Bab 1 : Miliki Aku

138K 9.6K 405
                                    


***

Abimanyu tak pernah ingat sejak kapan ia dan Ariza selalu berada di lingkungan pendidikan yang sama. Mungkin semenjak TK, SD, sebab yang ia ingat betul adalah ketika mereka sekelas di waktu SMA. Itu pun hanya di kelas dua dan tiga saja.

Dan ketika teman-teman kampusnya mulai rajin membawa nama gadis itu di dalam obrolan-obrolan mereka, barulah Abi sadar bahwa ia mengenal gadis yang mereka maksud.

Ariza Sativa.

Sebuah nama yang unik namun lebih pada aneh.

Dan obrolan teman-temannya ini sudah berhasil membuat kepala Abi pening.

Mereka merencanakan sesuatu, biasanya Abi akan mendukung atau paling tidak membiarkan saja rencana-rencana busuk itu terealisasikan. Namun kali ini...

Sial!

Sesuatu dalam hati Abi tak terima.

Sumpah, ia membenci usul usil dari bibir Gilang.

"Jadi target kita selanjutnya, Riza ya?" Bibir joker busuk itu mengembangkan culas. Membuat beberapa rekan turut menimpalinya dengan seringai yang serupa. "Udah lama ini gue ngarepin Riza." Gilang kembali mengeluarkan bisa-nya.

Fattan mengangguk saja, sambil melempar puntung rokok, pemuda bergaya brandalan itu kemudian menepuk-nepuk punggung Gilang. "Barbie from heaven," ejeknya dengan alis terangkat. "Udah saatnya Sang putri mendapatkan giliran."

Lalu tawa bercampur asap rokok dan berkaleng-kaleng bir membahana dalam ruang pengap yang menjadi basecamp mereka sejak bertahun-tahun lalu.

"Kali ini, gue yang ngerekam. Kalian deh yang gilir." Arkan bersiul semangat.

Abi masih tak menanggapi, duduk di pojok sofa usang yang bau apek, ia santai saja sambil terus mengepulkan asap dari bibirnya.

"Bi, ikutan kan?"

Ia masih tak menoleh. Di tatapnya langit-langit ruang yang gelap, karena mereka hanya menyalakan neon sepuluh watt untuk seluruh ruangan yang lebarnya 6x6 meter ini.

"Elah ini anak lama-lama main di pojokkan gagu juga ya jadinya?"

Gerutuan demi gerutuan mulai memenuhi udara, tapi sekali lagi Abi enggan menanggapinya dengan cepat. Ia biarkan saja mulut-mulut ember itu mencerocos, malas sekali ia jika terus-terusan harus berupaya sebagai penyumpal.

"Bi... Lo denger nggak sih? Atau jangan-jangan setan budek ada di sebelah lo?"

"Berisik." Akhirnya ia bersuara juga.

Kekehan kembali terdengar, "Abi lagi dapet, Ar. Pembalut lagi bocor nih, makanya sewot dia." Gilang berceloteh asal.

Lalu tawa lain menimpalinya dengan lelucon yang masih saling berhubungan. "Makanya pakai yang ekstra wing, Bi. Jadi nggak bocor samping."

Fattan mengangguk di antara penerangan yang minim. "Pakai yang slim-fit dong, anti kerut anti bocor garam body-fit." Tirunya seperti iklan di tivi.

"Garam bikin nyusut, stupid." Gilang melempar kaleng kosong ke arah temannya itu. "Pasak bumi dong biar kenceng," sambungnya yang membuat mereka kembali terpingkal.

"Aww... Jangan bikin gue tegang dong. Males banget ngadep tembok."

"Hahaha... Anjiiirrr... Gue bawa serbet nyokap ini. Entar gue yang ngelapin deh."

"Kanebo gue masih ting-ting, Ar. Perawanin gih. Rela gue jadi mertua lo, asal jangan bunting aja."

Abi sudah kebal dengan para pembuat onar bangsa ini. Ia malas menanggapi, tapi lama-lama pegal juga menahan tawanya. Namun ia kan anti tertawa terang-terangan, jadi biarlah ia menelan bulat-bulat geli yang menggelitik perutnya ini.

One More TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang