Part 5

4.9K 455 105
                                    

Raymond sedang asik-asiknya meminum Latte pesanannya sambil menikmati alunan lagu yang terputar dalam kafe tersebut, ketika sesuatu yang bergetar di pahanya mengejutkan dirinya. Ia terlonjak kaget dan membuat cangkir yang tadi dipegangnya oleng, membuat beberapa tetes Latte panas tertumpah ke celana jeans birunya.

"Shit! Panas parah," umpat Ray. "Ini apaan tai, geter-geter, bikin geli aja." Ray kemudian meletakkan cangkir Lattenya ke atas meja yang ada di hadapannya lalu segera merogoh saku celananya. Ia mengambil sesuatu yang bergetar sedari tadi, ternyata ponselnya.

"Gue ga inget nih hape tadi gue vibrate," ujarnya lebih kepada dirinya sendiri, karena tidak ada siapa-siapa di sekitarnya. Tanpa melihat nama yang tertera di layar ponselnya, ia langsung mengangkat panggilan tersebut.

"EMONNN!!! KAMU DIMANA???!!!" Terdengar teriakan super galak dari seberang sana. Raymond meringis dan sentak menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya yang sekarang telah berdengung. Ia melihat siapa yang meneleponnya. Ternyata ibunya. Daripada mengambil resiko diusir dari rumah, Ray memilih untuk melekatkan ponsel tersebut kembali ke telinganya dan mendengarkan ocehan super rempong dari ibunya. "MON, KAMU DENGER GA?"

"Apa sih ma?" tanya Ray jengkel.

"Kamu kemana sih? Pergi ga bilang-bilang! Udah hampir setengah jam! Mama kira kamu diculik! Cepat pulang sekarang! Lima menit mama tunggu, kalau ga, kamu tidur di luar malam ini!"

"Tapi ma—"

"Tidak ada pengelakan! Cepat pulang!"

"Iya ma, iya. Emon pulang sekarang. Oke? Ga usah marah-marah bisa kali."

"Yaudah cepat!" Itu adalah hal terakhir yang Ray dengar, karena sambungannya telah diputus secara sepihak oleh ibunya.

"Najis. Gue berasa kayak gadis perawan," gerutu Ray lalu dengan cepat menghabiskan Lattenya, tidak mau rugi. Ia kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya untuk membayar pesanannya dan diletakkan begitu saja di atas meja. Ray kemudian beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar. Ia tidak menggunakan kendaraan, karena memang jarak rumah dan Glossy kafe yang tidak terlampau jauh, hitung-hitung juga sekalian berolahraga.

Ketika ia sedang berjalan pulang sambil memandangi sekitarnya, matanya tertuju pada satu hal. Penjual martabak langganannya, yang berjualan kurang lebih 15 meter di depannya, sedang dikerumuni pembeli. "Gila, rame bener," ujar Ray sambil geleng-geleng kepala dan mengusap-ngusap perutnya dengan ekspresi wajah sok dramatis. "Ngidam martabak, tapi maaf ya cacing-cacingku sayang, gue lagi buru-buru, ga bisa beli martabak dulu, rame banget. Kalau gue telat pulang, nanti kulit mulus gue jadi santapan nyamuk-nyamuk karena tidur di luar."

Ketika Ray sedang berjalan di belakang kerumunan orang-orang yang ngantri membeli martabak, seseorang menyeruak keluar dari kerumunan tersebut dan menabrak Ray hingga jatuh ke jalanan beraspal.

"Eh, sorry, sorry, gue ga sengaja. Lu ga apa-apa?" Ray yang tadinya tertunduk, segera mendongak dan melihat seorang wanita perpostur tubuh tinggi langsing berdiri di depannya, sambil mengulurkan tangannya untuk menolong Ray.

Ray menerima uluran tangan tersebut. "Gue ga apa-apa kok."

"Sorry ya sekali lagi. Gue bener-bener ga sengaja."

Raymond berusaha berdiri dan menyeimbangkan tubuhnya. Setelah berdiri dengan sempurna, Ray dapat melihat dengan jelas wajah orang yang menabraknya tadi. Ray melihat orang itu tepat di manik matanya dan sentak membuat Ray terkejut. Tanpa sadar, ia mengeratkan cengkeramannya pada tangan gadis yang berdiri di hadapannya.

Beribu-ribu memori mengalir seketika dalam benak Ray, mengingatkannya pada sosok yang mengisi masa lalunya. Ray tenggelam dalam kenangan-kenangannya, hingga seseorang menjetikkan jarinya tepat di depan wajah Ray. Ray kembali sadar dari lamunannya dan kembali menatap gadis yang ada di hadapannya. Mata gadis itu, sangat mengingatkan Ray dengan seseorang.

"Hello? What's wrong?" tanya gadis itu sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Ray.

"Ga apa-apa." Ray tertunduk, tidak berani menatap mata gadis itu lebih lama lagi. Dan pada saat itu, ia tersadar bahwa ia masih menggenggam tangan gadis itu. Ray segera melepaskan pegangannya. "Sorry. Gue duluan." Ray kemudian pergi meninggalkan gadis itu di belakang dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Dasar orang aneh."

"Kenapa Kay?" Alex yang baru saja berhasil keluar dari kerumunan orang langsung bertanya kepada Kayla yang berdiri di depannya sambil berkacak pinggang.

"Ga tau, tadi gue nabrak orang sampe jatuh. Terus dia bengong gitu ngeliatin gue. Masa iya ditabrak doang bisa sampe geger otak?"

Alex tertawa mendengar jawaban Kayla. "Geger otak? Aneh-aneh aja lu."

"Yaudahlah, ga usah dipikirin. Ga penting. Nanti kalau dipikirin terus, rambut gue berubah keriting." Kayla kemudian menarik lengan Alex yang sedang tertawa sambil geleng-geleng kepala. "Ayo pulang. Nih martabak mau gue sikat sebelum dingin."

"Oke deh adekku tayang," jawab Alex sok imut sambil mengacak rambut Kayla.

Kayla yang mendengar hal tersebut hanya menatap tajam kakaknya. "Jijik." Kayla lalu melepas genggamannya pada lengan Alex dan meninggalkan Alex di belakang.

"Eh tungguin gue dong dek. Gue takut sendirian, nanti digodain cabe-cabean!"

-------------------------

a/n: HaiHai! Part ini pendek banget ya? Sorry banget deh ya, mentok disitu. Tunggu part selanjutnya aja ya? Hehe. Jangan lupa vommentsnya. Maaf juga kalau ada typo. Thanks!
Published : 25 July 2016

Broken EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang