Bab 8. Siapakah A-kit?

1K 19 2
                                    

Toa-tauke duduk di atas kursinya yang besar dan lebar dengan amat santai, memandang Tiok Yap-cing yang berdiri dihadapannya, tiba-tiba timbul perasaan salah dan minta maaf dalam hati kecilnya.

Sudah enam tahun ia bekerja baginya, pekerjaannya selalu paling beres dan sengsara dari siapapun, tapi kenikmatan hidup yang berhasil dicicipinya justru jauh lebih sedikit dari orang lain.

Sekarang bukan saja semalam suntuk ia bergadang, setitik air dan sebutir nasipun belum masuk ke dalam perutnya, namun ia masih mampu melakukan tugasnya untuk toa-tauke tanpa menunjukkan sikap lelah atau mengantuk barang sedikitpun jua, seakan-akan asal toa-tauke suka dengan pekerjaannya, hal ini sudah merupakan suatu kebanggaan serta kepuasan baginya.......

.........Pada jaman sekarang, makin sedikit memang menjumpai manusia yang bekerja begitu giat dan tekun serta begitu setia kepada majikannya.

Toa-tauke menghela napas di hati kecilnya, lama kemudian ia baru bertanya dengan suara lirih:
"Kau telah berjumpa dengan A-kit?"

Tiok Yap-cing manggut-manggut.

"Orang itu benar-benar adalah sebilah golok yang telah diloloskan dari sarungnya, bahkan sebilah golok cepat".

"Kau berhasil membelinya untuk kita?"

"Sekarang belum berhasil!"

"Apakah lantaran harga yang dimintanya terlampau tinggi!"

"Aku telah membawa sepuluh laksa tahil perak untuknya, tapi setelah kujumpainya, aku segera tahu bahwa sepuluh kali lipat uang yang kubawapun tak ada gunanya"

"Kenapa?"

"Sewaktu aku ke sana, di atas meja masih bertumpukan uang-uang perak, bukan saja ia tidak menyentuh uang-uang tersebut, bahkan memandang sekejappun tidak"

Untuk mencegah toa-tauke tidak mengerti, kembali ia menambahkan: "Sebenarnya ia sudah sedemikian miskinnya sehingga uang untuk membeli makananpun tak punya, tapi dalam keadaan demikian toh ia masih tidak memandang sekejappun ke arah uang perak sebanyak itu. Dari sini dapat diketahui bahwa yang diinginkan olehnya bukanlah benda-benda tersebut!"

"Lantas apa yang dia inginkan?", tanya toa-tauke ingin tahu.

"Dia hanya mempunyai satu permintaan, ia minta agar kita membiarkan setiap orang melakukan penghidupannya sesuai dengan selera serta keinginan masing-masing"

"Apa maksud perkataannya itu?"

"Maksudnya ia minta agar kita lepas tangan dan menghentikan semua kegiatan dagang yang sedang kita lakukan sekarang ini"

Paras muka toa-tauke segera berubah membesi.

Tiok Yap-cing kembali berkata: "Selain daripada itu diapun berharap bisa berjumpa muka dengan toa-tauke, ia minta toa-tauke menyanggupi sendiri syarat yang dimintanya itu!'

"Bagaimana jawabanmu?"

"Aku telah membuatkan perjanjian untuk toa-tauke malam nanti kita bertemu dengannya di gedung Han toa-nay-nay!"

Hawa amarah segera terpancar ke luar dari balik sorot matanya, dengan dingin ia menegur: "Semenjak kapan kau telah berhak mengambilkan keputusan bagiku?"

"Tak seorangpun yang berhak mengambil keputusan bagi toa-tauke!", jawab Tiok Yap-cing cepat-cepat sambil menundukkan kepalanya.

"Dan kau?"

"Aku tidak lebih hanya mewakili toa-tauke untuk membuatkan sebuah tali jeratan agar ia menghantarkan tengkuknya sendiri ke dalam lubang jeratan tersebut"
Toa-tauke membenarkan kembali gaya duduknya di kursi, wajahnya tampak jauh lebih lembut dan tenang.

Sword Master aka Pedang Tuan Muda Ketiga/Pendekar Gelandangan - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang