Kado Ulang Tahun

43 3 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana aku dan teman sekelas yang lain tampil dalam upacara bendera. Aku sangat semangat bukan karena menjadi petugas, tapi lebih ke menjadi petugas di hadapan Agam lebih tepatnya. Aku sudah berdandan hanya untuk upacara hari ini. Harapanku semoga Agam melihatku yang sedang cantik. Haha.

Awalnya upacara berjalan dengan lancar, sampai pada pengibaran bendera yang di lakukan dengan sukses dan beberapa urutan acara lainnya hanya saja masih ada yang mengganjal di hatiku, mataku terus mencari  keberadaan Agam yang sejak pagi tidak aku temukan. Dan sampai upacara selesai pun aku tidak  menemukannya.

Aku merindukan Agam yang selama setahun belakangan ini sering bersamaku, dan hanya beberapa hal membuat kami jauh. Mungkin kesalah fahaman antara aku dan dia. Aku sempat bilang nggak mau ngomong dengannya, siapa yang kuat nggak ngajak bicara dia yang menang. Dan jika di lihat sekarang dia deh yang menang, aku mana tahaaan.

Ini juga baru beberapa hari yang lalu dia ngajak makan bareng, ngaterin pulang juga, tapi kok tiba-tiba ilang gini? Udah coba aku chat juga belom dibales sampai sekarang, lebih tepatnya belom dilihat. Nggak masalah deh kalau dibilang kalah nyatanya emang gitu.

Tiga hari yang lalu aku iseng ngajak Agam buat taruhan untuk nggak ngomong. Eh baru juga nggak ketemu, udah kangen aja.

"Lo dari tadi waktu upacara nyariin sapa Ma?" Gara duduk di bangku sebelah kananku.

"Lo ngapain kesini? Tempat duduk lo di belakang Gar?" Aku mengambil buku dari dalam tas dan menaruhnya di atas meja.

"Halah, lo kayak gak tau Windy aja, noh gue di usir dia lagi pacaran sama Yudi" aku menoleh ke belakang dan apa yang dikatakan Gara memang benar.

"Eh Ma, jawab dong".

"Apaan sih? Siapa yang nyariin siapa coba" aku berusaha tenang, nih anak nggak bisa liat orang lagi sesuatu.

"Lo celingukan kaya orang keilangan sesuatu aja, gue tau kali."
Hebat. Gara dari dulu nggak berubah. Tukang kepo.

"Tuh lihat Sensei udah datang"
Sensei adalah sebutan untuk guru dalam bahasa Jepang. Untuk mata pelajaran awal adalah bahasa Jepang.

"Oke, gue bisa cari tahu sendiri. Btw nih itu cewek samping lo sapa namanya?" Aku menoleh ke arah kiri bangku ku dan melihat Aya sedang fokus mencacat.

"Oh itu, namanya Aya, kenapa lo, naksir?"
Aku masih fokus pada tulisan di papan tulis meskipun ngobrol dengan Gara. Ya seperti biasa kalau pelajaran Nihonggo atau bahasa Jepang kalau nggak nyatat ya praktek, tapi hari ini nyatat beberapa rumus, mirip-mirip lah kaya bahasa inggris ada tensesnya.

"Enggak aneh aja, mukanya aneh."
Aku tersenyum sambil terus mencatat. Ni anak bilang aja naksir, karena kalau Gara udah nanyain cewek tuh ujung-ujungnya jadian.

"Lo tuh yang lebih aneh".
Gara mengambil pulpen di tanganku untuk dia menulis. Aku hanya bisa gemas melihat kelakuan Gara yang selalu merecokiku saat sedang menulis.

"Lo bisa nggak sih diem barang sebentar aja". Kataku gemas dan mengambil pulpen di tas.

"Gak jahil itu rasanya gatel".

"Iya tapi jangan jahilin gue mulu".

"Mau jahilin siapa? Nggak ada lagi".

"Playboy kaya lo nggak ada cewek? Boong banget lo nyet".

"Yaudah, kenalin gih sama sebelah lo".

Aku berhenti menulis dan menoleh ke Gara yang fokus menulis. Aku liatin Gara sampai dia ngeh,
"Apa?"

"Sejak kapan naksirnya?"

"Bacot. Udah nggak usah cerewet deh".

Aku hanya menggelengkan kepala sebelom kepalaku di tampol sensei mending lanjut nulis aja deh.

PERSAHABATAN KITA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang