Ikan Cupang, Sarangek

63 9 1
                                    

Jadi, begini ceritanya. Kan anu, sedang anu di rumah si anu(?). Maap maap, gaje banget, yasudahlah. Ulangi dulu narasinya.

So, anak - anak tokoh cerita ini itu, ceritanya lagi maen - maen di rumah dan pondoknya Bu Nyai Miza. Mainan sama duo dedeknya itu lohh. Kiyut - kiyut sekaleh begetoh.

"Miza, mau es teh anget ya." Rikues Najwa sambil mainin hapenya yang mungil syeqaleh itu. Mizanya cuman natep Najwa dengan tatapan yang tak dapat diartikan, bahh.

"Pengen sirup stobeli tapi es nya yang banyak."

"Mau jus jambu pake air panas tapi kerasa dingin, kaya doi yang bersikap dingin terhadapku."

"Jerok anget pake es."

"Es pelangi bikinan Mama untuk buka puasa dung."

"Aku air putih ajalah."

Itu yang paling bawah Fahra. Pesenan paling normal dan nggak aneh - aneh. A I R P U T I H A J A L A H. Oke, air putih ya.

"Mau teh bunga melati."

"Mau teh dari pucuk daun teh pilihan."

"Teh yang dibikin dari awal ditanam ya."

"Minuman penunda lapar, tapi jangan oki jeli dring ya."

"Rinso sama sanlet mau."

"Pentin sama rijois."

"Laifbo-"

"Mbaakk Mizaa, ikan cupange dimanaa." Teriak dek Robit. Robit? Rabbit? Robin Hood? Kelinci? Kuda?

"Udah digoreng sama Mas Faqih mungkin." Jawab Miza sekenanya.

"Haah? Apaaa?" Teriak dek Robit tanpa lesung pipi yang biasanya dipamerin.

"Kenapa si?"

"Kan aku mau curhat sama diaa! Huhuhu,"

Bersambung.

Bingung mau nulis apa? Ini dulu lah yaw, lanjutannya ntar malem kalo sempet. Okeh? Vomment yaw. Ngemis? Bomat :p emang gue peduli?

-StraasaArashi-

Klz 6A-A.5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang