi lagi pria itu. Tapi entah mengapa setiap ada hal yang mengingatkan dirinya dengan Arya selalu membuat Nola menangis. Bayang-bayang masa lalu itu masih tercetak jelas dalam memorinya. Bagaimana Arya menyakitinya dan membuangnya begitu saja. Tapi kenapa sekarang ia kembali? Seolah-olah ia adalah barang yang bisa di pakai sesuka hati. Hati perempuan tidak semudah itu dipermainkan ,apa lagi oleh pria seperti Arya.
Nola menyeka air matanya dan mengambil tisu kamar mandi lalu membereskan sedikit make up nya dan berjalan tegak kembali ke ruangannya.
"Lo udah ketemu dia?", tanya Dea kepada siapa yang sedang ia telfon. Dea sepertinya sangat serius sampai tidak menyadari keberadaan Nola.
Nola tidak tertarik dengan pembicaraan Dea di telfon. Mungkin orang yang Dea telfon adalah Gerald kekasihnya. Sudah tigabelas bulan mereka berhubungan tapi sepertinya belum ada kepastian untuk ke jenjang selanjutnya. Mengingat umur Dea yang seharusnya sudah matang untuk menikah, tapi mungkin kedua sejoli ini memerlukan waktu yang lebih untuk memahami satu dengan yang lain. Tapi anehnya Dea juga tidak pernah mengajaknya bertemu dengan Gerald, tahu bentuk wajahnya pun Nola tidak tahu.
Kring... Kring...
Telfon itu kembali berdering dan Nola sudah tau itu pasti dari bosnya yang rempong.
"Ya bos?"
"..."
"Saya kerjakan nanti malam bos"
"..."
"Tap-"
"..."
"Iya bos, saya kerjakan se.ka.rang", ucap Nola sebal penuh dengan penekannan di akhir kata. Nola sedang tidak mood mengerjakan laporan-laporan keuangan, dan lain-lain itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beach Lovers
DragosteWinola Keyna dan Azarya Hendrawan adalah pecinta pantai. Menghabiskan waktu melihat matahari terbenam sambil berbagi cinta. Semuanya sempurna untuk mereka berdua. Mereka pun memantapkan hati untuk terikat dalam pernikahan. Pernikahan indah di panta...