Kami —aku dan sahabatku berlibur ke Bali. Sebenarnya bukan liburan. Lebih tepatnya studi wisata. Agenda tahunan. Melakukan ini dan itu.
Melompati ombak seperti orang gila,
Membicarakan tentang bule berbikini,
Sok menirukan cara orang China bicara,
Dan tentu saja... Membuat janji.
Janji untuk sukses bersama. Janji untuk kembali ke sini. Janji untuk mengenang kembali masa-masa sekarang. Klise.
"Besok kalo udah sukses, kesini lagi yok."
"Maldives aja sekalian."
"Coba yang di Indo dulu dong. Lombok keren."
Entah, mungkin hanya aku. Ada sebersit rasa takut. Tidak. Aku tidak cemas jika kami tidak akan sukses nantinya. Atau tidak memiliki waktu untuk menepati janji-janji yang kami buat.
Aku takut, jika Tuhan tidak memberiku kesempatan. Jika ada salah satu dari kami yang pergi lebih dulu sebelum janji itu dipenuhi. Jika nantinya satu atau dua diantara kami hanya bisa melihat dari kejauhan.
Aku tidak ingin nantinya muncul pertanyaan,
'Kenapa nggak dari dulu aja?'

KAMU SEDANG MEMBACA
Girls' Diary
RomanceBumi tak hanya seluas taplak meja. Jika kau bisa terbang dan melihat melalui jendela-jendela rumah, kau akan melihat cerita-cerita yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh penulis manapun. Tapi disini, aku ingin membicarakan sesuatu yang manis. Cint...