Epilog

3.6K 128 6
                                    

Vote dan comment ya! Selamat membaca^^

Terhitung sudah satu bulan semenjak Joshua sadar. Ia memang membutuhkan waktu beberapa hari untuk beristirahat, sebelum kembali beraktivitas. Selama itu lah juga, Kayla dengan setia menjaga dan merawat Joshua. Ia akan ke rumah sakit sepulang sekolah, dan baru pulang ke rumah setelah larut malam. Hal tersebut seakan menjadi rutinitasnya beberapa minggu yang lalu. Namun sekarang, Joshua telah pulih dengan sepenuhnya.

Banyak hal yang dapat berubah hanya dalam kurun waktu satu bulan.

Caroline telah berubah dan menjadi ramah kepada Kayla. Caroline juga sering berkonsultasi dengan Kayla, seperti yang telah dikatakan sebelumnya. Caroline yang dulu bukan lah yang sekarang, ia berubah drastis. Mungkin memang imagenya pada beberapa anak belum berubah, namun bagi Kayla, Caroline yang sekarang seperti Caroline yang baru, dan bertolak belakang dengan dirinya yang dulu.

Kebahagiaan demi kebahagiaan mulai datang dalam hidup Kayla, yang sebelumnya penuh dengan masalah. Seperti apa yang pepatah katakan, selalu ada pelangi setelah hujan, dan selalu ada kebahagiaan setelah kesedihan. Kayla bersyukur karena setidaknya dengan masalah, ia menjadi pribadi yang lebih tegar dan sabar. Masalah juga mengajarkan tiap-tiap manusia untuk tetap berterimakasih kepada Tuhan, karena apabila Tuhan memberikan masalah, masalah tersebut tidak akan melampaui batas manusia, dan pasti masih bisa diselesaikan. Dengan masalah, Tuhan ingin manusia mengingat diriNya dan berdoa.

Alex sudah mengetahui bahwa yang mendonorkan ginjal untuknya adalah Caroline, karena Kayla yang memberitahunya. Entah kenapa, Kayla merasa bahwa Alex harus tahu siapa yang telah menyelamatkannya. Awalnya, Alex memang sempat terkejut dengan hal tersebut. Ia tidak percaya seorang perempuan angkuh seperti Caroline mau mendonorkan ginjalnya, ya walaupun dengan makna terselubung. Tetapi setidaknya, hal tersebut justru mendekatkan diri Alex dengan seorang Caroline. Cowoknya tengil, ceweknya galak. Memang berbeda, namun saling melengkapi.

Kedekatan Alex dengan Caroline tersebut tentunya mematahkan hati Juju yang memang mengagumi sosok Alex, namun sepertinya Juju sedang dekat dengan salah satu teman Alex serta Joshua, yaitu Felix. Sedangkan Laura, ia juga sedang pedekate dengan teman Alex yang satunya lagi, Davin.

Hidup Kayla sudah terasa hampir sempurna. Tetapi, ada satu titik dalam benak dan hati Kayla yang menyebabkan kesedihan. Raymond, pindah ke Surabaya, tanpa pamit padanya, dan tanpa kata-kata perpisahan. Kayla mengetahui kepindahan Raymond tersebut dari teman-temannya. Hal tersebut membuat Kayla kecewa serta menambah rasa bersalahnya. Apa mungkin Raymond pindah karena dirinya? Sesedih itu kah dirinya sampai harus rela pindah sekolah di tengah semester padahal sudah kelas dua belas?

Satu hal lagi, sampai sekarang, ia memang makin nempel dengan Joshua. Kemana-mana berdua. Pergi sekolah, kantin, pulang, ke kafe, ke taman, makan, pokoknya semuanya berdua. Namun naasnya, Kayla belum mendapat kepastian! Joshua memang sudah bilang sebelumnya bahwa ia menyayangi Kayla, bahkan tiap malam ia mengatakan hal tersebut. Namun, Joshua belum juga menembak Kayla, membuat Kayla harus menunggu lagi untuk kesekian kalinya, dan memikirkan beberapa probabilitas penyebab Joshua yang seakan tidak ingin menjalin hubungan yang lebih dengannya.

Kayla sebenarnya bukan orang yang gila status, namun ia merasa bahwa status berpacaran akan membuat mereka lebih leluasa dalam berhubungan. Misalnya, kalau Kayla melihat Joshua didekati dengan cewek-cewek yang memiliki hormon genit berlebihan, Kayla hanya bisa bungkam dan memperhatikan. Ia tidak bisa melarang maupun menyatakan ketidak-sukaannya akan hal tersebut, karena Joshua bukan miliknya. Mereka hanya sebatas sahabat yang memang saling sayang.

Bahkan, Kayla ragu rasa sayang Joshua itu sama dan sebesar rasa sayang yang dimilikinya atau tidak. Memikirkan hal tersebut, membuat Kayla frustasi sendiri karena tak kunjung mendapat jawaban. Ia memang dapat bertanya dalam hati, tetapi tidak mampu menyampaikannya lewat kata-kata. Ia terlalu takut. Tidak tau juga takut dengan alasan apa, ia hanya takut. Hanya itu.

Broken EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang