Bab 10. Pedang Si A-kit

1.4K 24 0
                                    

Sinar matahari senja memancar merah bagaikan darah, tapi darah belum sampai mengalir ke luar.

Pedang A-kit masih berada dalam genggamannya.

Meskipun senjata tersebut bukan sebilah pedang sungguhan, sekalipun hanya sebatang ranting kering yang terjatuh dari atas dahan, tapi setelah berada di tangannya segera berubah menjadi sebuah senjata pembunuh yang tak terkirakan dahsyatnya.

Ketika ilmu sakti 'serentengan mercon' dari Lui Ceng-thian baru saja dikerahkan, ketika seluruh tubuhnya sedang dipenuhi oleh daya penghancur serta rasa percaya pada diri sendiri, pedang A-kit telah menusuk ke depan, persis menutul di atas persendian tulang yang baru saja mengeluarkan bunyi gemeretukan itu.

Serangan itu dilakukan sangat enteng dan sedikit mengambang, bahkan ranting kering itupun ikut bergetar mengikuti bunyi gemerutukan persendian tulang itu.

Mula pertama ranting itu berada di atas jari manis tangan kirinya, kemudian melompat naik ke atas pergelangan tangan, lalu melompat lagi ke atas sikut kiri, bahu, punggung.....

Begitu ilmu sakti 'serentengan mercon' dikerahkan, ibaratnya guntur yang membelah bumi, untuk sesaat tak mungkin bisa dihentikan di tengah jalan.........

Sekujur tubuh Thi-hou ibaratnya sudah tertempel pada ranting kering tersebut, bergerak sedikitpun tak bisa.

Ketika ranting kayu itu melompat naik ke atas bahu kirinya, wajah orang itu telah berubah menjadi pusat pasi seperti mayat, peluh dingin sebesar kacang mengucur keluar bagaikan hujan gerimis.

Menanti setiap persendian tulang di sekujur tubuhnya telah berbunyi dan pada akhirnya berhenti pada jari kelingking pada tangan kanannya, ranting kayu itu tiba-tiba berubah menjadi bubuk dan membuyar terhembus angin dingin.

Tubuhnya masih juga berdiri tak bergerak di tempat semula, peluh dingin yang membasahi wajahnya tiba-tiba saja menjadi kering dan merekah, bola matanya penuh dengan jalur-jalur merah darah.

Lama sekali ia menatap wajah A-kit, akhirnya meluncur juga sepatah kata. Suaranya ketika itu ikut berubah menjadi berat, rendah dan parau.

Sepatah demi sepatah kata ia bertanya:

"Ilmu pedang apakah itu?"

"Itulah ilmu pedang yang khusus dipergunakan untuk memecahkan ilmu 'serentengan mercon'!"

"Bagus, bagus......."

Ketika kata 'bagus' yang kedua kalinya terlontar keluar dari mulutnya, mendadak tubuhnya yang lebih kuat dari sebuah patung Lo-han baja itu mulai lemas, mulai ambruk dan roboh ke tanah.......

Tubuhnya yang kuat dan keras bagaikan baja, kini telah berubah menjadi lemas dan sama sekali tak berguna lagi.

Bubuk ranting masih terbang menyebar mengikuti hembusan angin, tapi tubuhnya telah berhenti bergerak untuk selamanya.

ooo)O(ooo

Sinar matahari sore telah pudar.

Pelan-pelan A-kit membuka telapak tangannya, sepotong ranting kering yang masih berada dalam genggamannya segera berubah menjadi bubuk dan ikut tersebar mengikuti hembusan angin.

Itulah suatu kekuatan yang amat menakutkan, bukan saja ranting kering itu telah tergetar hancur menjadi bubuk, tangannya ikut tergetar pula sehingga terasa kaku.

Akan tetapi ia sendiri sama sekali tidak mempergunakan tenaganya walau hanya sedikit jua.

Semua kekuatan terpancar keluar dari setiap persendian yang meletup-letup di sekujur badan Thi-hou, dan dia tak lebih hanya menggunakan tenaga yang ada untuk meminjam tenaga belaka, dengan mempergunakan getaran serta kekuatan yang terpancar ke luar dari tulang persendian Thi-hou. Yang pertama dia menghancurkan tulang persendian, kedua yang berada di atas seluruh tubuhnya pula.

Sword Master aka Pedang Tuan Muda Ketiga/Pendekar Gelandangan - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang