Pagi ini aku melihat seorang laki-laki. Dia tampan. Sebenarnya aku sudah mengenalnya sejak aku duduk di bangku putih biru. Dia adalah juniorku.
Setiap hari aku melihatnya dari kejauhan. Tersipu malu saat tanpa sengaja tatapan kami bertubrukan. Tidak. Terlalu dini untuk melempar senyum dan mengatakan,
"hai! Apa kabar?"
Temanku bahagia jika aku bahagia. Mereka mendukungku. Dan paling mengerti aku.
Suatu hari salah seorang temanku berteriak,
"dia ada di lapangan."
Aku mengerti, dia yang dimaksud adalah juniorku. Tatkala kakiku hendak beranjak, sahabatku menahan.
"Hentikan! Cukup! Mau sampai kapan?"
Aku diam. Tersenyum masam. Kulepaskan tangannya dari lenganku.
"Sampai aku berhasil melupakan."
Teriakku sembari berlari.
Ya. Dia tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls' Diary
RomanceBumi tak hanya seluas taplak meja. Jika kau bisa terbang dan melihat melalui jendela-jendela rumah, kau akan melihat cerita-cerita yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh penulis manapun. Tapi disini, aku ingin membicarakan sesuatu yang manis. Cint...