Part 10

4.4K 350 80
                                    

"Perjodohan kamu sama Tania itu jadinya gimana?"

Joshua menaikkan satu alisnya untuk beberapa detik, namun setelah itu berubah netral kembali. "Oh itu, Om Yono bilang sih waktu itu harusnya perjodohan itu lanjut, cuman ternyata Tania udah bujuk papanya biar perjodohannya dibatalin, soalnya dia cinta sama orang lain. Terus, udah ga pernah dibahas lagi tuh. Jadi, menurutku, perjodohan itu udah batal," jawab Joshua tenang lalu mengedikkan bahunya tanda tak peduli.

Kayla hanya bisa manggut-manggut, sambil ber-oh-ria.

"Kenapa Kay? Ga rela aku dijodohin?" tanya Joshua secara tiba-tiba, membuat Kayla langsung menatapnya tajam.

"Enak aja. Biasa aja tuh," ujar Kayla datar, padahal hatinya berkata lain.

"Gue keluar aja deh, mau main PS dulu di kamar," ijin Alex lalu beranjak dari tempatnya duduk. Alex tahu bahwa Joshua dan Kayla membutuhkan waktu untuk berdua. "Awas ya lu berdua, gue tinggal, jangan macem-macem. Inget Kay, jangan mencoreng nama keluarga," peringat Alex lalu berjalan keluar.

"Maksud lu apa kak?!" teriak Kayla sambil menatap punggung Alex yang sudah berjalan menjauh dan meninggalkan kamar Kayla.

Kayla berbalik dan menatap Joshua. "Emang dikiranya kita mau ngapain." Sedangkan Joshua, ia hanya mengedikkan bahunya.

Setelah itu, tidak ada lagi pembicaraan yang tercipta. Suasananya benar-benar canggung. Kayla yang sibuk membaca novelnya, dan Joshua yang tidak beralih sedikitpun dari ponselnya.

Setelah lama tenggelam dalam kebisuan, Joshua akhirnya berdeham. "Kay?" panggil Joshua.

Kayla mengalihkan pandangannya dari novel yang sedang ia baca dan menatap Joshua. "Kenapa?"

"Kamu beneran maafin aku?"

Kayla mengernyit. Sedikit bingung. "Emangnya kenapa?"

"Ga apa-apa, memastikan aja."

Kayla tersenyum. "Iya lah Josh. Aku beneran maafin kamu. Kalaupun aku berniat untuk benci sama kamu, aku tetap ga bisa ngelakuin itu. Aku ga bisa benci dan ga maafin kamu, karena kamu udah jadi bagian penting dari hidup aku."

Joshua ikut tersenyum. "Makasih ya Kay. Aku benar-benar ga salah pilih sahabat. Aku kira selama ini kamu bakal benci sama aku. Setelah sampai di Jakarta, aku langsung teringat sama kamu, tapi aku takut kalau kamu ga akan maafin aku, jadi aku ga mau ngehubungin kamu, takut kamu bakal marah-marah. Tapi, aku pernah coba sih sekali, telfon ke nomer kamu, tapi udah ga aktif. Pernah juga, aku datang ke rumah lama kamu, tapi ternyata kamu udah pindah."

"Makasih kamu udah berniat buat nyari aku."

"Iya sama-sama. Makasih juga."

"Kamu kebanyakan makasih ah."

"Biarin aja. Eh, tapi denger-denger, ada yang nangsi tiap hari ya gara-gara ga aku kabarin dulu?" goda Joshua sambil mencolek lengan Kayla.

Kayla jadi malu dan salah tingkah. "Si-siapa bilang. Engga tuh," jawab Kayla ketus lalu menyisir rambutnya dengan tangan ke belakang.

"Massa sih? Kok ngomongnya kayak orang salah tingkah gitu ya? Aku udah kenal kamu dari kecil Kay, jadi aku tau kamu lagi bohong."

"Emang salah benget gue bohong sama orang yang udah kenal dari kecil," batin Kayla.

Joshua tekekeh kecil. "Kamu ga berubah ya Kay. Tiap kali bohong dan salah tingkah, kamu pasti nyisir rambut ke belakang pake tangan kamu."

"Sok tau benget," celetuk Kayla, lalu berbalik dan tiduran, lanjut membaca novel yang sedari tadi terbengkalai karena berbincang dengan Joshua.

Broken EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang