Angin telah berhenti berhembus.
Napas manusia seakan-akan ikut pula berhenti.
Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya terdengar Ouyang Im-hok menghela napas panjang.
"Aaaaiii....! Benar-benar suatu ilmu pedang yang tiada tandingannya di kolong langit!"
"Sayang sekali, caranya melancarkan serangan tidak terlampau jujur", sambung Lei Tin-tin dingin, "dengan kedudukannya sebagai Sam-sauya dari keluarga Cia, tidak seharusnya dia mencari kemenangan dengan mengandalkan kecerdikan!"
Tiba-tiba Kian Po-sia berkata:
"Ia sedang menderita sakit, di bawah kepungan kalian tujuh orang jago lihay, tentu saja ia musti menggunakan taktik bertarung cepat dan membereskan musuh lebih duluan, kalau tidak begitu, mana mungkin bisa meraih kemenangan?"
"Kau juga mengerti tentang ilmu pedang?", tanya Lei Tin-tin.
"Aku tidak mengerti soal pedang, tapi teori semacam ini dapat ku pahami"
Mendadak ia menghela napas panjang, pelan-pelan terusnya:
"Padahal belum tentu dia harus menangkan pertaruhan ini, sayangnya dia adalah Cia Siau-hong, asal sehari dia masih hidup, maka dia hanya boleh menang, tak boleh kalah, karena ia tak boleh membiarkan nama baik perkampungan Sin-kiam-san-ceng hancur di tangannya"
Tiba-tiba Lei Tin-tin tertawa, katanya:
"Masuk di akal, perkataanmu memang masuk di akal, Sam-sauya dari keluarga Cia memang tidak boleh kalah!"
"Bila ia tak kalah, maka kaulah yang bakal kalah, apa yang musti kau gembirakan?", seru Kian Po-sia.
"Kau tidak mengerti?"
"Aku tidak mengerti!"
"Sungguh tak kusangka di dunia ini ternyata masih terdapat manusia yang tak tahu urusan seperti kau"
Air mukanya bagaikan perubahan cuaca di udara, baru saja senyumannya menghiasi bibir, ia telah menarik muka kembali seraya berkata:
"Kalau kau memang tidak mengerti, kenapa aku musti memberitahukan kepadamu?"
"Biar aku saja yang memberitahukan kepadamu!", tiba-tiba Le Peng-cu berteriak keras.
Paras muka Lei Tin-tin segera berubah hebat, serunya dengan cepat:
"Apa yang telah kalian ucapkan masih termasuk dalam hitungan tidak?"
"Apa yang barusan kita bicarakan? Aku sudah melupakannya!"
"Aku belum lupa", kata Ouyang Im-hok.
Sikapnya berubah menjadi serius dan hebat, katanya lebih lanjut:
"Kami telah menyanggupi permintaannya sebelum menang kalah ditentukan, rahasia yang lain tak akan dibicarakan"
Lei Tin-tin menghembuskan napas lega setelah mendengar perkataan itu.
"Untung saja kau adalah seorang kuncu yang memegang janji"
"Dia adalah seorang kuncu, bila dia harus memegang janji maka itu adalah urusannya", kata Le Peng-cu dingin, "sedangkan aku tak lebih hanya seorang siaujin, perkataan dari seorang siaujin boleh dianggap bagaikan kentut busuk!"
Tangannya sudah menggenggam gagang pedang erat-erat, katanya lebih lanjut:
"Bila kentutku sudah akan kulepaskan, siapapun tak akan mampu menghalangi niatku"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Cia Siau-hong, sambil tersenyum katanya: "Berkentut pun merupakan salah satu pekerjaan besar dalam kehidupan manusia, kujamin tak akan ada orang yang sanggup menghalangi dirimu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sword Master aka Pedang Tuan Muda Ketiga/Pendekar Gelandangan - Khu Lung
Ficción GeneralSam Sauya (Tuan Muda ketiga) dari keluarga Cia, Cia Siauhong adalah jago pedang nomor satu di kolong langit. Tiga belas Jurus Pedang Perenggut Nyawa milik Yan Capsa terdiri dari 13 jurus, tapi 13 jurus itu masih belum cukup untuk mengalahkan Tuan Mu...