Part 10

16.2K 1.8K 110
                                    

Kayanya ini pendek...
Lebih pendek dr part-part lain maksudnya...
Tapi ya udh, aku lg pengen update aja...
Terimalah kegajean ini dengan lapang dada...
Berikan ucapan "selamat menggalau" pada author gadungan ini...

Atau yg berminat, hibur aku 😭😭😭😭 anak alay ini butuh hiburan...
Atau mari kita ber-fangirling-an bersama sayang 😭😭😭 ku butuh teman alay di malam yang suram ini.

*Kim bacod*

Oke... Happy membaca, selamat reading...❤️

***

"Bercerminlah, kau tak pantas untuk Yoongi" Yein diam dengan rahang yang bergetar. Kedua gadis itu berlalu sebelum setelahnya menepuk pipi kiri Yein dengan kasar.

Haruskah ia menangis saat ini? Ia fikir ia bukanlah yeoja lemah dengan apa yang bisa saja ia dapatkan. Matanya memanas tanpa sebab. Dengan bergetar tubuhnya berbalik. Seluruh pasang mata di dalam kelas menatapnya penuh prihatin. Termasuk Naeun dengan kawanannya yang memilih untuk diam, kali ini.

"Jung Yein?" Seorang namja menarik tubuhnya. Memeluknya erat yang malah membuat matanya tak bisa membendung air mata. Ini benar-benar menyakitkan. Ia fikir semuanya selesai. Tapi tidak.

"Apa aku seburuk itu?" Bahu Yein berguncang hebat dalam dekapan Jimin. Namja yang sekarang memeluknya erat tanpa tahu apa yang akan terjadi didepan sana.

***

Yein duduk dengan terus menyesap banana milk yang ada di genggamannya. Beserta sebuah mantel tebal bewarna hitam yang menyelimuti bagian bahunya. Angin berhembus cukup kencang membuat rambutnya yang terurai, menari tak tentu arah. Jimin hanya dapat menghela nafas lelah menatap keadaan teman di sebalahnya.

Seorang gadis berpakaian olahraga dengan rambut lepeknya yang memprihatinkan. Jimin rela menbolos untuk menenangkannya di atap sekolah. Gadis itu baru saja selesai menghentikan tangisnya sejak satu jam yang lalu. Matanya yang sembab begitu terlihat kentara di wajahnya.

"Berhentilah membuat dirimu sendiri menjadi sakit" Jimin bersumpah bukan itu yang ingin ia ucapkan, sungguh. Tapi...

"Maksudmu?"

"Apa kau bodoh?" Mendadak suaranya meninggi. Refleks kepalanya menoleh menatap Yein yang terkejut di sampingnya.

"Kenapa harus berteriak, sih? Sungguh, aku lelah" ia bersumpah jika mata yeoja itu kembali memerah. Dengan wajah kusutnya ia membuang pandang kembali kedepan. Menyesap banana milknya tanpa menghiraukan Jimin yang menatapinya tanpa henti.

"Mian"

"..."

Yein memilih untuk diam. Tenaganya sudah habis terkuras hanya untuk menangis. Tapi yang membuat ia kesal kali ini adalah Jimin yang juga diam. Namja itu memang tak tulus meminta maaf padanya. Memangnya sejak kapan Park Jimin mau meminta maaf? Mustahil. Itu masih belum tercatat dalam buku sejarah Yein.

"Jim-"

Rentetan kata-kata yang Yein ingin luncurkan terhentikan begitu saja. Ketika sebuah benda yang menabrak bibirnya ketika ia membalik. Sebuah benda yang sekarang bergerak lembut di bibirnya. Melumat bibirnya pelan penuh perasaan yang membuat sesuatu meletup-letup didalam dadanya.

I-ini tidak benar. Yein bergerak mendoroh dada Jimin dengan tangannya. Tapi kau boleh menganggap Yein benar-benar lemah setelah ini. Jimin mencekal pergelangan tangannya dan membuat tubuhnya membeku. Ia diam dalam keterkejutan yang ada.

'Hey, bagaimana kalau aku menyukaimu?'

Kata-kata itu benar adanya, sekarang.

Yein terpaku setelah beberapa saat Jimin memundurkan wajahnya. Rasa bersalah terlihat kentara dari wajahnya. Dia merasa bersalah? Lalu kenapa dia melakukannya? Mendadak matanya kembali memanas. Sesuatu mendesak untuk keluar, entah karena apa.

Stuck (Suga BTS fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang