Part 30

1.8K 114 10
                                    

Tepat setelah Caroline memarkirkan mobilnya dengan rapih di pelataran parkir basement Rumah Sakit Dahlia, ia segera mematikan mesin mobilnya dan beranjak keluar dari sana. Tidak ingin menghabiskan waktunya untuk menunggu lift, Caroline memutuskan untuk naik ke lobby dengan tangga, hitung-hitung sebagai pengganti pelajaran olahraga yang tidak akan ia ikuti hari ini karena bolos.

Begitu sampai di lantai yang ditujunya, Caroline segera melangkahkan kakinya sambil menengok ke kiri dan kanan, mencari dimana letak ruangan UGD. Setelah berhasil menemukan petunjuk arah UGD yang tergantung di langit-langit RS yang menunjuk ke arah kanan, Caroline mempercepat langkahnya menuju arah yang ditujukan petunjuk tersebut.

Baru saja hendak berbelok, Caroline langsung dapat melihat Kayla dan kedua orang tuanya yang sedang duduk, tepat di depan pintu UGD, dan tentunya masih cukup jauh dari Caroline. Caroline mulai memelankan langkahnya mendekat, berusaha agar Kayla tidak menyadarinya. Ia memutuskan untuk bersembunyi di balik salah satu pilar rumah sakit yang dengan untungnya bisa menutupi seluruh badannya, sehingga Kayla tidak akan dapat melihatnya.

Caroline menjulurkan kepalanya hendak mengintip, dan tepat pada saat itu, seorang dokter keluar dari ruang UGD. Kayla dan keluarganya pasti sudah menunggu hal tersebut sedari tadi, terbukti dengan mereka yang langsung berdiri dan menghampiri dokter itu secara serempak. Caroline memasang kupingnya baik-baik, tidak ingin tertinggal atau kehilangan satu kata pun yang akan keluar dari dokter yang mengecek kondisi Alex itu.

"Keluarga dari saudara Alex?" tanya dokter itu lembut, menambah kesan manis pada dokter yang berjenis kelamin perempuan. Tadi di ambulans, Kayla sempat mengisi lembar informasi pasien terlebih dahulu, sehingga dokter itu bisa mengetahui nama Alex.

"Iya dok," jawab Richard mewakili Riska dan Kayla dengan raut wajah harap-harap cemas.

"Jadi begini, kami telah mengecek semua tubuh Alex bagian luar, dan hanya ada satu keanehan yang terpampang jelas, yaitu kakinya yang bengkak. Banyak kemungkinan yang muncul apabila kaki seseorang bengkak, sehingga tadi kami melakukan tes urine, tekanan darah, dan LFG (Laju Filtrasi Glomerular). Dan dari situ, kami dapat mengetahui bahwa anak bapak ternyata menderita penyakit gagal ginjal kronis, dan bahkan sudah hampir mencapai tahap akhir."

"HAH?!" Hanya itu lah yang bisa dikeluarkan dari mulut Kayla, karena ia benar-benar tidak menyangka penyakit yang diidap oleh kakaknya itu. Alex sebelumnya tidak pernah mengeluh maupun memperlihatkan tanda-tanda layaknya orang pengidap gagal ginjal.

"Gagal ginjal kronis memang terkadang tidak menunjukkan gejala apa pun, dan kemungkinan tidak akan terdeteksi jelas hingga fungsi ginjal menurun secara signifikan. Tetapi, saya duga, dengan tingkat keparahan gagal ginjalnya, Alex pasti sudah beberapa kali mengalami gejala-gejala yang cukup terlihat. Contohnya yang paling mudah terlihat adalah mendadak muntah, atau bahkan mempunyai masalah dengan tidur." Penjelasan dokter tersebut membuat Kayla memutar otaknya, mencoba mengingat-ngingat apakah kakaknya itu pernah menunjukkan tanda-tanda yang disebutkan oleh dokter tadi.

"Saya pernah dengar sih, satu hari dia tiba-tiba muntah. Tapi, waktu ditanya, Kak Alex cuman bilang muntah biasa saja karena mendadak mual, jadi saya tidak ambil pusing. Terus, kalau masalah tidur, Kak Alex memang sering masuk kamar saya tiba-tiba, bilangnya ga bisa tidur."

Dokter tersebut hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Kayla. Belum sempat dokter tersebut mengeluarkan kata-kata dari mulutnya yang terbuka, Riska langsung menginterupsi, membuat dokter tersebut mengatupkan kembali bibirnya. "Anak saya kenapa bisa tiba-tiba gagal ginjal dok?"

"Ada banyak faktor penyebab gagal ginjal. Salah duanya adalah faktor keturunan, dan hipertensi. Menurut tes yang sudah kami lakukan, terlihat jelas bahwa Alex memang mengalami hipertensi."

Broken EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang