Berantem

83 2 0
                                    

Seperti biasa Gara menjemputku untuk berangkat kuliah, aslinya dia sedang tidak ada kuliah pagi hanya demi mengantarkanku, Gara rela datang pagi-pagi ke rumah.

Dan satu hal yang menjadikan satu kebiasaan baru selain mengantar jemput aku, Gara suka mengecek apa yang sedang aku lakukan. Mengirimi pesan, menelepon terkadang malah menyusul. Gara bisa tiba-tiba muncul dan ikut nimbrung bersama teman-temanku tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Bukannya aku tidak suka dengan sikap posesif dia, hanya saja dia sudah terlalu over. Aku tidak tau apakah nantinya bisa tahan dengan perubahan sikapnya. Seperti saat ini, dia sudah duduk di depanku yang sedang berusaha kosentrasi mengerjakan tugas.

Aku tidak terlalu perduli dengan apa yang Gara lakukan, yang aku tahu terkadang dia membaca buku, memainkan ponselnya, menggambar dan juga tidur.
Aku menggengkan kepalaku jika dia melakukan hal yang terakhir aku sebut. Bagaimana bisa, dia tidur di perpustakaan? Bukannya tidak mungkin hanya saja aku sedang mengerjakan tugas dan dia malah enak-enakan tidur, bukannya bantuin.

Jari jariku masih menari di atas keyboard, tugas mata kuliah kali ini sungguh membuatku harus memeras otak.

Phonology, aku membenci mata kuliah ini. Bukan membenci mata kuliahnya tapi membenci dosennya dimana dosenku tidak mau menjelaskan apa isi dari mata kuliah yang sudah aku ambil ini. Dosen super yang selalu memberikan tugas untuk membuat makalah dan berpresentasi di depan kelas. Tak akan ada gunanya meskipun apa yang aku kerjakan benar jika belum mendapat bimbingan dari beliau. Aku merasa seperti hendak skripsi, untuk makalah saja harus disertai bimbingan.

Aku melirik Gara yang sedang asyik menunduk, memainkan ponselnya. Sesekali raut mukanya berubah, kadang kedua alis menyatu, kadang dia mainkan dengan menaikkan sebelah alisnya. Aku baru tahu apa yang Gara lakukan saat mengintip ponselnya. Get rich. Astaga dia bermain game yang seperti monopoli itu.

Aku menutup buku tebal yang sudah membuatku merasa mengantuk, bagaimana tidak jika harus melihat tulisan yang membosankan.

"Udah kelar?"

Aku menggeleng pelan sambil merenggangkan badan. Rasanya capek, kepala yang dari tadi menunduk, jari yang terus menari ditambah harus fokus membaca.

"Trus kok udahan?" Aku menoleh ke arah Gara yang masih membawa ponsel di tangannya, layar ponselnya masih menyala hanya pandangannya saja yang beralih menatapku dan melihat buku yang sudah tertutup.

"Capek kali, leherku udah kaku rasanya" aku mengelus setengah memijit leherku.

Gara merapikan meja, memasukkan beberpa alat tulisku kedalam tas termasuk leptop dan buku. Aku hanya melihatnya sambil menyandarkan punggungku, rasanya punggungku mau copot. Semua peralatan sudah bersih beralih kedalam tasku.

"Mau kemana?" Aku bertanya pada Gara saat ia mulai menarik tanganku agar beranjak dari kursi.

"Makan, ini udah jam berapa Yang, liat tuh jam 2. Kamu udah telat makan dan sekarang kita ke kantin buat cari makan atau kamu mau ke White Cafe?

"Ke kantin aja deh, pingin bakso" Aku mengikuti Gara yang langsung menuntunku ke luar perpustakan. Kami berdua menuju kantin.

***

"Langsung pulang kan kita?"

"Aslinya sih pingin ke kampusnya Aya."
Saat ini kami berdua sedang berada di dalam mobil, Gara fokus menyetir sedangkan aku bergerilya dengan sosmed.

"Pulang aja deh, bukannya kamu harus istirahat. Ini udah sore".
Hmm.. mulai deh posesifnya.

"Cuma bentar kok".

PERSAHABATAN KITA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang