Suasana dalam hutan hening, sepi, tak kedengaran suara apapun, termasuk pembicaraan manusia.
Yan Cap-sa sedang memandang ranting di tangan perempuan itu sambil termenung, ia seakan-akan sedang memikirkan sesuatu.
"Mengapa kau belum mencabut pedangmu?", tanya Buyung Ciu-ti tiba-tiba."Pedangku sudah berada di tangan, setiap saat dapat kucabut keluar, dan kau?"
"Inilah pedangku!"
"Bukan, itu bukan pedang"
"Meskipun wujudnya bukan pedang, tapi dalam genggamanku dapat berubah menjadi senjata pembunuh"
"Aku tahu. Kau dapat membunuh orang dengan benda itu, tapi pada hakekatnya wujud sebenarnya tak lain hanya sebuah ranting kering"
"Asal bisa digunakan untuk membunuh orang meskipun bentuknya hanya ranting atau pedang sungguhan toh tiada bedanya"
"Tetap ada bedanya!"
"Apa bedanya?"
"Benda itu dapat membunuh orang, tapi hingga kini belum pernah melakukannya, berbeda dengan pedangku"
Dengan penuh kasih sayang laki-laki itu membelai pedangnya, lalu berkata lebih lanjut: "Sudah sembilan belas tahun pedang ini mengikutiku, manusia yang mampus di ujung pedang inipun sudah mencapai enam puluh tiga orang"
"Aku tahu, tak sedikit memang manusia yang telah kau bunuh"
"Sebetulnya pedang ini tidak lebih cuma sebilah pedang yang sederhana, tapi sekarang ia telah menghirup dari enam puluh tiga orang, ya, enam puluh tiga orang pembunuh yang tak berperasaan, enam puluh tiga lembar sukma penasaran"
Ia masih membelai terus pedangnya, setelah menarik napas panjang, pelan-pelan lanjutnya:
"Aku merasa pedangku sekarang seolah-olah sudah bernyawa, ia sangat bernapsu ingin menghirup darah orang lain, ia berharap orang lain dapat mampus di ujung pedangnya"
"Apakah dia yang memberitahukan ke semuanya itu kepadamu?", ejek Buyung Ciu-ti sambil tertawa dingin.
"Tentu saja ia tak dapat memberitahukan kepadaku, tapi aku dapat merasakannya"
"Merasakan apa?"
"Bila ia sudah keluar dari sarungnya, seorang pasti akan terbunuh, kadangkala bahkan aku sendiripun tak sanggup untuk mengendalikannya"
Apa yang diucapkan bukan cerita tahayul, tapi suatu kenyataan.
Bila kaupun memiliki pedang semacam ini, bila kaupun pernah membinasakan enam puluh tiga orang, maka kau pasti akan mempunyai perasaan seperti ini.
Sekali lagi Yan Cap-sa memperhatikan ranting di tangan itu, kemudian berkata:
"Ranting kering di tanganmu itu sudah mati, ia tidak mempunyai gairah untuk membunuh orang, sedang kau sendiripun tidak bersungguh-sungguh ingin membinasakan diriku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sword Master aka Pedang Tuan Muda Ketiga/Pendekar Gelandangan - Khu Lung
Narrativa generaleSam Sauya (Tuan Muda ketiga) dari keluarga Cia, Cia Siauhong adalah jago pedang nomor satu di kolong langit. Tiga belas Jurus Pedang Perenggut Nyawa milik Yan Capsa terdiri dari 13 jurus, tapi 13 jurus itu masih belum cukup untuk mengalahkan Tuan Mu...