Bab 11. Pembunuh Hitam

1.3K 21 1
                                    

Tempat itu bukan pantai pohon Yang-liu, di sanapun tiada hembusan angin atau rembulan di angkasa.

A-kit sendiripun belum mabuk.

Semalam, hampir saja dia mabuk, untungnya ia tak sampai mabuk lupa daratan.

Ia telah mengunjungi banyak warung penjual arak, diapun banyak kali ingin berhenti membeli arak dan minum sampai mabuk, tapi ia tak mampu mengendalikan diri.

Hingga tengah malam tiba, ia benar-benar sudah tak dapat mengendalikan perasaannya lagi, maka diapun pergi mencari Biau-cu dan gadis menamakan diri si Boneka itu.

Ia percaya pada waktu ia menemukan mereka, kedua orang itu pasti sudah selamat dan aman tenteram.

Karena walaupun Toa-gou bukan seorang yang benar-benar bisa dipercaya, tapi rumah tangganya betul-betul adalah sebuah rumah tangga yang benar dan bahagia.

Begitu wajar, begitu biasa dan amat tenteram.

Dalam keluarga semacam ini, tak mungkin ada orang yang akan berkunjung lagi di tengah malam buta, seharusnya mereka sudah tidur semua.

Maka dalam keadaan demikian, secara diam-diam ia dapat menyusup masuk ke dalam, pergi menggenggam tangan Biau-cu, memperhatikan sepasang mata si Boneka. Sekalipun tindakannya itu akan mengejutkan istri Toa-gou, dia pun bisa minta maaf kepadanya sebelum ngeloyor pergi meninggalkan tempat itu.

Ia pernah berjumpa dengan istrinya Toa-gou, dia adalah seorang perempuan yang sederhana jujur, asal suaminya dan anak-anaknya bisa hidup dengan baik, ia sudah merasa amat puas sekali.

Keluarga mereka adalah di bimbing dan dibangun dari keharmonisan keluarga, kehematan mereka menabung, serta sepasang tangan yang pandai jahit menjahit itu.

Rumah itu adalah sebuah rumah kecil yang sederhana, terdiri dari tiga buah ruangan dengan sebuah ruang tengah, kamar paling kecil dipakai untuk dayangnya, dia dan suaminya serta anak yang paling bungsu menempati kamar paling besar, sedang sebuah kamar lainnya dipakai oleh putra sulung serta putrinya.

Tahun ini putra sulungnya baru sebelas tahun.

A-kit pernah berkunjung satu kali ke rumah mereka yaitu ketika menghantar si Boneka dan Biau-cu ke situ. Ia pernah pula menyaksikan kehidupan keluarga mereka, bukan saja perasaan A-kit tersentuh, diapun merasa amat keheranan....

Ia heran kenapa setelah seseorang mempunyai keluarga semacam ini, dia masih bisa melakukan pekerjaan semacam itu?

"Aku berbuat demikian demi memelihara kehidupan keluargaku", Toa-gou pernah menerangkan, "demi kelangsungan hidup, demi seluruh isi keluargaku, terpaksa pekerjaan apapun harus kulakukan"

Mungkin saja apa yang dia katakan adalah pengakuan yang sejujurnya, mungkin juga bukan. Ketika mendengar pengakuan tersebut, A-kit merasakan hatinya agak pedih dan sakit.

Sesudah melampaui masa kehidupan yang penuh kesengsaraan dan pahit getir, ia baru mengetahui bahwa untuk kelangsungan hidup seseorang di dunia ini sesungguhnya tidak segampang apa yang pernah ia bayangkan dulu. Mereka seringkali memang dipaksa untuk melakukan suatu pekerjaan yang sebenarnya sangat tidak dikehendaki.

Walaupun dia hanya berkunjung sekali, tapi kesan yang ditinggalkan rumah tangga itu dalam benaknya amat mendalam sekali, oleh sebab itu ketika ia berkunjung kembali ke sana, sengaja dibelinya sebungkus gula-gula untuk dihadiahkan kepada putra-putri mereka.

Tapi kini gula-gula itu sudah berserakan di atas lantai.

Sebab ia tidak menjumpai lagi Toa-gou suami isteri, iapun tidak menjumpai putra-putrinya, bahkan sang dayangpun sudah tidak kelihatan lagi batang hidungnya......

Sword Master aka Pedang Tuan Muda Ketiga/Pendekar Gelandangan - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang