Hari ini adalah hari perayaan bulan bahasa, setelah persiapan selama seminggu, dan kemarin sepulang sekolah lembur akhirnya acara hari ini bisa berlangsung. Ada beberapa bazar di beberapa gubug yang penjualnya dari kelas XI bahasa untuk pensi dan lainnya menjadi tanggung jawab kelas XII. Tema hari ini adalah tempo dulu yang artinya para panitia khususnya anak bahasa semua memakai pakaian adat.
Aku masih merias diri menjadi seorang gadis desa, memakai kebaya dengan rambut di kepang dua. Aku meminta Fitri salah satu teman yang nganggur untuk mengepangkan rambut ku.
Saat ini memang aku sedang menjadi salah satu peran di cerita rakyat yang berasal dari idenya Septian. Selama satu minggu aku berlatih, membuatku harus menunda permasalahanku dengan Agam. Mengingat dari kejadian kejadian sebelumnya aku berfikiran jika hanya cewek itu yang berusaha mendekti Agam. Buktinya sampai kemarin malam Agam masih menghubungiku dan suka meneleponku bahkan kita udah kembali pulang bareng. Aku juga belum punya banyak bukti untuk memberikan tuduhan padanya, aku tidak mau salah sangka. Jadi kubiarkan saja dulu daripada aku pusing sendiri.
"Cieeee, yang jadi kembang desa" Gara menggodaku sambil memainkan rambutku yang sudah di kepang.
"Heh, ngapain pegang-pegang, bukan muhrim tauuu" Aku memukul tangan Gara yang masih jahil memanikan rambutku.
"Yaudah, yuk di muhrimkan" aku melotot membuat Gara makin tertawa. Gila kan tuh anak?
AgAm datang di saat aku sedang tertawa dan saling pukul bersama Gara. Gara yang menyadari keberadaan Agam langsung berpamitan keluar ruangan.
Aku memang sempat minta maaf dan cerita ke Gara tentang Agam yang posesif, dan untungnya Gara memakluminya.
"Kamu cantik". Aku tersenyum sambil menutup mukaku.
"Ah kamu ini, aku malu" aku benar benar malu pasalnya hatiku selalu senang saat Agam menggombaliku. Aneh memang padahal aku sedang mencari tahu kebenaran akan kasus perselingkuan dia.
Agam menarik tanganku, begitu mukaku bertatapan dengan mukanya ia langsung mengecup bibirku singkat.
"Sukses ya" bisiknya di telinga dan langsung keluar meninggalkan ku sendirian dengan muka bloon.
Pipiku terasa panas, aku meraba bibirku yang entah mengapa masih terasa. "Kamu sukses membuatku malu" kataku pelan. Kenapa coba cinta bikin orang jadi bodoh? Bisa-bisanya aku malu. Untungnya ruang ganti agak sepi jadi nggak ada yang tahu kalau Agam baru saja mengecup bibirku.
Aku kembali merapikan dandanan dan bajuku, :l sesekali aku memiring-miringkan badan di depan kaca.
"Ma"
Aku langsung menoleh, ada Gara yang datang bersama Aya. Aku terkejut melihat Gara yang sedang memegang tangan cewek berkulit putih itu. Di tengah kebengonganku Gara membungkam mulutku dengan tangannya.
"Ini mulut bisa kemasukan lalet Ma"
Aku langsung menepis tangan Gara."Busyet, bau tangan lo nyet. Abis ngapain sih?"
"Tuh makan lalapan."
"Pantes bau terasi, eh kok kalian bisa berdua pake acara pegangan tangan lagi, emang ada peran apa?" Aku berusaha menepis pikiranku jika mereka udah jadian. Selama ini aku sendiri yang menjauhi Gara jadi kalau memang ada hal yang terlewatkan dan Gara nggak sempet cerita itu sudah barang maklum.
"Kita baru jadian".
Tiga kata yang di ucapkan Aya membuatku kaget setengah syok. Sebab aku tidak pernah tahu jika selama ini Gara deketin atau merhatiin Aya. Pedekate mereka halus juga sampai nggak tercium. Ternyata benar, mereka udah jadian."Kok bisa, kok lo gak cerita sih nyet kalau lagi deket sama Aya?"
"Bisa dong, selama ini lo kemana aja? Lo kan sibuk pacaran sama Agam. Lo mana sempet mikirin gue, lo buang gue". Kata-kata Gara yang hanya candaan tapi berhasil menusuk di hatiku. Aku tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSAHABATAN KITA (REVISI)
RandomBerawal dari kisah konyol kita bersama, aku berharap kita akan terus seperti ini Sobat.