Part 29

1.7K 120 10
                                    

Bel masuk akan berdering dalam 3 menit lagi.

Di dalam kelas, Laura dan Juju duduk dengan gelisah, benar-benar merasa cemas dan bingung, sambil terus melirik ke arah jam dinding yang digantung di belakang kelas. Kayla tidak pernah datang terlambat, ia sudah akan selalu ada di dalam kelas lima belas menit sebelum bel berdering. Tidak biasanya Kayla datang mepet-mepet. Tiga bulan,  waktu yang lebih dari cukup bagi Laura dan Juju untuk mengenali seorang Kayla. Kayla tidak suka berurusan dengan guru, sehingga ia pasti menghindari kata 'telat'.

Tapi sekarang, Kayla bahkan belum menampakkan batang hidungnya. Laura dan Juju sudah berulang kali mencoba untuk menelpon Kayla, tetapi balasan dari operator lah yang selalu mereka dapatkan sebagai balasannya, membuat Laura dan Juju mulai menerka-nerka apa yang terjadi pada salah satu sahabatnya itu.

Apa mungkin Kayla telat bangun? Jawabannya pasti tidak, karena kedua orang tua beserta kakaknya pasti akan selalu membangunkan Kayla apabila ia sudah akan telat.

Apa mungkin Kayla jalan kaki? Lagi-lagi jawabannya tidak mungkin, karena pasti Alex yang akan mengantarnya. Bila tidak, pasti ada Joshua dan Raymond yang akan selalu dengan sigap menjemputnya.

Apa mungkin Kayla sakit? Kalau yang ini, bisa saja. Tetapi, Kayla tidak memberitahukan apa-apa pada Kayla serta Juju, padahal mereka selalu chattingan sebelum masuk sekolah.

Setelah memilah-milah kemungkinan yang terjadi pada Kayla, Laura akhirnya mendapatkan sebuah ide brilliant. Laura menjentikkan jarinya dengan wajah sumringah, sambil berseru 'AHA' dengan suara toanya, membuat hampir setengah kelas memandangnya bingung.

Juju yang menyadarinya, langsung menginjak kaki Laura, yang kebetulan terjulur tepat di sebelahnya. "Goblok! Dasar ga tau malu!"

Laura meringis dan balik menginjak kaki Juju. "Sialan!" umpatnya.

"Lu sih, malu-maluin."

"Gue dapet ide coy!" pekik Laura girang sambil bertepuk tangan layaknya orang gila.

"Apaan sih?" Juju membalas sewot, malu punya teman macam Laura.

"Kita samperin Kak Joshua aja, nanya sama dia Kayla kenapa. Kak Joshua kan tetangga Kayla, terus juga mereka dekat, gue jamin dia tau." Laura mengungkapkan pendapatnya sambil memainkan alisnya naik-turun.

"Bukannya dari tadi," balas Juju gemas, lalu langsung menarik tangan Laura untuk keluar dari kelasnya, menuju kelas Joshua.

"Setidaknya otak gue masih jalan, ga kayak lu."

"Bacot."

Sesampainya di depan pintu kelas berlabel '12 IPS 3' yang masih terbuka lebar, Juju segera menjulurkan kepalanya untuk mengintip ke dalam kelas, diikuti dengan Laura. Mereka menyapukan pandangannya ke suluruh penjuru ruangan, dan menemukan Joshua, Raymond, Felix, dan Davin yang sedang mengobrol dengan volume yang cukup keras di pojokan kelas.

"Gue berasa kayak ngintipin doi," celetuk Laura polos, sukses membuat Juju menoleh dan menatap Laura sambil menyipitkan matanya.

"Eh kak, boleh minta tolong panggilin Kak Joshua ga?" pintu Juju setelah berhasil mencekal lengan salah satu siswi dengan kaca mata lebar yang hendak masuk ke dalam kelas.

Siswi tersebut, yang tentunya merupakan kakak kelas Laura serta Juju, hanya mengangguk singkat. Juju melepaskan genggamannya dan membiarkan kakak kelas yang tidka ia ketahui namanya itu masuk dan menghampiri geng Joshua.

Dari tempatnya berdiri sekarang, Laura dan Juju masih dapat melihat siswi itu yang mendekati geng Joshua sambil menundukkan kepalanya. Dan begitu sampai di hadapan Kak Joshua, siswi itu terlihat semakin gusar dan bahkan memilin bagian ujung seragamnya dengan jari.

Broken EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang