Seorang pemuda yang tiada masa depan, seorang gelandangan yang air matanya telah mengering, ibarat selembar daun yang terhembus angin, seperti pula ganggang di air, tiada tumpuan harapan, tiada pula masa depan....................
Dalam keadaan demikian, mungkinkah ada orang dikejauhan yang rindu kepadanya, memperhatikan keadaannya?
Kalau ia memang mendengar panggilan orang itu, mengapa ia masih belum juga kembali, kembali ke sisi orang itu?Sesungguhnya kesedihan dan penderitaan apakah yang terkandung dalam hatinya, sehingga rahasia tersebut enggan diutarakan kepada orang lain?
Sang surya telah memancarkan sinar keemas-emasan ke empat penjuru. Hari ini udara cerah.
A-kit tidak selalu berada dalam keadaan pingsan, ia sudah sadar beberapa kali, setiap kali tersadar kembali, ia selalu merasa seakan-akan ada seseorang sedang duduk di sisinya sambil menyeka keringat yang membasahi jidatnya.
Ia tak pernah melihat jelas wajah orang itu, sebab sesaat kemudian ia kembali jatuh tak sadarkan diri.
Menanti ia dapat melihat jelas raut wajah orang itu, sinar matahari kebetulan sedang mencorong masuk lewat daun jendela dan menyinari rambutnya yang hitam dan mulus.
Ia mempunyai sepasang mata yang sayu, sorot mata penuh perasaan sedih dan kuatir.
A-kit memejamkan kembali sepasang matanya.
Tapi pada saat itulah ia mendengar nona itu berkata: "Aku tahu kau tidak memandang harga diriku. Kau memandang hina aku si perempuan rendah, tapi aku tak akan menyalahkan dirimu"
Ucapan tersebut diucapkan dengan tenang dan mantap, sebab nona itupun sedang berusaha untuk mengendalikan perasaannya.
"Akupun tahu, dalam hatimu pasti terdapat banyak penderitaan dan kedukaan yang tak dapat diutarakan keluar, akan tetapi kau tak perlu menyiksa diri secara begini kejam"
Suasana dalam ruangan itu hening, tidak terdengar suara orang lain, tentu saja Lo Biau-cu sudah berangkat bekerja.
Tak mungkin bagi rekannya itu untuk meninggalkan pekerjaan apapun yang tersedia, sebab ia tahu hanya dengan bekerja baru ada nasi untuk makan.
Tiba-tiba A-kit mementangkan matanya lebar-lebar dan mendelik ke arahnya, kemudian dengan ketus katanya: "Seharusnya kaupun tahu, bahwa aku tak mungkin mampus!"
"Seandainya kau ingin mampus, sekarang kau pasti sudah mampus beberapa kali!", sahut si boneka.
"Lantas mengapa kau tidak pergi untuk melakukan pekerjaanmu?"
"Aku sudah tak akan pergi lagi!"
Suaranya begitu tenang, begitu datar, sedikitpun tanpa emosi.
Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya dengan hambar: "Sejak kini, aku tak akan kembali lagi ke tempat seperti itu!"
"Kenapa?", tanya A-kit tak tahan.
Tiba-tiba si Boneka tertawa dingin.
"Apakah kau mengira sejak lahir aku sudah menyukai pekerjaan semacam itu?"
A-kit menatap tajam wajahnya, seolah-olah berusaha menembusi hatinya, lalu tanyanya lagi: "Sejak kapan kau memutuskan untuk tidak ke sana lagi?"
"Hari ini!"
A-kit menutup mulutnya, ia merasa hatinya mulai sakit lagi.
......Tiada seorang manusiapun yang semenjak dilahirkan sudah menyukai pekerjaan semacam itu, tapi setiap orang harus hidup, setiap orang harus bersantap.
......Dia adalah satu-satunya tumpuan harapan dari ibu dan kakaknya, ia harus mencarikan daging untuk ibu dan kakaknya.
......Ia tak boleh membuat kecewa ibu dan kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sword Master aka Pedang Tuan Muda Ketiga/Pendekar Gelandangan - Khu Lung
General FictionSam Sauya (Tuan Muda ketiga) dari keluarga Cia, Cia Siauhong adalah jago pedang nomor satu di kolong langit. Tiga belas Jurus Pedang Perenggut Nyawa milik Yan Capsa terdiri dari 13 jurus, tapi 13 jurus itu masih belum cukup untuk mengalahkan Tuan Mu...