Part 27

1.9K 137 17
                                    

Vommentsnya ya guys ;)

----------------

"Kalian ini?! Baru juga berapa hari sekolah, udah bikin masalah aja," omel Bu Intan. "Kamu, Caroline! Ga capek-capek apa ya kamu bikin masalah terus? Kamu udah kelas dua belas! Sadar diri dong, jangan sampai kamu dikeluarin dari sekolah!" seru Bu Intan dengan suara yang telah meninggi beberapa oktaf.

Pandangan Bu Intan kemudian beralih pada Kayla yang sedang menunduk. "Kamu, Kayla! Anak baru, sudah bikin masalah saja. Kamu bikin saya malu, sebagai wali kelas kamu, tau ga?!" serunya lagi. Entah sampai kapan ia akan berteriak seperti itu.

"Siapa yang suruh lu buat malu? Lu mau sendiri," batin Kayla sambil mendongakkan kepalanya. Namun, memang sudah takdir dan tidak bisa dipungkiri lagi. Hati, pikiran, dan mulut tidak pernah sejalan. "Maaf bu," ucap Kayla pada akhirnya dengan nada penuh penyesalan yang dibuat-buat.

"Kamu ga mau minta maaf juga, Caroline?" tanya Bu Intan halus, namun penuh makna dan sindiran yang tersirat.

Caroline mendongak dan menatap Bu Intan malas. "Maaf bu," balas Caro tanpa gairah. Benar-benar tidak tahu sopan santun.

"Kalau begitu, sekarang kalian saya hukum," putus Bu Intan tegas, dan tidak dapat diganggu gugat.

"HAH?!" pekik Kayla dan Caro bersamaan sambil memajukan badannya dan menatap Bu Intan dengan tatapan tidak percaya, tidak lupa disertai dengan mulut yang telah menganga lebar.

"Kalian bersihkan lapangan basket pulang sekolah nanti. Tidak ada penolakan dan tidak ada kabur-kaburan. Nanti saya jagain. Kalau kalian berani kabur, hukuman saya tambah."

Merasa tidak ada gunanya melawan, Kayla akhirnya mengangguk pasrah. "Baik bu."

"Sekarang kalian keluar. Masuk ke kelas masing-masing. Jangan bikin masalah lagi!" Kayla yang tidak bisa melakukan apa-apa lagi, hanya bisa menuruti perintah Bu Intan dengan setengah hati.

Kayla sebenarnya sangat malas apabila harus berhubungan dengan seorang guru, apalagi jika dirinya terbukti bermasalah. Ia tidak akan memulai perkelahian, dan ia juga akan tetap berusaha untuk selalu menahan amarahnya. Namum kejadian tadi, benar-benar membuat Kayla naik pitam, sehingga tidak segan-segan lagi untuk membalas.

Caroline memang keterlaluan, seenak dan semaunya sendiri. Ia berbicara layaknya seorang anak yang paling harus dihormati. Tak lupa dengan sikap dan kelakuannya yang semena-mena. Caroline tidak berpikir panjang sebelum bertindak, layaknya bocah SD yang belum mengerti apa-apa. Dan Kayla benci akan hal itu.

"Kenapa, La?"

"Kenapa, Kay?"

Joshua dan Raymond menanyakan hal yang sama begitu melihat Kayla yang keluar dari pintu ruang guru. Pertanyaan yang sama, serta waktu yang bertepatan, membuat Joshua dan Raymond akhirnya refleks menatap satu sama lain.

Joshua dan Raymond tadi sempat melihat pertengkaran kecil antara Kayla dan Caroline. Tetapi baru saja mereka hendak melerai, Bu Intan telah terlebih dahulu maju ke tengah-tengah arena, berusaha melerai mereka berdua.

"Ga apa-apa. Gue cuman disuruh bersihin lapangan basket doang sama nih kakak kelas," jawab Kayla sambil menunjuk Caroline yang ada di sebelahnya dengan dagu.

Kayla dapat melihat dari ekor matanya, bahwa Caroline memicingkan matanya sinis. Namun, detik berikutnya ia berubah menjadi orang yang sok-sok manis di depan Joshua.

Caroline tersenyum lebar dan langsung mengaitkan tangannnya pada lengan Joshua. "Makasih ya, udah perhatian sama aku, babe."

"Najis. Lepas!" perintah Joshua dingin sambil terus berusaha melepaskan tangan Caroline dari lengannya.

Broken EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang