Aku melihatnya. Menggandeng tangan itu dengan sengaja. Menjaganya seolah perempuan itu adalah benda berharga. Menenangkannya. Peduli padanya.
Bukan masalah. Toh perempuan itu adalah sahabatku. Ya, seandainya aku dapat dengan lantang mengucapnya. Kurasa aku bisa mengatakannya jika saja semalam ia tidak meresponku. Tidak memberi reaksi yang begitu manis pada pesan singkatku. Seperti yang dilakukannya.
Aku tak ingin membenci sahabatku.
Aku tak ingin menjauh darinya.
Tidak akan.
Jadi aku memilih menuntut. Ya, menuntut laki-laki itu. Meminta kembali hati yang sudah terlanjur kuberi. Tapi, kenapa?
Kenapa kau tak jua mau melepaskannya? Hatiku. Tolong kembalikan hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls' Diary
RomanceBumi tak hanya seluas taplak meja. Jika kau bisa terbang dan melihat melalui jendela-jendela rumah, kau akan melihat cerita-cerita yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh penulis manapun. Tapi disini, aku ingin membicarakan sesuatu yang manis. Cint...