Bab 19. Keturunan Keluarga Kenamaan

841 17 1
                                    

Dalam ruangan tiada cahaya lampu, seorang diri Cia Siau-hong duduk dalam kegelapan, duduk di atas kursi di mana tempat itu selalu mereka kosongkan bila sedang bersantap dan khusus disediakan buat tuan putri.

Semenjak dilahirkan, semestinya dia adalah seorang tuan putri, bila bertemu dengannya, maka kau pasti akan menyukainya, kami merasa bangga karena dia.

Api dalam tungku telah padam, bahkan abupun telah dingin.

Dapur nan sempit dan kecil, selamanya tak akan memancarkan kehangatan lagi seperti dulu, bau harum kuah daging yang dapat menghangatkan badan sampai ke lubuk hatipun selamanya tak akan terendus kembali.

Tapi di tempat itulah ia pernah merasakan kepuasan dan ketentraman yang sebelumnya tak pernah ia rasakan atau jumpai.

......Aku bernama A-kit, A-kit yang tak berguna.

......Hari ini tuan putri kita pulang makan, kita semua akan mendapat daging untuk bersantap, setiap orang akan mendapatkan sepotong daging, sepotong daging yang besar, besar sekali.

Ketika daging dihidangkan, sorot mata setiap orang mencorong tajam, setajam sinar pedang.

Cahaya pedang berkelebat lewat, hawa pedang memancar ke empat penjuru, darah berhamburan ke mana-mana dan musuh besar roboh tak bernyawa.

......Aku adalah Sam sauya dari keluarga Cia, akulah Cia Siau-hong.

......Akulah Cia Siau-hong yang tiada keduanya dalam dunia ini.

Sesungguhnya siapakah di antara kedua orang ini yang jauh lebih gembira dan bahagia?

A-kit? Atau Cia Siau-hong?

ooo)O(ooo

Pelan-pelan pintu didorong orang, sesosok bayangan tubuh yang ramping dan halus masuk ke dalam.

Tempat itu adalah rumahnya, ia sangat hapal dengan setiap macam benda yang berada di sana, sekalipun tidak melihatnya, iapun dapat merasakannya.

Orang yang membawanya pulang adalah seorang laki-laki asing yang bertubuh gemuk, tapi memiliki ilmu meringankan tubuh yang jauh lebih enteng daripada seekor burung walet, mendekam di atas tubuhnya bagaikan berjalan di atas awan.

Ia tidak kenal dengan orang itu.

Ia mau mengikutinya karena ia berkata ada orang sedang menantikannya, lantaran orang yang menunggu dirinya adalah Cia Siau-hong.

Pelan-pelan Cia Siau-hong bangun berdiri lalu berkata:

"Duduklah!"

Tempat itu khusus mereka sediakan baginya, bila ia pulang maka tempat itu sepantasnya diberikan kepadanya.

Siau-hong masih ingat, ketika untuk pertama kalinya melihat dia duduk di kursi itu dengan rambut yang hitam dan panjang terurai di bahu, sikapnya yang lembut dan anggun itu mengingatkan kita kepada seorang Tuan Putri sungguhan.

Waktu itu ia hanya berharap sebelum perjumpaan tersebut mereka tak pernah berkenalan, ia berharap perempuan itu adalah seorang tuan putri sungguhan.

.......Bagaimanapun juga kau tak dapat membiarkan keturunan keluarga Cia mengawini seorang pelacur sebagai istrinya.

.......Ya, Pelacur! Lonte!

Tanpa terasa ia terbayang lagi kembali kejadian ketika pertama kali bertemu dengannya, teringat pula rasa panas yang memancar ke luar dari selangkangan si nona ketika tangannya menekan tempat 'itu' nya, terbayang pula olehnya liuk-liuk tubuhnya ketika berbaring di tanah sambil memamerkan seluruh bagian tubuhnya yang terlarang itu.....

Sword Master aka Pedang Tuan Muda Ketiga/Pendekar Gelandangan - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang