Part 3

24.7K 2.1K 215
                                    

"Ini" dengan santai Yoongi mengangkat sebuah kunci loker. Kunci loker dengan carm 'Y' ungu pastel yang ia kenali. Yein beralih meraba saku jasnya. Sial, itu benar kunci lokernya. Dengan segenap kekuatan yang tersisah ia berjalan menuju Yoongi. Namja itu sudah terlihat menurunkan kunci lokernya dengan santai. Wajahnya datar seakan tak terjadi apapun diantara mereka. Memang tidak ada yang terjadi di antara mereka kan? Yang sedang apa-apa disini hanya Yein, hanya Jung Ye In.

"Terima kasih" Yein merampas kunci lokernya dari tangan Yoongi. Namja itu masih sama, masih terlihat datar. Yein sudah dengan cepat berlari meninggalkan cafeteria. Entah bagaimana ia harus berekspresi ketika berpapasan dengan Yoongi nantinya. Astaga sialan, bukan ini yang ia harapkan.

***

"Astaga Jimin bunuh aku sekarang juga"

Yein tak henti-hentinya mengeluh di hadapan Jimin. Terus mengeluh walaupun namja di hadapannya itu terlihat acuh tak acuh. Sesekali kepalan tangannya menghantam meja yang mengharuskan Jimin menerima tatapan tajam dari pelayan caffe. Beruntung isi caffe hari ini hanya Yein dan dirinya. Jika tidak, mungkin Jimin sudah menyeret Yein untuk pulang. Terkadang gadis ini memang memalukan dengan tingkah yang semaunya.

"Berhenti menggebrak meja sebelum kau benar-benar kubunuh" Yein berhenti menggerakan tangannya. Ditatapannya Jimin yang sedang memasang wajah kesal dan itu menggeramkan.

"Bisa kau tidak bersikap seperti itu? Sehari saja, kau seperti sedang membawaku untuk kembali menatap Yoongi" Yein merengek dan kembali mendaratkan tangan pada meja yang tak bersalah. Jimin kembali mendesah lelah dan menahan tangan gadis itu. Meraihnya lalu melipatkannya diatas meja dan mengintrupsi Yein untuk menelungkupkan wajahnya disana. Kau tahu? Suara gadis ini benar-benar mengganggu.

"Jimin-ah, kumohon bunuh aku" Yein terlihat memprihatinkan. Bahkan rasanya ini bukan Yein. Puding coklat kesukaannya tidak disentuh sedari tadi, membuat Jimin tahu gadis ini sedang tidak baik-baik saja.

"Hhhh... salahmu ceroboh seperti itu"

"Itu salahmu!" Jimin sedikit berjengit setelah Yein menggebrak meja lebih keras. Membuat ia kembali menerima tatapan lebih horror dari pelayan caffe. Yein berniat membunuhnya atau bagaimana?

"Kenapa jadi menyalahkan ku?"

"Kau terlalu sibuk dengan Ellena mu itu sampai tidak sempat membaca pesan ku" Yein kembali merengek manja. Kembali menenggelamkan wajahnya kedalam lipatan tangannya di atas meja.

"Kalau kau tahu aku sibuk, untuk apa kau mengirimkanku pesan?" Jimin kembali mendesah kasar. Tangannya terulur meraih milkshake coklat miliknya. Meladeni gadis ini sama saja ingin memilih mati karena struk.

"Hey, menurut mu ini baik atau buruk?" Yein mengadah menatap Jimin. Namja itu terlihat bingung dengan ucapannya.

"Apanya?"

"Ini, mendadak hari-hariku di penuhi oleh seorang Min Yoongi" Yein akhirnya menyerah. Pudding coklat sialan terus terlihat menggoda di hadapannya. Membuat ia mau tak mau memasukannya kedalam mulut. Ini enak seperti biasa.

"Baru dua hari"

"Ck kau ini" Yein berdecak sebal seraya menatap tajam Jimin. Namja itu hanya terlihat mengangkat kedua bahunya. Entah itu apa, Yein bingung.

"Berarti bagus"

"Apanya yang bagus ketika kau ketahuan memata-matai seseorang? Ah jinjja kau ini!" Yein memekik kencang membuat Jimin kembali menunduk malu. Yang berteriak bahkan lagi-lagi dengan santai memasukan potongan pudding besar kedalam mulutnya, itu Jung Ye In.

"Ya sudah, berarti buruk" astaga, sendainya membunuh tak berdosa. Mungkin Yein sudah menusuk perut namja dihadapannya ini dengan garpu yang ia pegang.

Stuck (Suga BTS fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang