Part 37

1.4K 83 2
                                    

Baru saja menginjakkan kaki di koridor kelasnya, Kayla sudah merasakan sesuatu yang tidak enak. Perasaannya dari kemarin memang sudah tidak enak, namun sekarang perasaan itu semakin kuat. Kayla memandang lurus ke arah kelasnya yang entah kenapa hari ini sangat ramai. Kelas Kayla dikerubungi oleh siswa-siswi kelas sebelah. Kayla mengenyitkan dahi bingung. Biasanya, orang-orang akan berkerumun kalau ada yang lagi nyatain perasaan, berantem, atau dikerjain.

Dengan langkah besar, Kayla segera berjalan menuju kelasnya. Ia mendegus keras karena sangat sulit untuk menerobos kerumunan tersebut. Namun, karena badannya langsing, ia berhasil sampai ke paling depan dengan cara jalan kayak orang-orang di iklan susu pelangsing. Namun, apa yang dilihatnya di depan mata benar-benar membuatnya tercengang.

Caroline sedang menuangkan isi dari sebuah botol kaca, yang Kayla yakini sebagai minyak ikan ke atas kepala Laura. Bau dari minyak ikan tersebut benar-benar menyengat dan membuat kepala Kayla pusing bukan main. Keadaan Laura benar-benar jauh dari kata baik sekarang. Rambutnya acak-acakan seperti habis dijambak. Badannya penuh telur dan tepung. Dan sekarang tambahan minyak ikan. Kayla melihat ke samping, dan mendapati Juju yang tangannya sedang ditahan oleh salah satu antek-antek Caroline yang selalu ngintil kemana pun Caroline pergi.

Keadaan Juju memang tidak separah Laura, namun bajunya juga penuh dengan tepung, bahkan sambal. Kayla dapat melihat mata Laura yang menunjukkan kilatan permusuhan, namun ia seperti tidak berkutik berhadapan dengan Caroline.

Sadar tidak ada gunanya Kayla hanya berdiri mematung, ia akhirnya memberanikan diri maju dan menjambak rambut Caroline dari belakang, membuat Caroline terhuyung ke belakang dan hampir jatuh.

"Lo apain teman gue hah?!" teriak Kayla nyalang sambil menarik rambut Caroline lebih keras. Teman Caroline yang bebas, mencoba mendekat, namun mundur lagi setelah melihat wajah Kayla yang tidak bersahabat dan teriakannya yang bisa dibilang memekakkan telinga. "Jangan coba deket-deket atau gue teriak dan lu semua gue laporin ke guru BK!"

Semua murid Northover takut apabila berurusan dengan guru BK. Bukan hanya galak, tapi guru BK Northover itu tipe orang yang menyeramkan dan bikin orang kebelet kencing dan lari walaupun cuman bertatapan.

"Gue udah bilang kan kemarin kalau gue bakal bales perbuatan lo?!" balas Caroline nyolot sambil berusaha menarik kembali rambutnya. Ia merasa rambutnya akan segera lepas dari kulit kepalanya dalam hitungan detik. "Lepasin rambut gue!"

Caroline meronta dan mencoba untuk melawan, namun tidak berhasil. Kayla yang benar-benar marah, menendang betis Caroline, membuatnya terjatuh dan mengaduh kesakitan. "Jangan pernah main-main sama gue. Dan, jangan pernah nyentuh teman gue! Tangan hina lu itu ga pantes bersentuhan dengan teman-teman gue! Lu mungkin bisa ngelakuin hal-hal jahat, tapi gue bisa lebih jahat daripada lu kalau lu jahatin orang-orang yang gue sayang!"

"Lu yang mulai! Lu yang bikin gue harus ngelakuin hal ini. Jangan salahkan gue, tapi salahin diri lo sendiri yang udah ngingkarin janji dan bikin gue marah," balas Caroline setelah berhasil berdiri. Ia menatap Kayla dengan dagu yang terangkat naik, padahal sebenarnya dia malu setengah mati karena tadi jatuh dan menjadi tontonan orang banyak.

Kayla mengusap wajahnya frustasi. "Gue cuman ngomong dua kalimat ya ampun! Lo lebay banget sih jadi orang! Lagian, gue udah berusaha menghindar, tapi dia yang datang, bukan gue."

"Oh, jadi lu mau sombong dan pamer karena diajak ngobrol gitu?" balas Caroline sambil menatap Kayla tajam.

"Astaga. Susah banget ngomong sama drama queen. Bodo lah, terserah lu aja!"

"Pokoknya, gue ga akan pernah tinggal diam kalau sekali lagi lu ingkar janji! Gue ga pernah main-main, dan gue ga takut sama ancaman lu! Tinggal tunggu aja siapa korban selanjutnya." Setelah mengatakan hal tersebut, Caroline beranjak dan meninggalkan kelas Kayla, diikuti dengan kaki tangannya.

"Ngapain masih pada lihat-lihat hah? Sono bubar!" teriak Kayla pada kerumunan yang masih setia menonton di depan mintu. Melihat Kayla yang biasa sabar berubah jadi galak, mereka akhirnya memutuskan untuk bubar, tetapi disertai dengan sorakan tidak terima.

Kayla berbalik dan menatap Laura yang kini telah menangis di pelukan Juju. Bahunya bergetar hebat. Laura pasti malu setengah mati. Kayla benar-benar tidak tega dan merasa bersalah. Itu semua karena dirinya. Laura menangis karena dia.

Kayla menghampiri kedua sahabatnya itu dan berjongkok di depan mereka.

"It's okay, Ra. Dia udah pergi," ujar Juju berusaha menenangkan sambil mengelus punggung Laura dengan lembut.

"Gue minta maaf. Karena gue kemarin ngobrol sama Joshua, Caroline marah, dan malah nyerang kalian. Ini semua salah gue. Gue minta maaf. Maaf," cicit Kayla sambil terus mengulangi kata maaf. Air matanya kini telah membasahi pipinya.

Laura mendongak dan berusaha untuk menghentikan tangisannya. "Ga apa-apa, Kay. Bukan salah lu," ucapnya sambil tersenyum.

"Tapi, kalau bukan karena gue, Caroline ga akan mungkin gangguin kalian."

"Ini bukan salah lu. Nenek lampir itu aja yang emang demen cari sensasi. Gue ga apa-apa kok. Cuman disiram, ditepungin, dan diceplokin, ga sakit kok."

Kayla mengangkat kepalanya dan bertemu dengan manik mata Laura yang memancarkan keteduhan. Kayla tidak tahu lagi harus berkata apa. Laura memang sahabat yang sangat baik.

"Itu kalau ga buru-buru ganti baju, bisa masuk angin. Mending lo bertiga keluar, mandi dan ganti baju. Bau banget sumpah." Kata-kata tersebut membuat Kayla menoleh, dan mendapati Dave yang sedang menatapnya sambil menutup hidungnya dengan tangan. Mereka bertatapan seperti itu sebentar, sebelum akhirnya Dave memutuskan aksi tatap-tatapan tersebut dan beranjak keluar.

Kayla mengernyitkan dahinya heran. Dave kenapa? Beda banget, batin Kayla.

Tidak mau ambil pusing, Kayla segera bangkit dan meraih tubuh Laura yang masih berlutut di lantai. "Ayok, Ra. Lu harus mandi. Mandi di toilet kolam renang aja. Gue punya seragam cadangan di loker. Nanti lu pake itu aja." Kemudian ia beralih pada Juju. "Ju, lu punya seragam cadangan?"

Juju mengangguk. "Ada kok."

"Ya udah, lu juga mandi deh. Badan lu penuh tepung gitu."

"Ga usah pegang gue, Kay. Minyak ikannya bau banget, nanti lu ikutan bau. Gue bisa bangun sendiri kok," ujar Laura membuat Kayla menoleh.

"Lu begini karena gue. Jadi, ga apa-apa," balas Kayla sambil membantu Laura untuk berdiri.

Setelah berhasil berdiri, Kayla tiba-tiba memeluk Laura, membuat Laura kaget dan hampir jatuh ke belakang karena tidak siap. "Kayla, lu apa-apaan sih? Ini gue bau banget!"

"Gue sayang sama lu. Lu ga marah sama gue, padahal lu kayak gini karena gue," ujar Kayla sambil mengeratkan pelukannya.

"Ya ampun, Kay. Berapa kali sih gue harus bilang kalau ini bukan salah lu? Gue gapapa. Lu yang malah nanti kenapa-napa. Bau kena minyak ikan," ucap Laura tidak mau membalas pelukan Kayla.

"Gapapa. Gue suka ikan kok," balas Kayla sambil menarik dirinya kembali. Dan, ia nyengir kuda macam orang bego.

"Dasar sinting. Otak lu kayaknya kegeser ya?" sahut Juju yang sedari tadi hanya jadi penonton.

"Kalau kegeser, kepala gue gede sebelah dong?" tanya Kayla polos, tetapi mengundang tawa sahabatnya.

"Dasar sableng. Tapi, tadi lu keren loh pas nendang betis Caroline sampai dia jatuh gitu."

"Makasih. Gue emang selalu keren." Kayla mengedipkan matanya berkali-kali seperti wanita penggoda, membuat Laura dan Juju jijik sendiri.

"Jijik!" ujar Juju sambil menoyor kepala Kayla lalu kabur keluar.

"Najis!" Kali ini, Laura ikutan menoyor kepala Kayla dan lari keluar mengikuti Juju.

Kayla meringis pelan, sebelum akhirnya ikut berlari mengejar kedua sahabatnya. "Dasar sahabat-sahabat laknat! Awas ya lu pada!" teriak Kayla membahana sambil terus berlari. Ia mengejar kedua sahabatnya itu sambil tertawa.

Kayla bahagia, namun mungkin orang-orang yang melihatnya, menganggapnya gila. Cantik tapi sayangnya sableng alias kurang waras.

Double update hari ini!!! Maaf ya kalau pendek. Semoga kalian berbahagia selalu :D #apasih. Btw, gue udah nulis sampai beberapa chapter selanjutnya, nanti tinggal dipublish. Mungkin besok, tunggu aja ya;)
Published : 15 April 2017

Broken EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang